#Linda Pov
...
Pagi ini sangat ajaib, alarm belum berbunyi dan mama pun belum memanggilku. Tetapi aku sudah siap dengan semua kebutuhanku untuk pergi sekolah.
Yah tumben banget sih gue kayak gini.
Ku berjalan menuju dapur, dan melihat mama sedang sibuk memasak.
"Mah sarapan pakai apa!?"
Ku kaget-kan mama dengan sengaja.
"Astaga, bikin mama kaget aja. Kok tumben pagi-pagi sudah rapi semua dan siap untuk pergi. Malah sudah tanya sarapan, ada apa hayo!?"
Mama tertawa sambil mendekat ke arahku.
"Hayo, cerita sama mama"
Sambil duduk di ruang makan.
"Apaan sih mah, gak papa kali. Ya cuma lagi pengen bangun pagi aja!"
Rasanya warna pipiku sudah setara dengan udang rebus yang sudah matang. Aku malu.
"Hei, Linda mama juga pernah SMA loh. Apa sih yang gak mama tahu, nanti mama juga bakalan tahu!"
Seraya berdiri mengambil beberapa makanan yang sudah matang.
"Apaan sih mahhhh, anaknya sendiri kok mau di introgasi!?"
Mama hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya. Menandakan bahwa mama siap untuk menjadi detektif yang siap menyelidiki ku.
"Tara... Mie Goreng bumbu rica!"
Mama menyodorkan masakan yang baru saja ia buat di hadapanku.
"Waow, Pasti lezat sekali!"
Tanpa pikir panjang aku pun langsung melahap makanan tersebut.
"Ehem."
Aku berhenti mengunyah sambil melihat ke arah mama.
Dia hanya melihatku sambil memberikan sebuah isyarat yang harus ku ingat kembali.
Tapi bodo amat, ku lanjutkan sarapanku.
"Ehem... Ehem. Linda!"
Baru saja dua sendok mama mengulangi dengan isyarat yang sama. Ku putar bola mataku dan mengisyaratkan bahwa
"Apa... Mah???"
Tak lama setelah aku memberikan isyarat itu. Lagi-lagi mama memberikan isyarat berikutnya.
Astaga ini lagi kontes isyarat apa yak...
"Berdoa!?"
Melihatku tajam sambil melotot dan mengangguk.
"Bilang aja kali mah dari tadi, gak usah pake isyarat gak jelas gitu!?"
Mama hanya menggelengkan kepalanya dan mengambil beberapa menu makanan dan kembali duduk di depanku.
"Yuk mah, anter Linda ke sekolah!!!"
Semua makanan sudah habis, jadi aku siap untuk berangkat ke sekolah.
"Cuci piring dulu!"
Aku berlari masuk mobil saat mama memintaku untuk mencuci piring.
Ugh, ogah banget. Tangan sudah pakai parfum dari pada pakai lagi nanti.
Ku buka pintu dan aku masuk ke dalam mobil.
Tak lama setelah menunggu, mama keluar dari rumah dan bergegas menuju mobil.
"Sayang, gak ada yang ketinggalan kan?"
"Gak mah! Ayo buruan jalan!?"
Dengan nada gak sabar aku meminta kepada mama.
Jadi gak sabaran gue ha ha ha.
"Sayang, nanti mama agak telat jemput-nya gimana?"
"Kenapa mah!?"
Tanyaku dengan jengkel.
"Mama ada kursus sama pegawai baru mama, banyak yang daftar loh sayang di Bakery yang mama buka!"
Aku hanya diam sambil melihat ke arah jendela.
"Aku naik Go-Jek aja mah"
Seru ku sambil menggerutu pada mama.
***
#Pov
...
Masih dengan mobil yang sama Linda datang menjadi sebuah pusat perhatian sesaat. Ya karena salah satunya dia anak baru, mobil bagus, follower banyak, cantik, dan cuek nya dia malah bikin banyak cowok meleleh karenanya.
"Mah aku sekolah dulu, bye"
Banting pintu dengan keras.
Linda meninggalkan mamanya tanpa menunggu balasan dari mamanya.
"Selalu"
Keluh Mrs. Luna sambil melihat anak semata wayangnya berjalan dengan cepat menuju kelas.
