webnovel

Riddle of You

Cinta itu sederhana, manusia itu yang rumit! Ben dan Daisy, bukan sepasang kekasih dan belum menikah, saling mencintai hingga diumur mereka yang hampir berkepala tiga. Hanya saja, lamaran Ben selalu ditolak oleh Daisy karena Ben telah menyembunyikan sesuatu darinya. Apakah itu?

raen_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
13 Chs

Jam dan Bunga VI

Di tengah kota pada siang itu, mentari sedang pada puncaknya. Suasana panas di kota sangat terasa sekali. Apalagi, barusaja Daisy mendengar kabar perjodohan yang telah diatur oleh ibunya.

Bagus sekali! Dan karena dia akan memikirkannya, dia menjadi bisa menjaga jarak dengan ibunya sekarang. Dia tak punya pilihan lain selain untuk pergi ke suatu tempat yang dingin.

Sesaat dia sampai di tempat parkir sebuah cafe gelato, dia terhenti untuk keluar dari mobil. Dia menemukan seseorang yang sedang dihindarinya, selalu dihindarinya, yaitu Ben. Sangat tidak disangka bahwa Ben bisa berada di tempat seperti ini siang itu. Apalagi dia membawa satu kotak bungkus gelato dari cafe itu.

Rasa panas di hatinya dan suasana panas di luar sudah membuatnya muak untuk hari ini, termasuk kejadian tadi pagi di Kings Worth. Dan sekarang, dia tak ingin menambah masalah lain dengan Ben.

Daisy akhirnya berhenti dan berharap kalau Ben tidak menyadari posisinya sekarang. Terlebih mobilnya. Ben sedang asyik dengan teleponnya dan sedang terburu-buru. Itu bagus untuk mengalihkan Ben terhadap mobil Daisy yang baru saja sampai itu.

***

Di sisi lain, Ben menyadari mobil itu. Dia memang sengaja membiarkannya untuk saat ini karena dia sedang sangat terburu-buru. Dia tidak ingin es gelato yang dibawanya keburu mencair karena teriknya siang hari ini. Selain itu, dia juga tidak ingin mengecewakan seseorang.

"Uncle Ben!"

Seorang anak kecil perempuan berlari ke arahnya. Dia terlihat sangat ceria dan cantik, apalagi gaun pink berumbai-umbai yang dipakainya sekarang. Gadis mungil itu melompat melihat paman kesayangannya datang padanya dan membawa hadiah untuknya.

"Hey, Kitty Candy!"

Ben sangat menyayangi satu-satunya keponakannya ini. Gadis kecil ini adalah anak dari kakak laki-laki Ben yang sengaja dibiarkan tinggal bersama neneknya di kediaman Tomioka. Karena masih menjadi cucu satu-satunya, gadis mungil itu selalu merasakan dirinya sebagai seorang putri di kerajaan Tomioka.

Ben menangkap tubuh mungil yang melompat ke arahnya menggendongnya. Gelato yang dibawanya juga berhasil selamat akibat lompatan kucing kecil itu.

"Lihat, uncle bawa es krim untukmu!"

"Uncle, Candy bisa baca kalau itu gelato."

Ada tulisannya di bungkus kotak tersebut. Ben baru menyadarinya.

"Yah..." Ben terdengar kecewa karena gagal mengejutkan keponakannya.

Candy yang merasakan kesedihan pamannya langsung berkata,

"Uncle uncle, Candy mau makan gelatonya sekarang!"

"Wah... ide bagus! Apa kau tahu rasanya apa?"

Ben mulai berjalan ke arah ruang makan sambil menggendon Candy. Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya. Ben tersenyum karena dia memahami kalau Candy pasti bisa menebaknya tapi tidak ingin menjawabnya.

Sungguh gadis yang sangat baik.

Sesampainya di ruang makan, Ben meminta suster pribadi Candy untuk menyiapkan mangkuk dan sendok untuk Candy. Namun, suster itu mengatakan sesuatu,

"Tuan muda, nona kecil belum makan siang. Katanya ingin sekali menunggu tuan untuk makan siang."

"Candy... kamu tidak makan bersama nenek?" tanya Ben.

Candy menggelengkan kepalanya. "Nenek sedang pergi arisan."

Itu tandanya mamanya sedang tidak berada di rumah. Yang artinya, dia harus menunggu mamanya kembali dari arisan opa-opa sosialita itu.

"Ya sudah. Sus, tolong siapkan makanan Candy ya. Aku sudah makan di luar tadi."

Suster itu mengangguk lalu pergi.

"Uncle tidak makan ya?" Kini Candy yang terdengar kecewa."

"Maafkan uncle ya, Candy. Uncle harus makan siang tepat waktu, dan Candy juga harus tepat waktu! Tapi Candy tidak makan kan..."

Candy menekuk bibirnya ke bawah karena takut dimarahi Ben karena tidak makan siang.

"Uncle kira Candy sudah makan. Makanya uncle membawa gelato spesial untuk Candy."

"Maafkan Candy, Uncle!" Candy menangis sambil minta maaf.

Meskipun menggodanya, Ben tidak tega melihat keponakannya menangis seperti itu.

"Cup cup cup. Candy kan anak yang baik. Candy ingin menunggu uncle karena ingin makan bersama, bukan? Tandanya Candy peduli sama uncle. Tapi, uncle sudah makan duluan. Lain kali, telpon dulu ya kalau Candy mau makan siang bersama."

"Candy mau makan bersama Uncle Ben terus."

