webnovel

sahabatku semangat hidupku

Sejak kekasihnya mati dalam kecelakaan, Olivia hidup bagaikan tanpa jiwa. Rasa sakit dan penyesalan selalu menghantuinya setiap saat. Hingga pada suatu hari seorang pemuda datang dalam hidupnya, mengisi hari-harinya yang kosong menjadi penuh warna. Dia menjadi teman sekaligus sahabat terbaiknya yang selalu menjadi penyemangat hidupnya. Tanpa Olivia sadari ternyata dia sudah terlalu bergantung pada sahabatnya, dan tak bisa hidup tanpanya, sedangkan dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan sahabatnya itu terhadapnya.

salsa_billa · Teenager
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

demam

Pada pagi hari berikutnya, Olive mengalami demam. Demamnya sangat tinggi sampai-sampai dia mengigau, dalam tidurnya gadis itu memanggil-manggil nama kekasihnya yang telah tiada.

Melihat keadaan Olive yang seperti itu membuat seluruh keluarganya menjadi hawatir, siapa yang menyangka bahwa gadis yang semula baik-baik saja bisa jadi demam keesokan harinya.

Orangtua Olive ingin membawa gadis itu ke rumah sakit untuk diperiksa tapi dia menolaknya, akhirnya orang tuanya terpaksa hanya membelikan obat dan memberikan kompres untuk menurunkan demam Olive.

Selama sakit, gadis itu tidak mau makan bahkan minum air pun sulit, padahal agar bisa minum obat Olive harus makan dulu, tapi setiap kali dipaksakan untuk makan gadis itu akan selalu memuntahkan makanan yang sudah ditelannya, seolah perutnya tidak mau menerima makanan yang diberikan.

Semakin lama keadaan Olive menjadi semakin lemah karena tidak ada makanan yang dikonsumsi. Hawatir keadaan putrinya akan semakin memburuk, ayah dan ibu Olive membawanya kerumah sakit meskipun dia telah menolaknya.

Hari sudah sore ketika mereka membawa Olive ke rumah sakit terdekat yang ada di desa, karena kondisi tubuhnya yang terlalu lemah, dokter mengatakan agar Olive dirawat dirumah sakit untuk beberapa hari hingga kondisinya membaik.

Dokter memasang selang infus ditangan Olive untuk menggantikan cairan dan makanan yang dimuntahkan, dengan cairan infus dan obat yang mengalir ke tubuhnya demam yang diderita oleh Olive perlahan mulai turun, dan keadaannya lebih baik dari sebelumnya.

Bagas masuk ke ruang perawatan Olive sambil membawa sebotol air mineral, tiba-tiba saja dia merasa haus jadi dia pergi ke kantin untuk membeli air. Kedua orang tuanya baru saja pulang karena ada sesuatu yang perlu diurus, sedangkan kakek dan neneknya terlalu tua untuk menjaga Olive dirumah sakit, karena itu terpaksa Bagas yang harus menggantikan ayah dan ibunya untuk menunggui Olive.

Baru saja Bagas duduk tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk, ketika pemuda itu memeriksanya ternyata itu adalah pesan dari teman-temannya yang ingin mengajak dia untuk nongkrong diwarung Wifi langganan mereka.

Bagas melihat adiknya yang masih belum sadar, dan wajah merahnya karena demam yang mulai sedikit memudar. Mana mungkin dia tega meninggalkan adiknya begitu saja dirumah sakit, karenanya pemuda itu segera mengetik pesan balasan kepada temannya kalau dia tidak bisa datang karena sedang berada di rumah sakit.

"Di rumah sakit, ngapain di rumah sakit? lagi operasi plastik ya?"

Bagas mengerutkan dahinya, lalu menulis pesan lagi "Adik perempuan ku lagi sakit, bego"

"Sejak kapan kamu punya adik perempuan? cantik enggak? kenalin dong".

" Orang-orang sialan ini" gerutunya. Bagas mematikan ponsel segera setelah membaca pesan terakhir yang diterima, dia tidak punya niat untuk terus merespon pesan dari teman-teman yang dia bilang bego itu, karena saat ini ada hal yang lebih penting untuk dia pedulikan.

Ini adalah pertama kalinya Bagas melihat adiknya serapuh itu. Tidak seperti anak-anak seusianya, sejak kecil Olive jarang sekali sakit, kalaupun sakit paling cuma batuk dan pilek saja, karena itu adiknya sama sekali belum pernah dirawat di rumah sakit.

