Sajadah merah episode 19
Irama jantung berdebar tidak menentu, salah sangka karena berpikir sang suami akan menciumnya di bibir, tak disangka ternyata hanya di kening. Setelah turun dari mobil, Fira berjalan dengan kaki menghentak, antara kesal dan malu. Dia tidak memperdulikan tatapan para pelayan yang kebingungan melihatnya.
Cetrin sibuk menyiapkan gaun untuk menghadiri pesta, tapi tak sengaja matanya melihat menantunya berjalan dengan menghentakkan kaki. Ia pun mennyudahi pembicaraan dengan para desainer lalu menghampiri menantunya.
"Fira." Wanita itu memberi teguran ringan.
Fira menghentikan langkahnya, meski hati masih jengkel tapi tetap tidak bisa mengabaikan teguran mertuanya tersebut. Gadis itu memaksakan bibirnya untuk tersenyum menyambut teguran ibu mertuanya tersebut.
"Ibu."
"Kenapa kau menghentakkan kaki ketika berjalan?" tanya Cetrine.
"Tidak apa, ibu. Aku hanya sedikit kesal saja," jawab Fira.
"Apa yang membuatmu kesal?" tanya Cetrine semakin penasaran.
Fira bingung harus menjawab apa, mana mungkin dirinya akan bilang kalau dirinya kesal karena suaminya bukan berciuman di bibir melainkan hanya mencium kening saja. Pria itu juha memeluknya sepanjang perjalanan, tapi menutup tirai seakan mau melakukan yang lebih dari di dalam mobil. Sungguh menjengkelkan.
"Ah, tidak bu. Aku hanya, ada sedikit masalah saja, bu. Jadi aku kesal," elaknya.
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta." Sebuah lantunan ayat al qur'an menyentakkan Fira dari kebohongannya, sungguh sangat sial dirinya. Bagaimana mungki ia bisa melupakan kehadiran seorang pria yang menjadi suaminya tersebut, selain suka berceramah, pria itu juga sangat suka membacakan ayat al qur'an. Dirinya juga melupakan kalau sang suami berjalan di belakangnya.
Maulana tersenyum, ia melangkahkan kaki menghampiri sang istri. Dirangkulnya bahu gadis itu,"Kenapa kau tidak ceritakan saja, alasan dibalik sikapmu itu? Sekalian biar ibu tahu, kalau istriku itu sedang hump…" Mulut pria itu segera dibungkam oleh tangan mungil istrinya.
"Ah, suamiku. Sebaiknya kita bicarakan di dalam kamar saja, sekalian kita sambil anu anu." Fira segera menggeret lengan sang suami dan membawanya ke dalam kamar.
Gadis itu baru melepaskan suaminya ketika sudah sampai di dalam kamar, ia segera menutup pintu kamar tersebut. Dia membalikkan tubuh dengan cepat lalu mendorong tubuh Maulana hingga pria itu jatuh terlentang di atas tempat tidur, berikutnya ia menduduki tubuh pria itu.
Rasanya seperti 10 tahun yang lalu ketika gadis kecil itu tiba-tiba menerjangnya lalu mendorong tubuhnya serta dengan seenaknya menaikinya, tatapan mata yang ganas dan lapar, kekuatan tangan tidak seberapa ketika menekan dirinya. Maulana ingin sekali membalikkan tubuh sang istri dan segera menjadikan gadis itu miliknya seutuhnya, tapi ditahannya meski ada sesuatu dari dirinya yang mulai bereaksi.
"Sayang, kenapa kau tidak sabaran sekali?" Maulana menggoda istrinya, ia seperti orang tak berdaya di bawah tubuh mungil itu hanya untuk melihat reaksi selanjutnya dari gadis itu.
"A-apa?" Fira berubah menjadi gagap hanya dengan pertanyaan dari sang suami, ia pun memperhatikan posisi anatara dirinya dan suaminya. Sungguh membuat orang akan salah paham. Bagaimana mungkin dirinya bisa di atas tubuh pria itu, seakan akan memperkosanya.
"Sayang, ada sesuatu yang mulai bereaksi. Apa kau tidak merasakannya?" Maulana mengulurkan tangannya untuk membelai wajah gadis itu, perlahan dilepaskan kerudung yang menutupi mahkota istrinya.
Sentuhan lembut dari Maulana membuat jantung Fira berdebar tidak karuan, posisi mereka sangat intim. Bahkan dengan tidak tahu malunya, sebagai seorang wanita dia naik di atas tubuh seorang pria.
