webnovel

Roger (Sang Pahlawan Kecil)

"Mami tenang aja. Roger janji, Roger akan bawa Papi pulang," ujarnya, penuh keyakinan. Roger Anugrah Ramadhan, seorang anak laki-laki dengan usianya yang baru menginjak 4 tahun. Berjuang, menjadi pahlawan kecil untuk memperbaiki hubungan orang tuanya. Akankah Roger sanggup memenuhi janjinya? Bagaimana cara Roger membuat Papi-nya kembali? Anak laki-laki yang pemberani, tampan dan imut itu harus berusaha keras memperjuangkan kebahagiaan sang Mami. Memberikan status orang tua yang lengkap untuk dirinya sendiri. . Riana dan Alvin Ravendra, dua orang yang saling mencintai. Namun, tidak bisa bersatu karena terhalang restu. Hingga suatu kejadian membuat keduanya berpisah. Empat tahun kemudian, Riana membawa Roger ke toko mainan, di mana Alvin dan Roger pertama kali bertemu.

rannty · Teenager
Zu wenig Bewertungen
217 Chs

Episode 7. Siapa namanya?

Sore itu, Roger pulang ke rumah dengan berjalan kaki setelah bermain di taman.

Jarak antara rumah Riana dan taman, hanya selisih 2 rumah saja. Roger sering bermain di sana jika lelah bermain dengan Mesi.

Anak kecil di komplek perumahan Riana tidak begitu banyak. Setiap harinya, Roger hanya bermain dengan Mesi. Si kelinci kecil kesayangannya.

Meski dekat, Roger tak diizinkan ke taman seorang diri. Jika Riana sedang bekerja, Roger akan pergi bersama Tante Rena.

Setelah pulang, Roger langsung menghampiri Mesi. Memberinya makan lalu bermain sebentar.

"Roger, mandi dulu yuk," teriak Tante Rena dari dalam rumah.

"Iya, Ma. Sebentar," jawab Roger, menyelesaikan acara memberi makan Mesi.

Selesai mandi, dengan patuh Roger duduk di ruang tengah. Menunggu mama angkatnya memasak makan malam.

Lucu, tampan juga penurut. Itulah penggambaran yang pas untuk Roger.

Siapa pun orang yang berpapasan dengannya, pasti selalu ingin memegang pipi cuby-nya, bahkan pernah ada yang meminta foto bersama.

Rambut keriting seperti mie, membuat Roger terlihat sangat imut. Terutama saat tersenyum, menampilkan deretan gigi kecil yang menambah keimutan itu.

Sambil menunggu, Roger melatih tangan kecilnya untuk menulis.

"Sayang, Mami pulang." Pukul 5.30 sore, Riana baru saja tiba selesai bekerja.

"Mami," balas Roger langsung memeluk maminya.

"Roger lagi apa tadi? Serius amat," tanya Riana.

"Itu, Mi. Aku lagi belajar nulis. Mami mau liat ngga?" tanya Roger, membawa buku yang berisi tulisan tangannya.

Riana tersenyum melihat goresan pensil yang Roger buat. Usianya baru menginjak 4 tahun, tapi hasil tulisannya terlihat rapih meskipun belum terlalu bagus.

Riana memang tidak bisa menemani putra kecilnya sepanjang hari. Namun, sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mengajari hal-hal yang paling dasar.

"Mami tau ngga? Tadi Roger ketemu sama Om Mesi." Curhatnya.

Seperti biasa, saat menjelang tidur Roger pasti menceritakan tiap hal yang dialaminya sepanjang hari. Apa pun itu, tanpa terkecuali.

"Om Mesi?" ulang Riana. Sepertinya dia lupa mengenai cerita putranya tentang Alvin.

"Iya, Mi. Om Mesi, masa Mami lupa," balas Roger.

Riana memikirkan siapa yang Roger bahas. Mesi, sama seperti nama kelinci putra kecilnya.

Roger menjelaskan bahwa orang yang dia bicarakan, adalah orang asing yang ditemuinya di toko mainan.

Riana sempat marah, karena Roger tidak mendengarkan nasehatnya, untuk tidak berbicara lagi dengan orang asing.

Namun, melihat wajah buah hatinya yang memelas, membuat Riana tidak bisa memarahinya.

Riana mengelus puncak kepala buah hatinya. Tersenyum, lalu memeluknya.

"Siapa orang yang Roger panggil Mesi sebenarnya? Apa pertemuan keduanya hanya sebuah kebetulan?" batin Riana.

Sebenarnya Riana masih mengingat orang asing yang mendapat julukan Mesi dari putranya itu. Namun, Riana tidak mau menanggapi hal tersebut.

Jika Riana menanggapinya, Roger pasti akan terus bercerita tentang orang asing itu.

Saat memikirkan tentang orang asing yang Roger temui, Riana tiba-tiba saja teringat akan Alvin. Kekasih yang menyerah dengan cintanya. Meninggalkan mereka sendiri, lalu menikahi wanita pilihan orang tuanya.