Sejak kecil adiknya memang sudah tinggal bersama kakek dan neneknya, bukan karena ayah dan ibunya tidak sayang tapi karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan. Pada waktu itu kondisi keuangan keluarga sedang sulit, sehingga membuat ibunya yang semula hanya tinggal dirumah dan mengurus anak terpaksa harus pergi bekerja untuk membantu menambah penghasilan.

Berbeda dengan Bagas yang sudah cukup besar untuk bisa mengurus dirinya sendiri, usia Olive masih terlalu muda untuk dapat ditinggal sendirian dirumah. Akhirnya setelah berunding mereka memutuskan untuk menitipkan Olive ditempat kakek dan neneknya untuk sementara, siapa yang menyangka kalau kejadian ini membuat gadis itu menjadi semakin dekat dengan kakek dan neneknya tapi malah semakin menjauh dari kedua orang tuanya.

Semakin hari Olive kecil semakin sayang kepada kakek dan neneknya dan juga semakin tidak ingin berpisah dari mereka. karena itu pada saat ayah dan ibunya datang ingin membawa kembali gadis itu pulang dia menolak dan menangis sangat keras. Itu lah sebabnya Olive masih tinggal bersama kakek dan neneknya sampai sekarang.

Bagas sedang bermain game diponselnya waktu seorang pria dan seorang wanita berseragam putih muncul diruang perawatan, mereka adalah seorang dokter dan perawat yang ingin memeriksa keadaan Olive.

Dokter itu memeriksa Olive sebentar dan mengukur demamnya, setelah semua selesai dokter berbicara beberapa patah kata pada Bagas lalu setelah itu kedua orang tersebut pergi meninggalkan ruangan.

Beberapa saat kemudian perawat yang datang bersama dokter kembali kedalam ruangan untuk mengganti infus yang sudah hampir habis. Bagas yang tengah terkantuk-kantuk di kursi, matanya menjadi segar kembali begitu melihat suster yang cantik.

Pemuda itu memandangi suster yang sedang sibuk mengganti dan memasang infus didepannya. Wanita itu masih muda mungkin seusia dengan dirinya, kulitnya kuning langsat, tubuhnya langsing, dan wajahnya bulat, hidung yang tidak terlalu mancung dan bibirnya yang mungil diwarnai dengan merah. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang suster dari jarak sedekat ini apalagi suster yang sangat cantik, dia merasa terpikat.

Wanita itu merasakan tatapan dari Bagas sehingga dia pun menoleh. Senyuman profesional dia lemparkan sambil tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Suster Ifa ya?" kata bagas setelah melihat tanda pengenal pada pakaian wanita itu.

"Sudah lama bekerja disini?"

"Baru satu tahun" jawab suster Ifa

"Kerja di rumah sakit ini, gajinya besar enggak?"

"Lumayan lah mas, cukup untuk kebutuhan sehari-hari"

"Suaminya pasti beruntung banget deh punya istri yang rajin seperti Suster Ifa" kata Bagas, sambil meletakkan tangannya menyangga dagu.

Suster Ifa tersenyum "Suami siapa? saya belum punya suami"

Mata Bagas bersinar cerah, Kebetulan yang bagus pikirnya

"Oh ya?, berarti aku masih punya harapan dong?!"

"Mas bisa aja. Saya sudah selesai mengganti infusnya, saya permisi dulu" wanita itu pergi sambil membawa botol infus yang kosong.

Ada bagusnya juga Olive masuk rumah sakit, aku jadi bisa kenalan sama suster cantik. Siapa tahu jodoh. pikir Bagas.

Pemuda itu jadi bersemangat menjaga adiknya dirumah sakit. "Jangankan sehari dua hari sebulan pun boleh lah asalkan bisa ketemu suster Ifa setiap hari"

Sebagai laki-laki yang normal wajar bagi Bagas kalau menyukai gadis yang cantik, dia jadi lebih bersemangat dari sebelumnya. Bagas jadi tidak sabar menunggu pertemuan mereka yang berikutnya, pemuda itu punya rencana ingin diam-diam mengambil foto selfie suster Ifa agar bisa dia pamerkan dihadapan teman nongkrongnya.

Kalau saja Olive tahu motivasi kakak lelakinya menjaganya di rumah sakit, pasti Olive akan memukul kepala kakaknya dengan menggunakan sandal.