webnovel

Pesta

Rembulan melihat sekeliling ruang pesta, dekorasi yang cantik dengan bunga dan balon berwarna ungu muda, merah muda dan putih. Sepertinya si pemilik pesta menyukai perpaduan ketiga warna itu. Ah, Rembulan merasa takut ketika melangkah memasuki ruang pesta bersama Sarah.

Tadi mereka berdua bertemu di luar gedung lalu masuk bersama-sama. Begitu pengaturan yang dilakukan oleh Sarah. Rembulan mencengkram erat clutch berwarna gold yang dibawanya. Sarah berbisik ke telinga Rembulan, " Jangan takut, ada aku lagipula malam ini kamu terlihat cantik dan sempurna."

Rembulan balas berbisik, "Penampilanku sudah terlihat hits?"

Sarah mengangguk, dia tersenyum. Lalu menggamit lengan Rembulan untuk berjalan bersamanya menghampiri teman Sarah yang berulang tahun, si pemilik pesta.

Sarah mengenalkan temannya, namanya Melody, Rembulan berpikir mungkin orang tuanya sangat menyukai musik hingga menamai anaknya Melody. Biasanya seperti itu, orang tua menamai anaknya karena harapan atau karena sangat menyukai sesuatu. Kata Sarah setelahnya, kalau mama Melody dulu adalah seorang penyanyi. Pantas saja.

Sarah mengajak Rembulan memilih tempat duduk sedikit di pinggir ruangan, sambil melihat mungkin saja ada beberapa orang temannya yang dia akrab saat kuliah. "Lan, lihat arah jam enam," bisik Sarah. Rembulan mengarahkan pandangan matanya sesuai perintah Sarah. Matanya melihat Raditya yang sedang berdiri bersama perempuan yang tadi dilihatnya di mobil. Perempuan itu sangat cantik dengan gaun merahnya. "Namanya Venita, aku dengar dia sepupu Melody." Sarah berbisik lagi.

Raditya dan Venita sedang berbincang dengan seseorang. Mereka terlihat akrab, Rembulan bisa melihat ekspresi ketiganya. Tangan mereka masing-masing memegang minuman. Rembulan memperhatikan Venita berdiri rapat disamping Raditya. Sesekali tangannya memegang lengan Raditya. Terkadang kepalanya dimiringkan dan  sedikit menempel di bahu Raditya. Rembulan merasa perempuan itu terlalu berlebihan. Akhirnya Rembulan membuang pandangan matanya, dia lebih tertarik memakan kue-kue yang diambil Sarah sambil berbicara dengan Sarah.

***

Raditya memperhatikan Rembulan ketika perempuan itu memasuki ruang pesta. Matanya tak lepas menatap Rembulan. Kakinya ingin melangkah menghampiri tapi Venita menahan langkahnya. Lalu mulai mengenalkan Raditya ke beberapa orang. Tidak terlalu sulit bagi Raditya bicara dan akrab dengan orang lain. Namun, matanya sesekali mencari keberadaan Rembulan. Pikirannya mencari cara bagaimana bisa lepas sejenak dari Venita.

***

Beberapa teman Sarah mulai datang menghampiri, seperti biasa saat berada di suatu tempat dengan seseorang yang lama tak bertemu, isi pembicaraannya adalah soal masa lalu meskipun dulu tidak dekat bahkan mungkin jarang bertegur sapa. Sarah mengenalkan Rembulan dengan beberapa temannya yang kebanyakan laki-laki.

"Kalian kesini nggak sama pasangan karena mau sekalian cari jodoh?" Sarah bertanya usil, teman-temannya kompak menjawab "Iya dong!"

Ada seorang teman Sarah yang duduk disamping Rembulan, "Kalau sahabatmu ini belum punya pacar, bolehkan aku dekati?" katanya sambil tersenyum.

"Nggak boleh! Lo playboy! Korban lo udah banyak. Lagian tumben banget lo datang nggak bawa pasangan?"

"Kita udah janjian Sar, kasihan temen lain yang nggak punya pasangan," jawab teman Sarah yang memakai kemeja biru.

"Jangan-jangan lo udah punya pacar lagi?" Sarah bertanya galak pada laki-laki yang duduk di samping Rembulan.

"Nggak Sar, gue udah tobat lah jadi playboy. Niat gue serius cari calon istri."

