Louis terbangun saat alarmnya berbunyi entah untuk keberapa kalinya. Ia meraih ponselnya dan melihat jam, "Oh jam 12 ?," Gumamnya dengan suara serak.
"Kita libur hari ini," Ujar Justin yg sedang menginap di rumah Louis.
"Ah, how ?," Tanya Louis.
"Idk, Steve mengirimiku pesan. Makannya aku tidak membangunkanmu," Jawab Justin.
"Louis !!." Lengkingan suara gadis itu tak asing di telinga mereka. Kedua pria itu kembali menarik selimut dan bersembunyi dibalik bantal.
"Aku bawa pizza !, oh masih.."
"KAMI BANGUN !."
Louis dan Justin loncat dari kasur dan segera berlari kebawah menuju Ixchel.
"Nah ini, makanlah," Ixchel meletakkan satu box pizza di meja makan Louis.
"Aku pergi dulu," Pamitnya.
"Kau tidak pergi kerja kan ?," Tanya Justin.
"Aku mau menemui orang spesial," Ujar Ixchel riang.
"Hey, apa dia lebih istimewa dari aku ?," Tanya Louis sambil mengunyah pizza.
"Tak ada yg spesial darimu !," Ujar Ixchel seraya berjalan pergi.
"Hey !," Pekik Louis.
Justin sering menghabiskan waktu di rumah Louis karena selain rumahnya lebih dekat dengan kantor, ia tidak nyaman di apartmennya yg dikelilingi wanita. Mereka menghabiskan pizza – pizza itu sambil menonton film dan membersihkan rumah. Salah satu keajaiban dunia.
Rumah Louis cukup besar dibandingkan Ixchel dan Justin. Ia melakukan banyak pekerjaan sebelum masuk US Holdings dan mengumpulkan banyak uang. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan. Tabungannya cukup banyak.
Setelah membersihkan rumahnya yg luas, Louis pergi mandi. Ia meraih kaos putih carlsberg dan celana polos berwarna army. Ia menatap dirinya di kaca. Rambut merahnya tampak selaras dengan mata biru dan kulit kemerahannya.
Rumah Louis terdiri dari dua lantai, ada private room di lantai dua. Tak ada yg pernah masuk kecuali Louis karena pintunya ada di dalam lemari pakaian.
Hari mulai gelap , Louis mengambil dua botol soft drink rasa lemon dan melemparkan salah satunya ke Justin. Tiba – tiba ponselnya bergetar, ada pesan masuk.
"Kau menyukai Ixchel kan ?."
"Apa – apaan ini ?," Gumam Louis. Ada pesan dari nomer tak dikenal.
"Apa kau yakin dia aman ?." Pesan baru masuk lagi.
"Apa kau tahu siapa yg dia temui ?."
"Malam semakin larut, dan dia belum juga pulang."
"Jangan lupa beli bunga."
"Besok kau harus menghadiri pemakamannya."
Louis mulai kesal dan langsung menelpon nomor tak dikenalitu.
"Who are u ?."
Terdengar suara tawa di seberang.
"Tidak penting siapa aku, cepat cari Ixchel !."
Louis hampir saja menutup telpon ia tiba – tiba mendengar sebuah suara.
"Lou !, hmmph, help me !."
Ixchel !.
"Fu**k !, dimana kau !!," Tanya Louis.
"Cari saja, di tempat favoritnya."
"HEYY !."
Telepon dimatikan, Louis tidak bisa melacak Ixchel karena ponselnya baru. Ia langsung berlari mengambil kunci mobilnya dan keluar.
"Lou !, hey mau kemana ?," Bahkan pertanyaan Justin tidak dijawabnya.
Louis pergi ke salah satu taman favorit Ixchel, ada beberapa gedung terbengkalai disana, ia hanya menggunakan senter dari ponselnya dan berlari menjelajahi seluruh gedung.
Hasilnya nihil.
"Ixchel !," Pekiknya.
Ia kembali mengemudi dan teringat rumah sakit tempat ibu Ixchel dirawat, ia langsung putar balik dan tancap gas ke rumah sakit. Sesampainya disana, ibu Ixchel sudah tidur ia pun bertanya ke salah satu suster.
"Permisi, apa pasien di ruang ini tadi dijenguk ?," Tanya Louis.
"Oh, maksudmu Ixchel ?, ya dia baru saja pulang. Sekitar 20 menit yg lalu mungkin," Jawab si suster.
"Terimakasih sus !."
Louis kembali berlari keluar, kalau sekitar 20 menit, berarti harusnya Ixchel dalam perjalanan ke halte terakhir terdekat dengan rumah.
Ia sampai di halte itu dan menunggu, sampai hujan turun.
"Ixchel, dimana kau ?," Gumamnya panik.
Ponsel Ixchel tidak aktif, ia semakin panik.
Hampir 20 menit berlalu, hujan semakin deras dan Louis basah kuyup. Ia berencana mencari ke tempat lain entah kemana, namun tiba – tiba bahunya diselimuti jaket.
"Kenapa hujan – hujanan ?."
Louis spontan berbalik.
"Kau baik – baik saja ?, tidak terluka kan ?."
"A..aku baik, a.."
Kata – kata Ixchel terpotong ketika Louis langsung memeluknya erat hingga payungnya terjatuh.
---
Aku membeli buket kecil bunga mawar putih dan memasuki kamar rawat mum.
"I'm here, mum," Ujarku.
"Hi, princess."
Aku tersenyum dan duduk di sisi ranjangnya. Astaga, ibuku cantik sekali. Rambut merah indahnya masih terlihat sangat indah meski agak kusut. Matanya cekung tapi tubuhnya tidak sekurus beberapa tahun lalu. Ia memancarkan kecantikan khas wanita Rusia. Aku meraih sisir dan menyisiri rambut mum serta menguncirnya.
