Sore menjelang Maghrib, aku dan ibu bercengkrama sambil menyantap makanan di dapur.
"Nak kamu gaboleh nyakitin perempuan!" pungkas ibu
"Iya Bu aku usahakan" jawab ku
"Sebenernya Ibu gamau kamu pacaran atau semacamnya" ucap ibu
Aku merasa seperti Ibu mengetahui apa yang terjadi padaku, padahal aku belum mengatakan sepatah kata pun tentang Salju.
"Ibu mau kamu fokus untuk masa depan kamu dan kamu fokus belajar" ucap ibu
"Iya ibu, aku udah berusaha belajar dan aku juga memikirkan masa depan ku" ucap ku
"Ibu ga melarang kamu untuk mengenal dan mencintai perempuan nak, yang ibu khawatirkan adalah saat kamu sudah terlena dengan cinta sehingga melupakan tujuan awal kamu" ucap ibu
"Nak, cinta itu bisa merubah seseorang, ada kalanya yang baik menjadi jahat dan jahat menjadi baik, jatuh cinta lah nak, namun jangan sampai kamu terlena dengan cinta itu" lanjut ibu
Aku sadar bahwa perasaan seorang ibu sangat tajam dan sensitif, bahkan seorang ibu bisa mengetahui apa yang terjadi dengan anaknya padahal anak nya belum mengucapkan apapun, aku ingin menuruti kata-kata ibu, aku mungkin merasa jatuh cinta terhadap Salju, namun aku juga harus menjaga cinta ini, aku tidak boleh terlalu dalam.
Azan Maghrib berkumandang, ibu beranjak masuk ke kamar nya dan melaksanakan sholat. aku pun bersiap untuk pergi ke masjid.
Setelah melaksanakan sholat Maghrib, aku bermain handphone ku kembali , aku bermain game online bersama teman-teman online ku.
Namun kebosanan masih saja menghantui ku, aku selalu teringat kata-kata ibu. Di satu sisi aku tidak ingin menyakiti perasaan ibu dan di sisi lain aku ingin merasakan kedekatan dengan seorang perempuan yang sudah berhasil membuat aku jatuh cinta.
Telepon ku berdering , ternyata ayah menelpon ku
"Nak mau beli kwetiau goreng ga?" ucap ayah
"Boleh ya, jangan pedes-peses kayak biasa" ucap ku
"Iya tunggu dirumah ya, ibu udah makan belum?" ucap ayah
"Udah tadi sore sama aku juga yah" ucap ku
"Yaudah ayah beli dua biar makan sama ibu" ucap ayah
Ayah adalah sering sekali menanyakan apakah aku ingin dibawakan makanan atau tidak. Biasanya ayah sering ada proyek keluar kota, ayah bekerja sebagai mekanik alat berat, namun pada saat ini, ayah lebih sering kerja di proyek-proyek terdekat.
Dari kecil aku ingin sekali menjadi seperti ayah ku, namun ibu ku selalu melarang karena pekerjaan ayah sangat berat dan ibu berharap aku menjadi lebih besar dari ayah.
"Assalamualaikum" suara besar seorang pria paruh baya dari arah pintu
"wa'alaikumsalam salam yah" jawab ku
"Nih kwetiau nya" ucap ayah
"Oke makasih yah" ucap ku
"Pedes manis kan yah?" lanjut ku
"Iya dong, mana kuat kamu kalo pedes haha" ucap ayah sembari tertawa
Ayah pun menghampiri ibu di dalam kamar, Aku pun langsung menyantap kwetiau tersebut. Aku tak habis pikir, mengapa perutku tak puas-puas nya dalam menyantap makanan, padahal aku sudah membaca doa sebelum makan dan minum. Dan aku heran kenapa badan ku tidak pernah gemuk.
Hari semakin larut, aku beranjak ke tempat tidur ku dan segera untuk tidur. Karena esok hari aku ingin lari pagi mengelilingi perumahan ku.
Adzan subuh berkumandang dan membangunkan ku dari tidur lelap ku. Selepas sholat, aku melihat handphone ku dahulu. Aku mendapat notif dari Nisa.
