Berlin menatap ke sana kemari mencari seseorang di sebuah cafe, matanya menyusuri setiap pelanggan sampai akhirnya jatuh pada seorang pemuda yang memakai topi hitam yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.
Kakinya melangkah menuju pemuda itu, kemudian duduk di kursi depannya. "Maaf lama."
Deon yang mendengar suara Berlin langsung menyimpan ponselnya. "Gak papa, gue juga belum lama." Balasnya.
Berlin mengangguk. "Aku mau nanya sama kamu, tentang berita yang lagi jadi perbincangan semua orang, gak mungkin kan kamu gak tau?"
Deon terkekeh. "To the point banget lo."
"Deon jawab jujur, apa itu Prili?" Raut wajah Deon berubah dingin.
"Hm." Gumamnya.
Berlin bingung harus bersikap seperti apa, gadis itu lagi- lagi mendapat sebuah kejutan yang selalu membuatnya jantungan.
"Gimana bisa hal itu bisa terjadi sama Prili?"
Deon menghela nafasnya. "Gue gak tau, gak guna banget yah gue jadi pacar?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com