Episode 173
"Eheheh, kamu jangan sewot dulu, aku hanya terkejut saja. Aku sungguh tidak menyangka kalau ternyata kamu jatuh cinta sama di gondrong itu," jelas Tanvir berharap sang adik tidak akan marah lagi.
"Aku bukannya sewot, kak. Tapi aku bingung harus bagaimana? Kakak tahu kalau mulut Nensi itu mirip bapaknya, pedes banget kayak racun. Tiap hari kalau begitu hanya penghinaan yang keluar," kata Zia tersungut-sungut.
"Ya balas dong, kamu kan juga bisa membalas umpatannya. Kalau dia ngatai kamu cwek murahan, bilang saja uangmu bahkan tidak akan sanggup membelikan balon untukku," jawab Tanvir santai.
Zia diam dengan mulut merengut, kakaknya dan pria pujaan hatinya itu memang selalu sama, selalu saja pandai membuat orang jengkel setengah mati.
**
"Rasullulah SAW bersabda;
" Sungguh aku berjalan bersama seorang saudara (muslim) di dalam sebuah keperluan lebih aku cintai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ku (masjid Nabawi) ini selama sebulan."
(HR. Ath-Thabarani)
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com