"Ayo keluar," Ajak Mum.
"Ah, diluar dingin," Ujarku.
"Ada jaket, ayolah Ixchel. Aku butuh angin segar," Ujar mum.
"Baiklah."
Aku membantunya duduk di kursi roda dan memakaikan jaket.
"Bagaimana, kau sudah jadian ?," Tanya Mum tiba – tiba.
"Jadian apa ?, dengan siapa ?," Aku balik bertanya.
"Louis ?, atau Justin ?."
Aku mendengus, "Kami hanya partner, mum, c'mon," Sahutku.
"Ah, ya. Aku sudah bisa rawat jalan mulai mingg depan. Ada tempat untukku di rumahmu ?," Tanya Mum.
"Tentu saja ada !, aku akan menjemputmu !, ah senangnya. Aku tidak sendirian lagi," Ujarku.
Mum tertawa seraya mengelus kepalaku lembut.
"Mum," Panggilku.
"Hmm ?."
"Aku menemukan Grey," Ujarku.
"Oh, benarkah ?," Ia menatapku dengan mata berbinar.
"Bagaimana kau menemukannya ?," Tanya Mum.
"Ya, aku menemukannya saat terjadi sesuatu," Mum menyadari mataku yg tak balas menatapnya dan lantas meraih daguku.
"Ayolah, aku baik – baik saja. Katakan semuanya padaku," Ujar Mum."
Aku menghela napas dan menatap Mum.
"Grey berulah dan akhirnya aku menemuinya setelah ditangkap. Well, kasusnya cukup parah sampai menghadirkan profiler nomer satu di US," Jelasku.
"Kasus apa ?."
"Penyerangan, pembunuhan dan beberapa pembantaian. Tapi dia dalangnya dan hanya membunuh beberapa orang," Jelasku.
"Kau bicara sendiri dengannya ?."
Aku mengangguk.
"Zain," Gumam Mum.
"Aku sudah 20 tahun,sudah cukup dewasa beritahu aku apa yg belum kuketahui," Ujarku.
"Ayahmu seorang penjahat," Ujar Mum.
"I know it," Sahutku.
"How could ?," Tanya mum bingung.
"Dad baru saja menculikku, belum ada sebulan. Sekitar dua minggu lalu. Ia memaksaku untuk memberitahu password internet US Hodings, dan aku tak akn memberitahunya. Ia sempat menamparku dan membahas Grey dan kau. Dia yg membuatmu sakit," Jelasku,
"Kau tahu apa yg lebih menyakitkan ?," Tanya Mum.
Aku menggeleng.
"Aku adalah detektif yg menikahi buronanku," Ujar Mum.
Selama beberapa saat kami terdiam.
"Hari mulai gelap, kau tidak pulang ?," Tanya Mum.
"Sekarang aku diusir ?," Tanyaku.
"Hey, bukan begitu. Aku hanya mengkawatirkan anak gadisku," Ujar Mum.
"Hari ini rasanya tenang sekali, aku hampir seharian menghabiskan waktu bersama ibuku dan aku matikan ponsel. Ah, senang sekali," Ujarku.
Mum tertawa, " Kau harus melakukannya agar tidak terlalu stres."
Mendekati pukul 21.00 aku akhirnya undur diri dan berjalan pulang. Aku sampai di rumah dan bersih dari. Aku mengintip keluar dan melihat Rumah Louis masih terang. Aku mengambil payung karena hujan begitu lebat dan berjalan kerumahnya.
"Lou !."
"Ixchel !," Justin menyahut
"Oh, dimana Louis ?."
"Dia keluar sejak tadi sore dengan wajah panik dan tidak menjawab pertanyaanku. Aku tidak tau dia dimana," Ujar Louis.
"Apa ??."
Aku berjalan keluar sambil menyalakan ponsel.
Oh no, hapir 50 missed call darinya. Aku terus berjalan sampai kedepan kompleks dan halte. Ada mobil Louis. Aku melihatnya berjalan kembali ke mobilnya dan basah kuyup. Aku berlari ke arahnya sambil memayuni dan melempar jaketku ke bahunya.
"Kenapa hujan – hujanan ?," Tanyaku.
"Ixchel ?!," Ia berlari dan memelukku erat sampai aku menjatuhkan payungku.
"Kau baik – baik saja ?."
Matanya berair dan ia kembali menatapku. Aku menepuk -nepuk pundaknya sambil berkata, " Aku baik – baik saja kok."
"Oh, jadi kau mengkhawatirkanku ?," Tanyaku.
"Ada suaramu di telpon, itu yg membuatku panik," Ujar Louis.
"Yeah, kau mengkhawatirkanku," Ujarku.
"Kau tidak tau dia sangat panik, Ixchel," Ujar Justin.
"Hmm, aku tahu dia mengkhawatirkanku," Ulangku.
"Berhenti mengulanginya !," Ujar Louis kesal.
Aku tertawa melihat wajahnya yg memerah.
"Aku bercanda, dude. Ayo tidur. Besok kerja," Ujarku.
Tiba – tiba Louis menahan tanganku.
"Tidur saja disini."
Aku menaikkan kedua alisku.
"OH MY GOD !, ADEGAN APA INI ?!, AKU MASIH DIBAWAH UMUR !!," Jerit Justin.
"Aku bercanda, pulanglah," Ujar Louis seraya melepaskan tanganku.
"Bercandaan apa ini, aku pulang," Pamitku.
Setelah memastikan semua pintu terkunci, aku terlelap.