Fauzan menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia yang tadinya tersenyum begitu layar ponselnya sudah mati, senyumnya memudar dan hilang. Mendadak, ia mengganti ekspresinya dengan wajah yang serius dan tegang.
"Kenapa kau mengatakan kau di rumah?"
Suara Dicky yang tiba-tiba muncul dari jarak yang tidak jauh darinya. Fauzan segera menoleh ke arah Dicky. Kemudian, ia segera memasukkam ponselnya kembali ke dalam sakunya.
Fauzan tidak menjawab pertanyaan Dicky. Mengalihkan pandangannya dari Dicky dan melihat ke arah depannya. Kemudian, ia seolah tidak mempedulikan Dicky juga.
Dicky berjalan mendekat ke arahnya. Dengan tetap memperhatikan Fauzan yang tidak menoleh ke arahnya. Mendadak Dicky membuat pertanyaan aneh untuk Fauzan.
"Ada apa, Zan? Bukankah kau juga ingin bertemu denganpinjam tanya Dicky lagi. Masih, Fauzan masih tidak menjawabnya.
"Aku pikir, bukankah lebih baik kau jujur saja padanya?"
"Aku akan pikirkan itu. Aku hanya tidak ingin dia terlalu khawatir."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com