webnovel

Sang Dewa Pembunuh

Sepulang kerja, Hendra hanya ingin istirahat di rumah warisan keluarganya di Yogyakarta. Baru saja masuk rumah, ia disuguhkan ddengan pemandangan indah. Para wanita cantik yang sedang asik mengobrol, yang hanya menggunakan baju dalaman dan celana pendek, memperlihatkan kaki jenjang yang putih. Tak butuh waktu lama, para wanita itu langsung berteriak "maling-maling". Hendrapun tanpa berpikir lama langsung masuk kamar untuk berlindung. Para wanita itu tidak tahu bahwa pria yang dituduh maling adalah pemilik rumah itu. Hendra menyadari bahwa hidupnya tak lagi sedatar dulu. Rumah itu akan menjadi tempat para wanita cantik berkumpul...

Si_Amatir04 · Aktion
Zu wenig Bewertungen
2 Chs

2. Para Wanita Penyewa Rumah

Melihat wanita itu marah, Hendra dengan segera melepaskan pelukannya. Karena kehilangan keseimbangan, mereka jatuh kelantai dengan posisi saling tumpang tindih.

Saat itu juga, ada seruan yang terdengar dari luar rumah, "Hendra,apakah kamu sudah sampai rumah?"

Tanpa banyak berpikir, Hendra segera melihat kepintu. Disana berdiri seorang wanita mengenakan kebaya. Wanita itu sangat cantik. Kulit putih bersemu merah. Dengan tubuh memakai kebaya, tubuhnya seperti jam pasir. Kebayanya tidak terlalu mewah, tapi terlihat anggun ketika dikenakan.

"Saudariku Rani, akhirnya aku melihatmu. Aku sangat merindukanmu!!"

Dia adalah Maharani Putri, kakaknya Hendra. Meskipun bukan saudara kandung, tetapi rasa persaudaraan mereka sudah seperti kakak beradik.

Pada saat itu juga, ketiga wanita itu terbelalak kaget. Pria yang dikira maling, sebenarnya adalah adik dari Mbak Rani.

Salah satu wanita itu menyela pembicaraan antar saudara itu, "Tunggu, Mbak Rani, bisakah kau memberitahuku? Apa yang terjadi, mengapa seorang pria tiba tiba muncul di rumah kita?"

Hendra menirukan nada wanita itu, "Ya, aku ingin tahu mengapa wanita arogan ini muncul dirumahku. Apalagi menuduhku sebagai maling, dia sangat arogan!!"

"Siapa yang arogan, kau menghinaku?", Wanita itu berteriak dengan marah.

Melihat keributan ini, Mbak Rani segera menengahi, "Tunggu dulu. Kalian salah paham. Izinkan aku memperkenalkannya kepadamu. Ini Hendra Hartono, cucu tertua Pak Hartono. Setelah Pak Hartono meninggal dunia, dia mewariskan rumah ini kepadanya. Jadi saat ini, Hendra akan menjadi pemilik rumah ini."

"Apa, pemilik rumah!!"

Wajah ketiga wanita itu pucat. Mereka tidak menyangka bahwa pria yang dituduh maling adalah pemilik eumah yang ditempatinya.

Kemudian, Rani mengenalkan ketiga wanita itu kepada Hendra, "Yang pertama, wanita yang menyerangmu tadi adalah Anisa Hendrawan. Seorang petugas polisi."

Hendra kaget, ia tidak menyangka bahwa Anisa seorang polisi. Ia bergumam, "Pantesan, dia bisa menggunakan sedikit ilmu bela diri."

Rani segera melanjutkan perkenalan, "Yang kedua, dia adalah Fitriana Devina seorang Perawat. Dan disebelahnya adalah Shintia Dewi seorang Pegawai Negeri. Mereka adalah penyewa rumah disini."

Hendra bingung, mengapa rumah ini disewakan. Kakeknya tidak akan kekurangan uang hingga menyewakan rumahnya.

"Karena kamu adalah tuan tanah, aku akan memaafkanmu hari ini."

Mengetahui bahwa Hendra adalah pemilik rumah. Anisa segera meminta maaf, Fitri dan Dewi pun ikut meminta maaf.

Hendra segera tersenyum. Dia berpikir akan rugi jika dia mengusir para penyewa yang begitu cantik ini.

Setelah perkenalan itu, para wanita itu segera membubarkan diri menuju ke kamar masing-masing. Mereka merasa malu dengan perbuatannya.

Dalam situasi ini, Rani segera berkata, "Kamu jangan tersenyum, Anita adalah seorang atlit pencak silat. Kau bisa dihajar olehnya."

Hendra hanya tersenyum. Ia berfikir, "Meskipun dia seorang jenius bela diri pun, kekuatannya tidak dapat dibandingkan denganku."

Rani bertanya lagi, " Hendra kemana saja kamu selama sepuluh tahun terakhir ini? Bagaimana Kabarmu?"