Candy mengisakkan air matanya karena merasa sudah sedikit tenang.

"Candy, uncle kan harus bekerja. Tidak setiap waktu uncle berada di rumah."

Suster Candy akhirnya datang dengan semangkok makan siang untuk gadis itu. Suster itu meletakannya di atas meja makan. Kemudian, dia mengurus perlengkapan makan yang lain seperti sendok-garpu dan minuman untuk Candy.

"Mau disuapin uncle?" tawar Ben.

Tentu saja, gadis itu langsung mengangguk dengan sangat bersemangat.

"Sus, tolong simpankan ini di kulkas ya. Lalu sus bisa istirahat untuk makan siang." Kata Ben.

Suster Candy mengambil bungkus kotak itu lalu pergi.

Antara paman dan keponakan ini, mereka berdua terlihat begitu bersenang-senang. Ben memang tidak memiliki anak, tapi dia sangat tahu bagaimana mengurus seorang anak kecil. Hanya saja, dia melakukannya kurang benar. Dia membiarkan Candy menjadi belepotan saat makan dan mengotori meja ataupun lantai dengan makanan yang tidak masuk ke dalam mulutnya. Tapi yang dilihat Ben adalah kesenangan dan keasyikannya bersama keponakannya.

Dan dia terbayang jika suatu hari dia memiliki anak seperti Candy.

Candy masih berumur empat tahun. Gadis kecil ini sudah mendapati pendidikan spesial sehingga sudah bisa membaca dan berhitung sederhana. Dan sebagai cucu satu-satunya, gadis kecil ini sangat diperlakukan sangat spesial oleh seluruh keluarganya. Itulah mengapa dirinya harus tinggal di kediaman Tomioka dan diurus oleh neneknya.

Dan Ben lah yang selalu memanjakan Candy di rumah itu.

"Mama! Mama!"

Candy melihat ibunya tiba-tiba muncul di ruang makan. Wanita itu tersenyum lebar mendapati Candy sudah selesai makan, namun dia juga sedikit kesal karena wajah Candy menjadi kotor karena cara makan yang berantakan.

"Oh, Candy sayang..." Sang mama memeluknya lalu mengusap semua makanan yang menempel di mulutnya.

"Melihatmu kemari, apakah dia di sini juga?" tanya Ben.

"Tidak. Aku hanya datang sendiri kali ini untuk menemani ibu mertua arisan dan memilihkan sesuatu untukmu."

Itu terdengar seperti sebuah kode. Ben bisa mengerti hal apa itu.

"Mama, Uncle Ben membelikanku gelato!"

"Woah... apakah mama boleh dapat bagian?"

Candy melirik ke arah Ben dan pamannya menggelengkan kepalanya. Eli langsung menengok ke arah Ben karena merasakan jawaban dari Ben, namun Ben langsung bertingkah kalau tidak terjadi apa-apa. Itu membuat Candy tertawa.

Gadis kecil itu membisikan sesuatu ke telinga mamanya.

"Oke!" kata Elizabeth sambil mengedipkan mata sebelahnya pada anaknya.

Sepertinya Candy berkhianat pada pamannya sendiri. Tapi dia tidak ingin mamanya dicurangi oleh pamannya sendiri.

Suster Candy akhirnya datang ke meja makan setelah selesai dengan istirahat siangnya. Dia langsung membereskan peralatan makan di meja makan itu.

"Candy, ambil gelato sama mbak sus dulu ya."

"Oke, Ma! Ayo..." Candy menarik susternya yang masih membawa bekas alat makannya.

"Candy, hati-hati, nanti mbaknya jatuh." Kata Eli pada anaknya.

Namanya anak kecil, dia takkan senang jika disuruh untuk tenang.

Dan sekarang adalah antara orang dewasa yang berbicara. Anak kecil akan menganggu mereka saat membicarakan hal yang penting ini.

"Kau tak bisa menolak kali ini." Kata Elizabeth akhirnya. Dia menatap Ben yang masih begitu senang melihat keponakannya berlari sambil menarik susternya.

Setelah mendengarnya, Ben langsung merubah ekspresinya menjadi datar menatap kakak iparnya. Dia masih ingat dengan kode yang diberikan padanya.

"Mama, dia sungguh picky tadi dan sedikit over proud dengan apa yang dibicarakannya dengan teman-temannya. Kau tahu, MEREKA."

"Itu percuma." Kata Ben datar.

Tidak ada yang bisa mengubah pilihan Ben selama ini, kecuali ketika dia harus dipaksa. Seluruh keluarganya sudah sangat memahaminya, apalagi pilihannya dalam sebuah hubungan pernikahan.

"Itu percuma juga. Mama mendesak bahwa posisimu harus ditukar dengan Aaron jika kau menolaknya. Dan kau tahu apa itu maksudnya."

"Kau memberitahuku untuk memeringatiku atau kau memiliki tujuan lain?"

Pria ini ternyata lebih keras kepala dari selama ini Eli memahaminya. Dalam hati dia sedikit mengutuknya.

"Aaron memintaku untuk menyampaikan apa yang harus kau dengar. Jika kau ingin mengulur waktu, jadilah seorang pangeran agar bisa mengadakan sebuah pesta untuk memilih calonmu sendiri. Dan pastikan itu harus berkenan dengan selera mama."

"Di mana mama sekarang?"

"Sedang di ruangannya untuk menikmati teh. Sepertinya, mama masih tidak tahu kalau kau berada di sini."

.

Riddles of You

Jam dan Bunga VI