Keesokannya, aku mulai mendekatinya lagi. "Fen… kita harus bicara!"
"Katakan saja!"
"Tidak disini," bisikku. Beberapa teman melihat kearah kami.
"Kalau tidak mau, maka tak perlu bicara!" balasnya sedikit angkuh.
"Cie… cie… si musuh bebuyutan lagi diem-dieman tuh…" celetuk salah satu teman.
"Bukan diem-dieman, tapi lagi marahan…" sahut yang lain.
"Nah… apa bedanya?" celetuk yang lain lagi.
"Bedanya, kalau diem-dieman itu nggak bicara sama sekali. Kalau marahan, mau bicara males. Hahaha…" ledekan terus datang.
"Kalian ini apa-apaan sih? Diam semuanya!" bentak Fendi kemudian beranjak ke luar. Ingin rasanya segera menyusul dia, tapi aku tak memiliki cukup keberanian. Kala dirinya sedang sangat kesal, seperti kejadian tempo hari. Bukannya mendengar penjelasanku, malah mengusirku pergi.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com