"Halah lagu lo, nggak yakin gue!" Sarah mengibaskan tangannya. Rembulan hanya bisa tersenyum simpul. Laki-laki yang disampingnya mulai mengajak Rembulan ngobrol saat Sarah disibukkan dengan teman-temannya yang lain. Rembulan suka bicara dengan Tristan, terkadang dia berusaha menahan tawanya saat Tristan mengatakan sesuatu yang lucu. Laki-laki ini sangat menyenangkan.

"Gue nitip sahabat gue ya, awas lo kalau berani colek-colek! Jangan sampai lecet !" Sarah membulatkan matanya.

"Lo kira panci, lecet !" Tristan menyahut, "Eh, dikit aja boleh ya?" Tristan memperagakan dengan jarinya, mendekatkan jari telunjuk dan ibu jari.

"Nggak boleh ! Lan, gue tinggal bentar ya nongkrong di bar. Atau lo juga mau ikut?"

"Aku disini aja Sar. Kalau Tristan mau ke bar juga silakan, " tawar Rembulan.

"Nggak, aku disini aja, selagi nggak ada Sarah. Aku bisa bebas ngobrol sama kamu." Tristan menggoda Sarah.

"Kok gue jadi was-was ninggalin sahabat gue di dekat lo."

"Tenang aja Sar, nggak bakalan gue apa-apain. Gue kalau ikut lo ke bar entar tergoda ikut minum, padahal harus ada satu orang yang waras buat bawa kunyuk-kunyuk ini pulang. Gue yang nyetir Sar."

"Nggak apa-apa aku tinggal Lan?"

"Nggak apa-apa, ada gue. Sana gih!" Tristan menggebah Sarah. Meminta Sarah segera pergi.

***

Kenapa dia harus tersenyum semanis itu? Siapa laki-laki yang duduk disampingnya? Kenapa mereka terlihat akrab? Sedari tadi Raditya melihat ke arah Rembulan dengan berbagai kata tanya di kepalanya.

Dia tidak bisa lepas dari Venita yang menariknya ke sana kemari. Mengenalkannya ke banyak orang sambil menggamit lengannya. Belum lagi beberapa orang yang menghampiri minta foto berdua dengan Venita atau hanya sendiri. Raditya baru bisa sedikit merasa tenang saat acara makan. Matanya sesekali melirik ke arah Rembulan.

Raditya melihat Rembulan pergi meninggalkan laki-laki itu. Raditya segera berjalan meninggalkan Venita. Dia ingin menyapa Rembulan.

***

Rembulan mencari Sarah, dia berpamitan pada Tristan. Rembulan ingin pulang, dia merasa malam ini sudah sangat larut untuk berlama-lama di tempat pesta.

Tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Rembulan terkejut, kepalanya melihat ke belakang, tak menduga Raditya yang menarik tangannya dan menahannya.

"Rembulan !"

"Hai !" Hanya itu yang bisa keluar dari bibir Rembulan, dia sangat terkejut dan tak tahu harus berkata apa.

"Mau kemana?"

"Mencari Sarah, aku mau mengajak dia pulang. Sudah larut."

"Oh, tunggulah sebentar lagi. Aku mau ngobrol sama kamu."

"Ada yang sangat penting?"

"Nggak ada, aku hanya ingin bicara." Raditya menatap Rembulan lembut, "Malam ini kamu cantik sekali," katanya lagi. Rembulan hanya tersenyum menanggapi pujian Raditya.

Venita tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua, "Hai, kenalkan aku Venita." Dia mengulurkan tangannya, Rembulan menyambut uluran tangan Venita sambil menyebutkan namanya.

Venita selalu terlihat percaya diri.

"Maafkan aku nggak bisa ngobrol berlama-lama dengan kalian berdua. Aku harus mencari temanku." Rembulan sedang tak ingin bicara dengan Venita, sedari tadi hatinya rusuh melihat Venita yang bergelayut manja disamping Raditya. Walaupun dia tampak asyik ngobrol dengan Tristan tapi matanya sesekali melirik ke arah Raditya. Dia tidak bisa mendefinisikan perasaannya. Marah, cemburu, tak suka. Tapi apa haknya? Siapa dia? Hanya seorang tetangga yang baik hati.

Lebih baik dia pergi, rasanya dia tidak akan mampu berlama-lama melihat Venita menempel terus disamping Raditya. Rembulan memberikan senyum terbaiknya sebelum meninggalkan mereka berdua.