Jam sudah menunjukkan pukul 05.15 sore. Langit di luar sana telah berubah warna menjadi jingga kemerahan. Aku berhenti sejenak untuk mengelap tetesan keringat yang telah jatuh satu per satu menuruni dahi dan pelipisku. Kemudian kembali melanjutkan kegiatanku, yaitu mengepel lantai depan kelas.
Cih, aku sangat membenci nasib sial yang menimpaku saat ini. Kembali terjebak di jadwal piket menyebalkan ini, membuatku tersiksa bukan main!
Bagaimana tidak tersiksa? Aku mengerjakan semua kegiatan piket ini sendirian! Entah untuk yang ke berapa kalinya dalam bulan ini. Aku tidak tahu. Pokoknya, aku kembali terjerat di jadwal melelahkan ini!
Sebenarnya, bukan hanya aku yang mendapat jadwal piket hari ini. Ada sekitar 6 orang lagi selain aku. Namun mereka semua hilang lagi bak ditelan bumi. Mereka berenam juga tidak pernah melaksanakan piket sialan ini. Selalu saja aku. Aku!
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com