Jonatan duduk tidak jauh dari meja Jessica dan Hans. Dia menimbang apakah seharusnya dia ikut bergabung atau tidak, tapi melihat bagaimana galaknya tatapan Jessica dia segera tahu jawabannya.
Jimmy mengambil kursi di sebelah Jonatan agar bisa melihat pasangan itu lebih jelas. Jika saja berita tentang pengunduran diri Hans tidak keluar, mungkin berita Jessica dan Hans menuju pelaminan akan keluar di sore hari.
Namun semua orang tahu, Hans sudah punya wanita lain untuk dia nikahi. Jadi pemandangan Hans dalam bingkai yang sama dengan Jessica tidak akan seheboh dulu lagi.
Jessica telah makan dalam diam tetapi terus bertanya-tanya dalam pikirannya. HIngga akhirnya dia memutuskan untuk bertanya, "kenapa harus kafetaria?"
"Hanya ingin mencoba, seperti membuat kenangan untuk diriku sendiri. Kau bahkan hampir tidak pernah mencobanya bukan?"
"Aku sudah mencobanya, sekarang!" Sebenarnya tidak ada masalah dengan makanannya. Hanya saja suasana hati Jessica sedang tidak cukup baik setelah gagal pergi ke bioskop.
Sementara suasana di kafetaria terlalu terbuka dan semua orang-orang di sini mengenalinya. Sangat-sangat tidak nyaman. Sebisa mungkin Jessica menahan dirinya.
"Kau tahu," Hans menimbang sebelum melanjutkan lagi. "Surat pemanggilan untuk para dewan direksi dan pemegang saham telah disetujui oleh Tuan Hermawan. Besok pengumumannya akan dikeluarkan."
Jessica segera mengerti, "Jadi kenapa kalau rapat umum pemegang saham akan segera diadakan? Ini terjadi setiap tahun, Hans. Apa yang bisa kau harapankan?"
"Tidakkah kau mengkhawatirkannya?" Hans tentu khawatir karena dia tidak akan ada untuk mendampingi Jessica saat rapat umum berlangsung.
"Aku sudah menjaga nilai rapotku dengan baik. Juga tidak ada masalah sejauh ini dan jika produk Florence sukses maka itu akan menambahkan nilaiku juga. Bahkan kalau pun Florence tidak sehebat itu, tidak apa-apa, pengaruhnya tidak banyak."
Ya, selama ini semua pekerjaan diperusahan berjalan sempurna. Pertumbuhan labanya eskponensial dan sangat menyenangkan. Jessica tidak yakin apa yang sebenarnya Hans khawatirkan.
"Jadi apakah ada agenda yang mengganggumu?"
Hans tidak ingin menambah perasaan buruk pada Jessica, namun dia harus segera memberi tahu wanita ini.
***
Hasil makan siang hari ini lebih seperti sebuah pertemuan bisnis yang berat. Hans benar, Jessica mungkin harus mengkhawatirkan agenda rapat umum pemegang saham nanti. Tapi yang lebih membuat Jessica sakit kepala adalah tumpukan berkas yang harus diperiksa setelah makan siang.
Ponsel Jessica berdering disaat yang buruk, namun begitu melihat nama kontak Jessica langsung mengangkatnya. "Apa kau sudah dapat informasinya?"
Ada hening di ujung telepon, "Aku telah berusaha. Hasilnya mungkin tidak akan keluar dalam waktu dekat ini."
"Katakan saja kau tidak bisa melakukannya. Aku sudah kehabisan waktu, Ad." Jessica tidak ingin mendengar alasan lagi jadi dia segera memutuskan sambungan telepon.
Sia-sia rupanya berharap informasi dari BIN. Seharusnya Jessica tidak mengharapkan Adrian sejak awal. Jessica menggulir daftar kontak di telepon, dia tahu seseorang yang mungkin bisa memberinya informasi dengan mudah. Seseorang yang seharusnya tidak akan pernah dia hubungi lagi.
Sejenak Jessica ragu hingga nada panggilan masuk mengembalikan kesadarannya. Waktunya sangat tepat, seolah-olah orang ditelepon itu mengawasi pergerakan Jessica.
"Terima kasih telah mengangkatnya sayangku." Suara berat itu langsung terdengar segera setelah Jessica menekan tombol terima. "Aku sangat merindukanmu, tapi sepertinya kau punya mainan baru. Sambutanmu sungguh panas dan bergairah, sungguh beruntungnya pria itu."
Bukan waktunya membahas reuni mereka yang terakhir. Jessica sungguh ingin melupakan kalau dia pernah mencium Jonatan demi menghindari setan yang satu ini. "Jangan berbelit denganku, kau pasti tahu apa yang kubutuhkan sekarang."
"Tentu saja, kau bahkan akan menelepon untuk memintanya padaku, kan?"
"Kalau begitu segera berikan aku informasi mengenai wanita itu!"
Pria diujung telepon bertawa berat, "memangnya apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui tunangan Hans ini? Apa kau akan datang kepadanya dan memohon untuk membiarkan Hans tinggal? Percayalah padaku, cara ini tidak akan bekerja."
"Itu urusanku, berikan saja aku informasinya."
"Kau pikir aku akan memberikannya padamu? Akan sangat menyenangkan kalau Hans benar-benar pergi. Lagi pula informasi ini sama sekali tidak berguna. Sayangku, jangan cemaskan dirimu dengan hal-hal yang tidak berguna."
"Jika kau tidak berencana membagikannya padaku, jangan coba-coba telepon aku lagi!" Lagi-lagi Jessica jadi pihak yang memutuskan sambungan telepon. Seharusnya dia tidak pernah berpikir untuk meminta bantuan seorang penjahat.
Terserah! Jessica tidak peduli lagi, Jessica tidak ingin tahu siapa wanita itu. Bajingan sialan yang terakhir ini ada benarnya, apa yang akan Jessica lakukan setelah tahu wanita Hans?
Yang benar adalah Jessica seharusnya mencemaskan hal-hal lain. Seperti agenda rapat umum nanti atau bagaimana dia akan menghadapi bajingan/penjahat/setan yang baru saja menelepon. Tapi yang mampu dia pikirkan hanyalah, apakah Hans bersedia tinggal jika Jessica mengatakan dia bersedia membuka hatinya?
***
Jessica hampir ke habisan waktu. Wanita ini tidak tahu kalau saat-saat terakhirnya dengan Hans tidak tersisa banyak.
Pagi ini kerumunan wartawan bersorak gembira karena akhirnya Anna menunjukan dirinya di markas besar Group J.
"Nona Anna, hari ini grand launching Florence akan diadakan. Bisa beritahu kami, mengapa anda tiba-tiba mengambil pekerjaan sebagai duta Florence?"
"Bagaimana anda mendapatkan tawaran duta Florence ini? Kami telah mendengar kalau Florence akan menanda-tangani dengan aktris top kita, Nona Maria tetapi dia malah pergi dengan Rossel. Apakah kerjasama itu sengaja di batalkan karena Florence ternyata berhasil mengundang Anda?"
Semakin mereka bertanya, semakin dramatis kelihatannya pekerjaan Anna kali ini.
"Kami akan memberi penjelasan setelah grand lauching nanti malam. Mohon kesabarannya!"