"Lan si Salju di ajak nonton sama cowo" chat Nisa
"Ya terus kenapa?" balas ku
"Awalnya gua kira itu lu" balas Nisa
"Gua belum berani ngajak Salju untuk pergi berdua nis" balas ku
"Lah lu ga cemburu atau apa gitu? kan Salju mau di pepet sama cowo lain lohhh" balas Nisa
"Sebenernya sedikit iri , kenapa cowo lain bisa seberani itu sedangkan gua engga nis, tapi mau gimana lagi, gua belum ada keberanian dan cowo itu punya keberanian" balas ku
"Lu sebenernya suka ga sih sama Salju?" balas Nisa
"Ya suka tapi gua gamau nyari masalah hanya karena seorang perempuan nis" balas ku
"Yaudah terserah lu, jangan sampe lu nyesel ya rul" balas Nisa
Aku pun menutup handphone ku dan bersiap untuk lari, kicauan burung dan sejuk nya udara pagi membuat suasana menjadi sangat tenang dan segar. Ditambah embun yang jatuh di dedaunan menumbuhkan rasa yang sangat tenang. Udara pagi adalah udara yang sangat baik apalagi kendaraan belum banyak yang berlalu lalang.
Di tengah perjalanan ku berlari, tiba-tiba saja terbesit di pikiran ku, apakah aku akan melepaskan begitu saja Salju? apakah hati ku sedingin ini? apakah aku tidak peduli padanya? banyak sekali pertanyaan-pertanyaan aneh muncul dikepala ku. Aku diam sejenak di sebuah tempat duduk di pinggir taman, aku terdiam dan merenung, apakah cinta serumit ini? aku hanya baru jatuh cinta. Bahkan aku belum tau apakah Salju cinta kepadaku atau tidak.
Aku berpikir bahwa tidak mungkin seorang perempuan cantik seperti Salju bisa jatuh cinta kepada lelaki yang tidak memiliki kelebihan seperti ku.
Aku langsung bergegas kerumah ku , lalu mengambil handphone ku dan chat Anisa.
"Nis" tulis ku
Sembari menunggu Anisa membalas, aku melakukan pendinginan, agar tubuh ku rileks kembali.
"Nak sarapan dulu" ucap ibu dari arah dapur dengan nada sedikit dinaikkan
"Iya Bu sebentar, nanti aku makan sarapannya" sahut ku
Aku pun memutuskan untuk makan sarapan dahulu , saat aku makan, notif di hp ku pun muncul.
"Apa?" balas Anisa
"Emang siapa yang deketin si Salju?" balas ku
"Ternyata lu peduli juga" balas Anisa
"Ya pikiran gua berubah-ubah, gua pun bingung sendiri" balas ku
"Yang deketin salju dan ngajak salju untuk nonton bioskop itu temen lama nya di SMP" balas Anisa
"Kalo boleh tau, siapa namanya?" balas ku
"Nama nya Frans" balas Anisa
"Orang nya emang gimana?" balas ku
"Ya gitu deh, sedikit sombong, makanya gua ga suka kalo dia deketin sahabat gua" balas Anisa
"Maksudnya sombong gimana?" balas ku
"Dia suka pamer kekayaannya, dia suka sombong dengan motor gede dan mobil orang tua nya, gua sebel sama orang kayak gitu" balas Anisa
"Terus dia juga suka nongkrong ga jelas, gua gamau sahabat gua ketemu orang yang kayak begitu" lanjut Anisa
"Waduh dari gaya hidup gua udah kalah jauh" balas ku
"Maksudnya gimana?" balas Anisa
"Ya si Frans punya motor gede dan mobil sedangkan gua cuma punya motor bebek" balas ku
"Lu ga boleh gitu lah rul" balas Anisa
"Ya gimana, gua pun gabisa ngajak Salju untuk naik motor bebek panas-panas an" balas ku
"Gua yakin kok yang di liat sama Salju bukan kekayaan tapi sifat dan cara lu memperlakukan Salju" balas Anisa
"Makasih nis dukungannya, gua juga berpikir Salju bukan orang yang ga mandang harta kekayaan" balas ku
"Yaudah nanti lagi gua chat, gua pengen keluar dulu" balas Anisa
"Okedeh nis, makasih yaa" balas ku.