"Informasi apa yang berhasil kau dapatkan?"
"Sejak kecil dia bersekolah di sekolah swasta elit di kota A, namun pada tahun kedua di sekolah menengah dia mendadak mengundurkan diri dan pindah ke sekolah negri. Kami tidak dapat melacak keluarganya. Mereka bilang, orang tuanya telah tiada sehingga dia harus menanggung hidupnya sendiri."
Informasi yang tidak berguna, "jadi itu berarti kau tidak mendapat apa-apa?"
"Aku menghubungi salah satu temannya dan dia mengatakan Jonatan berhutang banyak untuk biaya pendidikannya di luar negri." Sang agen memberikan beberapa dokumen kelulusan Jonatan dan bahkan nilai pinjaman Jonatan untuk pendidikannya.
Jonatan punya hutang yang besar, itu masalah yang serius tapi masih tidak cukup baginya.
Sang agen menjelaskan lagi, "latar belakang dan riwayat hidupnya tidak mudah untuk digali, sepertinya ada seseorang yang berusaha menutupi indentitasnya. Dia mungkin anak seorang pengusaha yang bangkrut atau dia bisa saja anak simpanan seorang pejabat."
Meski terlalu dramatis, spekulasi terakhir sang agen dapat terima. Sungguh aneh jika memang agennya ini tidak dapat menemukan apa pun, kecuali Jonatan adalah salah satu dari opsi di atas.
"Cari tahu apa pun itu, aku yakin ada sesuatu yang besar padanya." Firasat itu kuat dan terbukti jelas dengan ketiadaan hasil yang agennya dapatkan.
***
Pagi itu ada sedikit keributan di loby Tower J. Kemunculan mendadak Anna di tempat itu membuat beberapa karyawan menggila. Siapa yang tidak mengenal Anna bahkan sebelum dia memenangkan Oscar dia pernah menjadi bintang top di negeri ini.
Untungnya Anna telah mengabari Hans bahwa dia akan datang, jadi pria itu segera mengatasi keributan itu.
"Halo, tampan." Anna menyapa Hans, memanggilnya tampan adalah salah satu hobinya. Hans bukan pria yang mudah tergoda atau termakan rayuan seorang wanita, jadi Anna sangat senang menggodanya.
"Tidak dapatkah kau menyamar atau apa, kau tahu ini merepotkan." Hans mengeluh pada Anna. Mereka sudah ada di dalam lift menuju kantor Jessica.
"Ayolah, ini menyenangkan. Aku hampir tidak pernah merepotkan mu sebelumnya, ini seharusnya bukan apa-apa." Anna selalu menikmati setiap sorakan dan kilatan kamera yang mengarah padanya.
Hans juga tidak banyak bicara seperti dulu. Pria itu bersikap dingin jika berhadapan dengan wanita selain Jessica.
"Jadi... kau benar-benar akan mencampakkan Jessica?"
Hans menoleh dengan wajah, apa maksud pertanyaan itu.
"Kudengar kau akan berhenti menjadi sekretaris Jessica. Kupikir awalnya kau menyukai Jessica bukan. Kau jatuh cinta padanya, tapi sekarang kau malah akan menikah dengan wanita lain. Kau sungguh jatuh cinta dengan wanita lain?"
"Tidak." Hans menjawabnya dengan singkat.
"Tidak?!" jawaban singkat yang mengejutkan. "Lalu mengapa kau menikah? Kau tidak menikah karena cinta, kau pasti bercanda. Apa kau dijodohkan? Ah, jangan bilang kau menghamili wanita itu."
Hans mengabaikan ocehan Anna yang mulai melantur itu. Hans tidak dapat berbicara banyak dengan Anna karena dia tahu, wanita itu kemungkinan akan menggosipkan nya dengan Jessica. Untungnya lift itu segera tiba di lantai 46.
***
Hans mengantarkan Anna ke kantor Jessica.
"Aku telah melihat hasilnya. Tidak buruk, terima kasih untuk kerja kerasmu." Jessica telah melihat hasil foto dan iklan untuk produk terbaru Florence. Dia puas dengan hasilnya.
"Tidak buruk katamu? Kau benar-benar keterlaluan, Jess. Kau tahu aku menghabiskan waktu liburanku untuk semua foto dan iklan itu. Setidaknya kau harus memuji kalau aku luar biasa."
"Kau memang bukan aktris biasa, Ann. Apa aku harus mengulangnya setiap waktu?"
"Tentu saja, seluruh dunia bahkan telah tahu hal itu."
Pagi itu Anna berkunjung ke kantor Jessica dengan maksud ingin memamerkan hasil pemotretan dan syutingnya kemarin. Keputusan Jessica untuk mengontrak Anna memang rencana yang sempurna.
Dengan Anna sebagai duta Florence maka Jessica bisa memenangkan pasar nasional atau bahkan membuka pasar internasional.
"Jadi bagaimana tentang Hans, kau sudah memikirkannya?"
Jessica tidak dapat mengikuti perubahan topik yang Anna angkat padanya. Jadi dia terdiam tak menjawab pertanyaan dari Anna.
"Kau belum memikirkannya?" Anna segera mendesah kecewa. "Kau tahu apa yang kudengar dari Hans. Dia bahkan tidak mencintai calon istrinya ini. Aku yakin ada sesuatu lain yang membuat Hans ingin menikahi wanita ini, Jess."
"Jika mereka memang tidak saling mencintai, mengapa perlu repot-repot menikah. Aku yakin seribu persen bila Hans masih menyukaimu. Jadi kau harus pikirkan ini kembali, bukankan kau tidak ingin Hans berhenti bekerja padamu."
Ya, Jessica masih ingin Hans menjadi asistennya. Tapi rencana pernikahan sialan itu membuat Hans harus hengkang dari kantornya, mau tidak mau.
Jessica jadi tidak ingin membahasnya, segera dia mengubah topik pembicaraan mereka. "Bagaimana kabar ibumu?"
"Dia wanita bodoh yang keras kepala. Seharusnya dia menerima untuk menjadi hakim tapi dia berkeras menjadi jaksa seumur hidupnya."
"Ah, begitu." Jessica segera mengubah topiknya lagi saat Anna mencoba kembali membicarakan Hans.