"A-apa? Apa yang bereaksi? Kau jangan macam-macam, aku bisa teriak." Meski Fira memberikan ancaman tapi suara yang bergetar dengan wajah memerah serta irama jantung yang berdetak dengan cepat membuat gadis itu terlihat seperti sedang memohon sesuatu.
"Akh…sayang, kau menekan sesuatu." Maulana sedikit meringis kesakitan ketika tanpa sadar gadis itu menekan sesuatu miliknya.
Fira terkejut melihat sang suami terlihat seperti menahan sakit karena sesuatu miliknya tertekan oleh. Gadis itu menjadi salah tingkah dan bingung sendiri, dia bahkan bergerak tidak tentu arah membuat Maulana ingin tertawa, bukankah kalau kau bergerak sembarang di atas tubuh lawan jenismu akan menimbulkan sesuatu yang berbeda.
"Ssstt, istriku. Kalau kau terus bergerak, sesuatu milikku itu akan semakin tidak nyaman, kau mau tanggung jawab kalau sampai ada cairan yang keluar?" Maulana berkata sambil menahan tawa, sengaja menggunakan kalimat ambigu dan membuat gadis itu berpikir kearah keintiman.
Otak polos Fira langsung terveling keita mendengar pria itu menyebut'cairan' dia sudah berpikir kalau ciaran itu adalah cairan yang keluar dari pak tani bertopi dipenuhi rumput milik suaminya.
Jantung semakin berdebar dengan kencang, tubuhnya bahkan sudah keringat dingin. Dia membayangkan kalau tiba-tiba suaminya berniat memintak dirinya untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
"Cairan? Kau jangan sembarangan! Mana mungkin "benda"mu itu mengeluarkan cairan hanya karena tanpa sadar aku duduk di atasnya. Lagi pula, sepertinya sudah… ahhhh." Fira reflek menutup mulut ketika merasakan susuatu di bawahnya mengeras, ia pun segera melompat tirun dan langsung menjauh.
Maulana bernapas lega, sekarang jarinya bisa terbebas dari tindihan istri kecilnya tersebut. Ia pun mulai mendudukkan dirinya dan duduk di tepi ranjang sambil memegangi jemarinya. Pria itu mengernyitkan alis ketika melihat Fira langsung menjaga jarak darinya, kenapa cepat sekali berubah? Perasaan tadi sangat agresif tapi sekarang malah lari menjau begitu.
"Sayang, kenapa kamu menjauh begitu?" tanyanya heran.
"Aku tidak mau cairanmu keluar, nanti kau maksa buat masuk ke lubang lagi," balas Fira memalingkan wajah.
"Cairan? Masuk ke lubang? Maksudmu, kalau cairan merah keluar lagi dari luka karena tak sengaja terhiris pisau kemari?" tanya Maulana memastikan.
Fira terkejut, ia pun langsung menghampiri suaminya. Perlahan ia mendudukkan diri di tepi ranjang sang suami, diraihnya kedua tangan pria itu dan digenggam lembut,"Maaf, aku tidak tahu kalau kemarin, paman baru dihitan. Tapi, paman tenang saja. Aku tidak keberatan menunggu sampai lukanya sembuh," katanya berusaha menenangkan suaminya.
Maulana syock mendengar ucapan istrinya, kenapa bisa gadis kecil itu berpikir kalau baru kemarin dirinya dikhitan? Sepertinya sudah ada kesalah pahaman di sini.
"Sayang, aku dikhitan ketika usia 3 tahun. Tentu saja sekarang sudah baik-baik saja," katanya seperti tak percaya kalau mereka akan membahas masalah ini.
"Tapi, kenapa tadi kau bilang" sesuatu" milikmu tertekan dan bisa mengeluarkan cairan merah?" tanya Fira tidak mengerti.
"Maksduku, jariku kemarin baru saja terkena hirisan pisau. Tadi aku tak sengaja menaruhnya di atas perut, dan kau duduk di atasnya. Jadi tanpa sengaja kau kau menekan salah satu jari yang terluka. Kenapa kau malah membahas sesuatu yang lain?" giliran Maulana yang bertanya setelah menjelaskan.
Fira tercengang mendengarnya, ia bahkan langsung melepas jemari pria itu. Rasanya sangat memalukan ketika seorang pria membahas masalah jari sedang perempuan membahas masalah yang lain.
Terimakasih telah membaca sajadah merah, jangan lupa masukkan ke libary, berikan Vote, reviuw dan komentar.