Mama nya pun dengan sabar menunggu sampai Linda benar-benar masuk kelas, dan setelah itu pergi meninggalkan sekolahan untuk melanjutkan kerja.
Semua mata pun tertuju padanya, tidak lepas dari seseorang yang menjadi pusat perhatian. Dari keluar mobil sampai masuk kelas, semua murid kebanyakan laki-laki pada berbaris untuk menantikannya. Hanya untuk melihat dan menyapanya.
Satu senyuman darinya bisa membuat semua kaum Adam klepek-klepek karenanya.
"Hai, Linda"
Genk yang sebelumnya menawari Linda untuk bergabung dengan Genk nya telah menyapa Linda dengan lembut secara bersamaan.
Linda hanya memberikan sebuah senyuman lebar selama dua detik, dan kembali lagi pada wajah jutek khas-nya dia.
"Hai, Tita!"
Menyapa dengan lembut.
Berbeda dengan yang lainnya, sikap Linda terhadap Tita sangatlah berbeda. Linda sungguh menjadi sifat 360° kebalikan dari sifat aslinya.
Ya karena ia ingin mengetahui apa sebenarnya masalah yang sedang Tita hadapi sekarang.
Tita hanya diam dan kemudian menolah ke arah jendela, tidak menghiraukan sapaan dari Linda.
Keluar ekspresi jengkel dari Linda yang sengaja dia sembunyikan. Ngomong-ngomong Linda jago Acting loh.
"Ngomong-ngomong kamu tahu gak Herman kelas berapa?"
Linda memberanikan diri untuk bertanya kepada Tita.
Tita hanya terdiam dan tidak menghiraukan kembali Linda.
Terlihat Linda memohon-mohon kepada Tita dengan gaya nya yang semakin memelas dan menjijikkan baginya.
Ogah sebenarnya dia lakukan, tapi apapun buat Herman pasti dia lakukan.
Tita mengambil sebuah buku, dan menyobek beberapa lembar kertas di dalamnya. Kemudian dia menuliskan sesuatu di kertas tersebut.
"12-B"
Dan menggesernya di atas meja, dari hadapannya menuju ke depan Linda.
Dengan sigap Linda pun langsung mengambil kertas tersebut dan pergi menuju kelas 12-B.
Sudah sampai ambang pintu Linda berhenti dan berjalan mundur secara perlahan dan mengendap-endap.
Menghampiri Tita.
"Thank you ya Tit, Love U"
Bisik Linda kepada Tita.
Tak lama kemudian, Linda berlari menuju kelas 12-B.
***
#Linda Pov
...
Hatiku berdebar tak beraturan, tinggal beberapa langkah lagi aku akan sampai ke kelas nya.
Aduh, aku harus ngomong apa ya?.
Hai.
Herman hai
Hmm ada Herman?
Woi Herman!!!
Kak Herman-nya ada?
Herman kamu cakep hari ini ..
Dih udah-udah kok gue jadi ngelantur ya.
Kutarik nafas dalam-dalam dan memasukkan kepalaku saja antar ambang pintu kelas 12-B dan dalamnya.
Jadi badanku di luar, kepalaku di dalam.
Sekejap semua mata tertuju padaku.
Ku lihat murid cewek-nya pada sinis lihat muka ku, yang cowok malah berbisik-bisik dan ada yang mulai berdiri dan datang menghampiriku.
Ku kembalikan tubuhku ke posisi semula.
"Ngapain dek kesini? Anak baru ya, Nyari'in Herman?"
Aku yang sebelumnya senyum-senyum sendiri langsung terdiam.
Gini loh masak semuanya tahu sih, kalau gue mau nyari'in Herman. Cepet banget deh rasanya berita ke sebar dengan sangat cepat.
"Ah, iya kak. Saya sedang nyari Kak Herman. Kak Herman nya dimana ya kak?"
Aku bertanya sambil menundukkan kepala ku.
Pura-pura sopan kali.
"Woi, Ben!!! jangan di embat tuh gebetannya si Herman. Bisa mati lo besok"
Ku dengar salah satu dari anak laki-laki yang duduk berteriak dengan kencang.
"Gak usah di dengerin ya, dek"
Ku lihat malah makin aneh nih kakak kelas gaya-nya di depan gue.
