webnovel

Secangkir teh hangat teruntuk Tuhan

Rinaldi_Prayoga · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
2 Chs

Rasa setelah kehilangan

Disudut Pedesaan yang terasingkan,nampak terlihat bangunan kokoh dengan sedikit luka retakan di dinding, dan di sekitarnya terlihat luas nan indah hamparan permadani hijau.

Hidup dua orang bersaudara berumuran remaja yang tinggal didalamnya, yang terus berusaha serta saling mengerti untuk tetap bersama. Semenjak sudah ditinggal kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal. Mereka mencoba bertahan hidup dengan keadaan yang sedikit memaksanya untuk merasakan kehidupan yang sangat terasa lara.

Kehidupan yang semakin hari semakin keras, karena ulah dunia yang tidak pernah konsisten dengan apa yang diharapkan.

Dua bersaudara Kaka beradik yang bernama Dimas dan Rendi.

Dimas seorang remaja yang berumuran 24 tahun, sedangkan Rendi sang adik remaja yang  berumuran 18 tahun.

Mereka berdua mengadukan nasib dan takdirnya bersama, setelah ditinggalkan ibunya yang telah meninggal 3 tahun yang lalu, disusul dengan ayahnya yang meninggalkannya 1 tahun yang lalu.

Di sore hari yang cerah yang terhiasi pancaran cahaya matahari yang akan segera berpamitan, dimas seorang diri yang selalu duduk dan termenung di depan teras rumah dengan ditemani sang adik rendi. Secangkir teh hangat yang melengkapi obrolan mereka yang terkadang terdengar senada terkadang juga terdengar berbeda.

"Ren, jika saja ibu dan ayah masih ada....Mungkin kita berdua tidak akan merasa hampa..." "hmmm iyaaa ka, aku juga terkadang merasa ada sesuatu yang sangat berharga yang telah hilang ...." jawab rendi

"Yaaa, begitulah..... tetapi kita sebagai anak laki laki harus kuat dan tegar menghadapi kerasnya dunia ini, terutama didalam bertahan hidup serta cita cita kita yang ingin kita gapai, terlebih nasehat nasehat ibu dan ayah yang selalu terngiang menghiasi isi kepala....."jawab dimas....

"Iya, betul ka,kita harus tetap berusaha dan berjuang untuk itu."jawab rendi

Tak terasa sinar mentari telah mulai merasa kehilangan keseimbangannya untuk memberi pancaran kepada dunia,telah terdengar kumandang suara adzan dari sebelah barat, teh yang tadinya hangat dan penuh kini telah dingin dan hanya tinggal 50 tetes jika dihitung secara detail.

Rendi melangkahkan kaki nya untuk segera bersiap siap melaksanakan shalat, disusul dengan dimas sang kaka yang juga segera beranjak dan melangkahkan kakinya dengan sedikit pemikiran yang mengganggu disetiap langkah dan rautan mukanya.

Waktu berlalu dan merekapun shalat berjamaah,selesai shalat seperti biasa mereka berdua tidak pernah lupa akan membaca ayat suci alquran yang menjadi pedoman didalam kehidupannya, dan yang menjadi salah satu kebiasaan seperti bagaimana dahulu sang ibu yang selalu membimbingnya.

Tidak terasa, malam tampak semakin larut,dibarengi lamunan dimas yang teduduk mematung diatas kasur, wajah yang memberikan sedikit kerutan di kening, seakan akan sedang bertarung dengan suatu lamunannya.

Memandang kesebelahnya terlihat rendi sang adik yang sudah asyik dengan mimpinya dengan dibarengi suara gemuruh dari tenggerokannya.

Dimas yang masih terduduk serta setia akan lamunannya, serta raut wajah yang menandakan kegelisahannya.

Terpikir didalam lamunannya tentang bagaimana dimas dan rendi sang adik untuk mampu bertahan hidup, serta berpikir tentang cita cita dan masa depan yang ingin dimas raih bersama adiknya, melihat disekekiling rumah yang mulai menandakan kekosongan, karena sejauh ini dimas sang kaka dan rendi sang adik hanya berlindung dari sebuah warisan kedua orang tuanya untuk bertahan hidup yang kini semakin hari semakin menipis.

Malam semakin larut dan dimaspun terhenti didalam lamunannya serta langsung berbaring karena rasa kantuk yang sudah tak tertahan lagi. Sehingga iapun menyusul sang adik untuk menjelajah perjalanan di dunia mimpinya, dengan sedikit harapan hari esok akan membaik dan mampu berfikir untuk lebih jernih didalam menjalani kehidupannya bersama sang adik tercintanya rendi.

