webnovel

Selembar Surat Kontrak

Rara sangat putus asa mengenai masalah keuangannya. Demi kelangsungan hidupnya, Rara bersedia menjual Ginjalnya kepada Seorang Kakek yang kaya raya. Namun, bagaimana jika kakek tersebut meminta Rara untuk menikahi cucunya? Rey yang putus asa mencarikan donor ginjal untuk kakek mendapatkan sebuah harapan dari seorang wanita yang mau memberikan ginjalnya. Namun kakek meminta Rey untuk menikahi wanita itu sebagai permintaan terakhir dari kakek. Rey dan Rara pun setuju untuk menikah namun Rey sudah menggaris bawahi pernikahan ini. Bahwa pernikahan ini hanya Sebuah Kontrak. Mereka sepakat untuk tidak saling jatuh cinta. Namun jauh dalam hati, Rey sudah memiliki cinta untuk Rara.

An_Autumn · Urban
Zu wenig Bewertungen
311 Chs

Alexandria Tjandra Wijaya

Sudah beberapa jam berlalu sejak Rara menghubungi Rey. Namun, jantungnya masih saja berdegup kencang tak ingin berhenti berdebar-debar. Semakin memikirkan Rey, semakin membuatnya tak bisa lepas dari pria itu.

Rara menghela napas. Dari hari minggu kemarin hingga detik ini, Rara belum bertemu lagi dengan Rey. Mungkin Rey sangat sibuk, hingga tak sempat menemuinya. Itulah yang dipikirkan Rara.

Namun, mengapa Rara berharap saat ini bisa bertemu dengannya. Mengapa Rara bisa dilanda perasaan seperti ini. Rara tak mengerti. Bahkan sampai sekarang, Rara tak kunjung juga memberikan jawaban kepada Kakek. Tapi, jawaban apa yang seharusnya Rara berikan. Rey juga tak memberikan jawaban apapun pada Rara. Bahkan Rey seperti menghindarinya.

Rara tak masalah jika hanya menikah pura-pura. Rara hanya ingin membuat Kakek bahagia. Namun sepertinya, Rey tidak berpikiran hal yang sama dengan Rara. Kalau begitu, apa yang sebaiknya harus Rara lakukan.

Rara juga belum memberitahu Rey bahwa hari lusa esok, dirinya sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Luka di leher nya sudah sembuh, dan jahitan yang dipunggungnya juga sudah dibuka. Hanya perlu menunggu luka jahitan operasinya kering.

Alasan mengapa Rara belum memberitahu Rey, karena Rara hanya tak ingin membebani Rey. Sepanjang waktu ini, Rey sudah merawatnya dengan baik. Itulah mengapa Rara tak ingin merepotkan Rey untuk banyak hal lainnya.

Kembali Rara menghela napasnya. Dadanya terasa sesak jika memikirkan Rey terus-menerus. Mengapa pesona Rey mampu menarik Rara begitu kuat. Semua yang ada pada Rey, mampu membuat Rara tak bisa berpikir jernih lagi.

Namun, dari semua itu Rara juga menyadari bahwa Rey selama ini telah menanggung semua beban sendirian. Rara telah mengetahui kisah sebenarnya seorang Reygan Samudra dan setelah mengetahuinya membuat Rara jadi semakin ingin merengkuh tubuh Rey kedalam pelukannya.

Semua kisah lengkap itu diketahuinya dari Kakek. Kakek yang mulai menceritakannya walau Rara tak meminta bahkan menanyakan kepada Kakek tentang Rey. Mulai dari kematian kedua orangtuanya hingga hubungannya dengan teman masa kecilnya, Zoya.

Tentu hal-hal yang terkait Zoya, Kakek tidak bisa menceritakan lebih detail. Karena itu adalah hal yang bersifat pribadi dan Rey pasti tak akan suka jika mengetahui Kakeknya telah memberitahu kepada orang asing mengenai Zoya.

Rara sangat mengerti akan hal tersebut. Dan saat ini Rara bersikap seolah-olah tak pernah mendengar kisah tentang Rey. Sejujurnya Rara ingin Rey yang menceritakannya sendiri. Namun mengingat bahwa Rara dan Rey tidak memiliki hubungan apapun membuat Rara sangat menyadari posisinya.

Kakek juga mengatakan bahwa Zoya bukan hanya teman masa kecil melainkan juga cinta pertama seorang Rey.

Banyak orang mengatakan bahwa cinta pertama itu tidak mudah untuk dilepaskan. Rasa yang tertinggal benar-benar sangat dalam dan membekas. Beberapa orang mengatakan bahwa cinta pertama itu tak pernah benar-benar terwujud. Namun ada beberapa diantara mereka mengatakan bahwa mereka bisa mewujudkan cinta pertamanya.

Lalu apa Rey sebenarnya masih berharap akan cinta pertamanya. Bagaimana jika saat ini, Rey bertemu dengannya. Apa yang akan Rey lakukan, atau apa yang akan Rey katakan untuk pertama kalinya.