"Kenalin, Bentang. Panggil aja Iben."
Dia mengulurkan tangan-nya di hadapanku, tapi ku hanya diam dan mengalihkan pembicaraan.
"Jadi, kak Herman nya dimana ya kak?"
Dengan cepat dia menurunkan tangannya, dan memasang ekspresi menjijikkan lainnya di hadapanku.
"Herman hari ini tidak masuk, Dek jadi kalau mau ada salam atau nemuin bisa ke kakak Iben aja!?"
Njir gila nih orang. Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan tempat.
"Wkwkw, Iben di tolak. Kasian lu Ben"
Aku masih bisa mendengarnya meskipun sudah agak jauh dari ruangan kelas itu.
Tapi, mengapa dia tidak ada di kelasnya. Aku berjalan lesu menuku kelas.
"Eh, ceweknya Herman ya!?"
Aku langsung mendongak ke arah orang yang baru saja berbicara kepadaku.
"Ah, bukan kak. Cuma teman nya saja"
Ngomong-ngomong dia cewek, putih, rambut panjang agak centil gitu. Sukanya ngelinting-linting rambut dengan jari telunjuknya.
"Dia sedang tidak masuk sekolah, sayang. Gak update banget sih, aku aja yang bukan apa-apanya tahu!?"
Sambil nada mengejek kepadaku.
Berhasil loe buat gue panas njir.
"Ah, iya tah kak. Maaf ya kak sebelumnya, soalnya saya bukan penguntit nya si Herman yang harus tahu seluk beluk kehidupan dia!?"
Tanpa tunggu dia menjawab, aku langsung bergegas menuju kelas.
Tak ku dengar sepatah kata keluar dari bibir nya.
Gak peduli.
Aku masuk kelas dengan kesal, dan duduk dengan kasar di sebelahnya Tita.
Tak lama setelah aku duduk, tiba-tiba selembar kertas muncul di hadapanku.
"Ada apa denganmu, tidak seperti biasanya?"
"Aku lagi sedih Tit, biasa banyak anak yang gak suka sama aku gara-gara aku dekat dengan Herman!"
Dia kemudian mengambil kembali kertasnya dan menulis kembali.
"Eh, gak papa ngomong aja. Gak usah di tulis"
Dia melihatku sesaat kemudian menulis kembali.
Ya, terserah lah.
Kali ini Tita menulis agak panjang, hmmm dia curhat atau gimana ini. Lama banget.
Setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya dia memberikan kertas itu kepadaku lagi.
"Asal kamu tahu Lin, Herman adalah cowok paling populer di sini. Dan dia adalah idaman seluruh murid cewek yang ada di sini, cowok pun banyak yang kagum padanya, mulai dari prestasinya di bidang olahraga, kelas, dan masih banyak lagi. Dia adalah anak baik-baik yang sangat ramah tapi pendiam. Dan satu lagi, dia tidak pernah dekat dengan cewek satu kali pun di sekolah ini. Nah itu mangkanya banyak cewek yang sampai berlomba-lomba buat dapetin si Herman. Lah lu, baru dateng eh malah udah bisa di gendong Herman, di anterin pulang dan di kenalin sama Papa nya lagi. Ya jelas banget banyak cewek di sekolah ini yang gak suka denganmu. Dan begitupun juga cowok nya, mereka banyak banget yang suka dan mengagumi mu sejak pertama kali kamu dateng. Dan banyak anak juga yang taruhan untuk bisa dapetin kamu. Salah satunya anak yang satu kelas dengan Herman, namanya Iben dia ngebet banget sama kamu. Sampai dia tahu semuanya tentang kamu. Cukup itu saja yang aku kasih tahu sama kamu. Maaf aku gak bisa ngomong langsung sama kamu, aku takut anak-anak cowok nanti buli dan ngerjain aku lagi gara-gara dekatin kamu."
Astaga apakah semua benar yang di tuliskan oleh Tita. Aku hanya terdiam dan menunduk meremas kertas itu. Ku menoleh ke arah Tita, dan dia hanya menunduk sambil membaca bukunya.
Aku hanya memandang kosong ke arah papan tulis yang berada di depan.
.
.
.