Waktu telah berlalu sangat jauh,

Udara sejukpun mulai terasa serta diiringi rintikan embun yang mendampinginya, matahari yang mulai nampak memberikan sapaan hangat didalam suasana dingin ini. Haripun mulai cerah, seperti biasa dimas dan rendi sang adik memulai aktivitas kembali dengan dibarengi secangkir teh hangat yang selalu mereka teguk bersama ayah,ibu, dulu ketika masih ada didalam dekapannya.

Dimas yang segera masak untuk sarapan pagi hari, terlihat murung diwajah karena bayangan lamunan semalam yang masih menghantuinya serta membayanginya, dibalik itu rendi yang selalu asyik dengan berolahraga dipagi hari, dan tidak pernah terbebani dengan apa yang sang kaka pikirkan, entah mungkin karena rendi masih belum berfikir itu atau mungkin sebuah karakter rendi yang tidak pernah cemas akan sesuatu yang seserius ini.

Sarapan pagipun telah siap dihidangkan untuk disantap.

"Ren.... sini kita sarapan dulu,jangan asyik berolahraga terus...."seru dimas sang kaka, dengan wajah yang menandakan lapar bercampur cape

"Baik ka,,, kalau soal makan, saya prioritaskan" jawab rendi dengan penuh semangat

Mereka berduapun menyantap sarapan pagi.Ditengah sedang sarapan, terlihat dari sudut raut wajah dimas sang kaka yang masih terinfeksi dari sebuah pikiran yang mampu memberikan efek yang tergambar dari raut muka. Rendi melihat dan memperhatikannya serta bingung melihat sang kaka yang akhir akhir ini kurang berexpresi, padahal dimas sang kaka adalah seseorang yang tangguh dan selalu ceria.Setelah sarapanpun habis, seperti biasa agenda serta peraturan yang di tetapkan didalam rumah, jika sang kaka memasak begitu pula sang adik yang membereskan barang serta apapun yang terlibat didalam masakan.

Rendipun melakukannya, membereskan serta mencuci piring dll.

(Ketika hendak mencuci piring terbesit didalam pikiran rendi ada apa dengan ka dimas yaaa).Tanpa dipikirkan lebih panjang, rendipun segera membereskan tugasnya itu. Sesudah selesai dari tugasnya rendi pergi ke kamar dan ketika sesampainya dikamar, terlihat sang kaka yang termenung didalam lamunan dengan raut muka yang masih menandakan hal yang sama, terduduk mematung diatas kasur. "Ka....ka....ka dimas.... "

"Iya ... jawab dimas dengan wajah kaget

Ada apa ren...."

"hmmm,,, ka, kenapa dan ada masalah apa...."tanya Rendi dengan rasa keheranan

"Haah... masalah ....."

"Iyaaa itu aku perhatikan kaka dari tadi melamun terus kaya ada masalah yang sangat serius...."seru rendi

"Iyaa ren, kaka bingung dengan hal bagaimana kita untuk bisa tetap bersama dan bertahan hidup,sedangkan kita disini dirumah ini tinggal hanya berdua tanpa seorang ibu dan ayah, terus tidak ada pula saudara serta tetangga yang dekat.

Kaka bingung ....."

"ya bingung kenapa ka....? Cerita saja sama rendi...."

"Iyaaa, kita bisa makan bisa itu dan ini untuk bertahan hidup dirumah ini, karena hanya berlindung didalam sebuah warisan dari ibu dan ayah, sedangkan hari demi hari semua itu sudah menipis, persediaan makanan kita sudah mau habis dan persediaan yang lainnya juga ren.....kaka berpikir, jika kaka pergi untuk mencari penghasilan keluar desa, atau meninggalkan desa ini. Kaka bingung dengan keadaan yang sekarang karena disisi lain kaka pun tidak bisa meninggalkan kamu seorang diri, tetapi tidak bisa pula mengajakmu untuk membanting tulang mencari penghasilan, karena jika itu terjadi atau dilakukan,kaka merasa kaka adalah salah satu orang yang gagal menjaga adiknya..."

"Hmmm....begitu ya ka, tapi bagi rendi sih itu tidak masalah, jikalau rendi harus ikut dengan kaka mencari penghasilan, apapun itu Rendi siap. Karena kaka tau sendiri kan sekarang rendi sudah beranjak menjadi seorang remaja, mungkin bisa membantu dan berjuang bersama....."

"iyaaa sih ren, tapi kan kamu punya mimpi yang ingin digapai juga, yang mungkin jika kamu ikut bersama kaka, mimpimu bisa tak terwujudkan"

"ahh kaka, tenang saja itu bisa diatur, lagian mimpi rendi kan hidup dan mengejar mimpi bersama kaka ...."

**********

Ikuti terus ceritanya yaaa

Karena akan ada banyak rahasia yang akan dikupas dari Secangkir teh hangat teruntuk Tuhan.

Thanks'