Roger tertidur di pangkuan Riana. Wajah mungilnya sangat mirip dengan sang kekasih.

Entah bagaimana jadinya, jika keluarga Alvin tau kalau Riana memiliki seorang putra dari buah cintanya dengan Alvin Ravendra.

Sudah 4 tahun lebih. Riana tidak lagi mendengar kabar tentang Alvin. Meski berusaha keras melupakannya, bayangan masa lalu mereka selalu saja datang.

Benar kata orang, kalau cinta pertama itu sulit dilupakan.

"Papi." Lamunan Riana hilang dalam sekejap saat mendengar Roger mengucap kata itu.

Riana merasa aneh. Selama ini, Roger tidak pernah mengucap kata itu dalam tidurnya.

Namun, beberapa hari ini, Roger selalu mengigau memanggil papinya.

Mungkinkah ini suatu pertanda? Haruskah Riana mencari Alvin? Tidak. Laki-laki itu sudah menikah, bisa saja dia juga sudah memiliki anak.

"Sayang, maafin Mami ya," lirih Riana, mengecup kening sang buah hati.

Tepat sebelum Riana menutup pintu. Putranya kembali mengigau, tapi tidak seperti sebelumnya.

"Om Mesi," ucap Roger, begitu lirih.

"Roger." Riana kembali mendekati sang buah hati.

"Om Mesi," ulang Roger, masih mengigau.

.

"Siapa laki-laki itu sebenarnya?" gumam Riana.

"Kenapa Roger sampai memimpikannya seperti itu?" Lanjutnya.

Riana sangat penasaran akan nama Om Mesi yang Roger ucapkan tadi. Sewaktu di toko mainan, hampir saja dia tau nama asli orang asing itu.

Namun, ucapan Roger terhenti setelah Tante Rena datang. Tidak ada lagi yang Roger katakan tentang siapa nama Om Mesi sebenarnya..

Saat Riana ingin menanyakannya, dia sudah lupa sebelum melakukan.

"Riana, kenapa belum tidur?" tanya sang tante setelah kembali dari Mall.

Mall baru yang Riana dirikan harus buka selama 15 jam. Dia harus melakukannya untuk menarik pelanggan.

Karena harus seperti itu. Riana membagi tugas dengan sang tante. Terbagi menjadi dua sift. Namun, Tante Rena hanya bisa menjaga Mall saat malam hari saja, karena dia telah bekerja di sebuah universitas ternama sebagai seorang dosen.

"Tante, sudah pulang?" Balas Riana, mengalihkan topik.

"Baru aja. Alhamdulillah, keadaan Mall sepertinya mulai menunjukkan hasil yang baik," terang Tante Rena, percaya diri.

"Apa? Benar itu, Tan?" tanya Riana, tak percaya.

"Iya, kerja keras yang kamu lakukan selama ini sudah terlihat," jelas sang tante.

"Masih belum, Tan. Aku harus mengembalikan keadaan Mall seperti dulu lagi," jelas Riana.

"Iya, tante tau itu. Kita melakukan semua hal yang perlu dilakukan, tapi tetap saja. Masih jauh, Ri. Kita tidak akan bisa mencapai titik tersebut," balas Tante Rena, pesimis.

Meskipun Tante Rena mangatakan seperti itu, tapi Riana yakin. Dia bisa mengembalikan Mall ayahnya seperti dulu lagi.

Nama sudah kembali, tapi para pelanggan sudah terlanjur menetap di tempat lama.

Mengingat perjuangan ayahnya dulu, Riana yakin kalau dia juga bisa melakukannya.

"Sudah, jangan terlalu keras memikirkannya. Sekarang lebih baik kamu tidur, sudah malam," ucap Tante Rena.

Pukul 11.45 malam. Riana masuk ke dalam kamar, di mana buah hatinya sudah terlelap sejak tadi.

Melihat anak kecil yang berbaring di sampingnya, bayang wajah Alvin terlihat di balik keimutan sang buah hati.

Tidak tau, kenapa Riana terus teringat akan kekasih lamanya itu. Sudah dua tahun sejak Riana mulai melupakan Alvin, tapi beberapa hari ini dia kembali terbayang akan wajah itu.

"Om Mesi, sini, Om." Sudah tiga kali Roger mengucap nama itu dalam tidurnya.

"Sayang, siapa Om Mesi itu, Nak?" lirih Riana.

"Mungkin besok aku tanyakan saja padanya, Roger pasti sempat berkenalan dengan laki-laki itu," batin Riana.

"Aneh juga, mereka baru bertemu 2 kali, tapi Roger mengucapkan namanya 3 kali dalam satu malam. Aku penasaran, seperti apa orang asing itu? Hingga bisa mengalahkan kedekatan Roger dan Diego," lirihnya.

bersambung...