Semua pikiran itu membuat kepala Rara seketika sakit. Rara ingin kehadiran dirinya dalam hidup Rey, bisa membuat Rey melupakan cinta pertamanya.

Namun, pasti tidak akan semudah itu membuat Rey bisa melupakan Zoya. Sebagaimana yang sudah kakek ceritakan, bahwa Zoya adalah teman masa kecil Rey. Yang dengan begitu membuat hubungan antara Zoya dan Rey semakin kuat.

****

Rey menghempaskan tubuhnya di sofa panjang yang terletak di ruang tamu apartemennya.

Sejak Rara menghubungi Rey untuk menanyakan bagaimana kondisinya saat ini, membuat Rey tak sanggup menahan lebih lama keinginan untuk bertemu Rara.

Entah mengapa Rey merindukan Rara. Hanya dengan melihat Rara tersenyum membuat suasana hatinya membaik.

Rey menghela napas kasar. Rasa rindu itu benar-benar menghantui dirinya.

Dan setelah mendengar suara Rara tadi, membuat Rey semakin frustasi dan uring-uringan. Ingin sekali dirinya pergi ke rumah sakit dan menemui wanita itu, tapi keadaan mencegah dirinya.

Rey menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, guna untuk membuat dirinya melupakan keinginan untuk bertemu Rara.

Dengan tiba-tiba dering ponsel mengagetkan Rey bahkan membuat Rey terlonjak bangun dari tidurnya. Sambil mengumpat, Rey mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan mengangkat cepat panggilan masuk itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"Halo" dengan setengah niat Rey mengangkat panggilan masuk itu.

"Halo. Perkenalkan Saya adalah Sekretaris Direktur Utama CIM Group. Saya menghubungi karena Direktur Utama CIM Group mengundang anda untuk makan malam bersama. Beliau akan menunggu anda di Private Room Sky Line, Lounge & Exclusive Dining tepat pukul 8 malam."

"Baiklah, saya akan datang. Terima kasih atas undangannya." setelah mengatakan kalimat itu, Rey langsung menutup sambungan panggilan tersebut.

Lagi dan lagi Rey menghela napas kasar.

CIM Group adalah perusahaan distributor terbesar di Semarang. Bukan hanya sebagai perusahaan distributor, namun mereka juga sebagai perusahaan industri.

Rey hanya sekedar mengenal Direktur Utama CIM Group, karena yang lebih mengenal mereka adalah kedua orang tua Rey dan kakeknya. Apapun alasan Direktur Utama CIM Group mengundang Rey makan malam, Rey hanya ingin semua ini cepat berlalu.

Tidak tunggu. Sepertinya Rey merasakan keanehan. Bagaimana mungkin Sekertaris Direktur Utama CIM Group langsung menghubungi dirinya tanpa sepengetahuan Raditya. Karena, Rey saat ini tidak ingin diganggu sehingga meminta kepada Raditya untuk mengalihkan semua panggilan masuk yang tertuju pada Rey. Dan untuk memastikannya, Rey mencari kontak Raditya dan menekan tombol memanggil.

"Ya, pak? apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Raditya disebrang sana.

"Tidak, saya hanya ingin bertanya. Apakah Sekertaris Direktur Utama CIM Group ada menghubungi mu?"

"Tidak ada pak. Apa beliau menghubungi bapak secara langsung?" Raditya bertanya kembali.

"Iya, barusan saja. Saya pikir mereka sudah menghubungi mu terlebih dahulu." Rey memijat pelan pelipisnya.

"Dari yang saya dengar, jika Sekretaris Direktur Utama CIM Group menghubungi secara langsung tanpa perantara itu artinya, seseorang yang mereka hubungi itu memiliki suatu keistimewaan tertentu. Tapi saya tidak tau pastinya bagaimana pak."

Penjelasan Raditya semakin membuat Rey bingung.

"Apa bapak ingin saya melakukan sesuatu?"

Mendengar itu, Rey segera menggelengkan pelan kepalanya, namun sadar karena Raditya tak bisa melihatnya. Rey pun segera mengatakan tidak.

"Tidak perlu. Baiklah hanya itu saja. Terima kasih." Segera setelah mengatakan itu, Rey memutuskan sambungan telepon.

Rey kembali merebahkan dirinya di sofa panjang. Menutup matanya dan memikirkan kembali undangan tadi.

Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Direktur Utama CIM Group. Apa yang diinginkannya dari Rey.

Namun karena Rey tak bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya itu, Rey lebih memilih untuk tidur.

****

Rey tersentak dan buru-buru bangun melihat jam di ponselnya. Saking buru-burunya membuat kepala Rey mendadak sakit dan membuat Rey harus menutup matanya, menggelengkan pelan kepalanya untuk mengusir rasa sakit itu.

