Sajakku berhenti, lamunanku terputar kembali tentang warna krayon kehidupan yang pernah beliau berikan. Teringat lima belas tahun silam, aku lahir sebagai peri kecil satu-satunya di gubuk ini, tinggal sebagai anak bungsu membuatku tumbuh jadi anak yang manja. kehidupanku tidak seperti anak-anak pada umumnya, memiliki dayang-dayang yang selalu siap melayaninya.
Suatu ketika, Aku merengek meminta dibelikan sepeda, "ayah belikan Elisabet sepeda punyanya Aurora". Dengan belaian lembut Ayah mengelus kepalaku "ya nak, besok Ayah belikan…". Seketika itu ada sinar pelangi di kedua bola mataku, Ayah yang melihatnya pun ikut senang meskipun Ia tak tau dari mana Ia mendapatkan uang untuk membelikan Aku sepeda. Aku yang masih polos itu berlari-lari sambil berputar-putar "Horeeee…!!! besok Elisabet punya sepeda baru" Aku tak mengetahui seberapa berat yang ditanggung di pundak Ayah "Nak Ayah akan berusaha membahagiakan kamu", bisikan hati Ayah ambil memeluk Aku
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com