Setelah dirasa lebih baik, Rey membuka matanya dan melihat kembali jam di ponselnya. Pukul 6 sore. Tak tau sudah berapa lama Rey tertidur. Rey pun bangkit dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan seluruh tubuhnya, Rey pun bersiap-siap. Karena ini adalah makan malam formal, maka Rey lebih memilih memakai setelan jas. Dan setelah dirasa cukup, Rey berjalan keluar kamarnya, menuju dapur dan mengambil secangkir air serta meneguknya dalam sekali tegukan.

Lalu meletakkan kembali gelas tersebut, dan berjalan cepat menuju ruang tamu, mengambil kunci mobilnya.

Setelah menutup pintu apartemen, Rey langsung menuju tempat parkir dan membuka pintu mobil, memasang kuncinya dan menghidupkan mesin, lalu menginjak pedal gas dalam-dalam.

Rey segera melesat cepat menuju Sky Line, Lounge & Exclusive Dining. Seperti biasa jalanan Semarang di malam hari ramai kendaraan. Bahkan lampu-lampu dari bangunan yang ada di sekelilingnya memantulkan cahayanya.

Warung-warung di pinggir jalan mulai dipadati pengunjung yang ingin mencicipi rasa makanan tersebut. Andai Rey memiliki waktu untuk melakukan seperti yang orang lain lakukan, maka Rey tidak akan ragu untuk melakukannya.

Rey memacu lebih dalam mobilnya dan sampailah dirinya di tempat yang sudah dijanjikan.

Rey berhenti tepat di depan lobi restoran dan keluar dari mobilnya, memberikan kunci mobil pada petugas valet, agar membiarkan petugas valet itu yang memakirkan mobilnya.

"Maaf atas ketidaksopanan saya pak. Apakah bapak sudah memeriksa barang bawaan yang akan bapak bawa ke dalam?" tanya petugas valet itu.

"Sudah. Tidak ada yang tertinggal di dalam mobil. Terima kasih." setelah mengatakan hal itu, petugas valet itu pun masuk ke dalam mobil dan memacu mobilnya menuju tempat parkir.

Rey pun berjalan masuk ke dalam restoran dan berhenti di depan meja resepsionis, mengatakan reservasi atas nama Direktur Utama CIM Group. Harry Tjandra Wijaya.

Kemudian petugas resepsionis itu pun mengantarkan Rey menuju Private Room seperti yang sudah di pesan. Lalu petugas itupun meninggalkan Rey disana.

Saat melihat jam ditangan Rey, ternyata Rey datang 30 menit lebih awal. Rey pun mengambil tempat dan duduk senyaman mungkin.

Bahkan makanan dan minuman pun sudah disajikan di atas meja. Namun entah mengapa Rey tidak tertarik akan semua makanan dan minuman itu.

Rey mengambil ponsel dari dalam saku jasnya, ingin menghubungi Rara, namun lagi-lagi ditahannya keinginan itu. Dengan kasar Rey memasukkan kembali ponsel itu ke dalam saku jasnya.

Rey dengan pasrah menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya. Dan tanpa sadar, pikiran Rey kembali saat Rara dengan beraninya menyentuh bibir Rey bahkan mengusapnya pelan. Mengingat hal itu, membuat Rey tertawa kecil.

Rey tak mengerti mengapa Rara bisa memiliki keberanian seperti itu. Dan sekarang pun Rey juga menyentuh pelan bibirnya, seperti yang Rara lakukan. Rey masih mengingat dengan jelas bagaimana Rara melakukannya. Lagi-lagi Rey terkekeh pelan mengingat kejadian itu.

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Terlihatlah seorang wanita dewasa dan berpendidikan masuk dengan elegannya. Penampilannya sangat selaras dengan wajah cantiknya. Bahkan wanita itu memakai gaun yang memperlihatkan bagaimana lekuk tubuhnya. Begitu sempurna. Itulah yang selama ini dipikirkan banyak orang terhadap wanita itu.

Alexandria Tjandra Wijaya. atau yang akrab disapa Alexa. Yang merupakan Puteri satu-satunya Harry Tjandra Wijaya.

Rey tak mengerti, mengapa justru Alexa yang datang. Namun, Rey hanya diam saja, terlihat tak peduli dengan kehadiran Alexa.

"Maaf, kuharap aku tidak terlambat." Alexa kemudian mengambil tempat duduk tepat di depan Rey. Dan Rey hanya menggeleng sebagai balasannya.

"Ayah, akan datang sebentar lagi. Kuharap kau bersedia menunggunya." senyum wanita itu terlihat sangat manis namun juga manipulatif. Siapa saja yang melihatnya, akan jatuh cinta padanya. Bahkan rela untuk melakukan apapun demi wanita itu. Namun, itu tidak berpengaruh apapun pada Rey.

"Tidak masalah." jawab Rey singkat dan dingin. Namun sepertinya wanita itu tidak terganggu akan sifat dingin yang jelas-jelas Rey tunjukkan. Wanita itu masih dengan senyum manisnya menatap lembut kearah Rey.

Sepertinya Rey mulai memahami apa tujuan dari Harry Tjandra Wijaya mengundangnya untuk makan malam.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan membaca dengan serius

An_Autumncreators' thoughts