webnovel

Riddle of You

Cinta itu sederhana, manusia itu yang rumit! Ben dan Daisy, bukan sepasang kekasih dan belum menikah, saling mencintai hingga diumur mereka yang hampir berkepala tiga. Hanya saja, lamaran Ben selalu ditolak oleh Daisy karena Ben telah menyembunyikan sesuatu darinya. Apakah itu?

raen_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
13 Chs

Jam dan Bunga V

"Ms. Yin!"

Seseorang memanggil Daisy dari resepsionis hotel. Daisy yang baru saja keluar dari lift terkejut dengan panggilan tersebut.

Salah seorang pegawai resepsionis datang ke arahnya dengan sedikit berlari. Wanita muda itu terus tersenyum padanya.

"Maafkan saya. Tapi benar bukan? Anda adalah Ms. Daisy Yin?"

"Ya, ada apa?" Daisy sedikit berjaga-jaga kalau ini adalah ulah Ben untuk menahannya di tempat ini.

"Bisa ke front office sebentar? Ada sesuatu yang harus diberikan pada Anda."

"Maaf, dari siapa?"

"Maafkan saya. Orang tersebut meminta untuk merahasiakannya. Tapi, dia berkata bahwa ini semua adalah barang-barang yang tertinggal."

Mungkinkah bawahan Ben? Vincent? Ya, hanya laki-laki itu yang bisa dan diperbolehkan untuk mengurus hal-hal yang cukup privasi milik Daisy, termasuk barang-barangnya.

Itu aturan dari Ben. Bukan dari Daisy.

"Baiklah."

Daisy akhirnya mengikuti perempuan muda itu ke meja resepsionis. Dan di sana dia diberikan sebuah kunci mobil miliknya saja.

Dia tidak salah lihat? Katanya semua barang-barang yang tertinggal. Apakah hanya kunci mobil miliknya saja yang diberikan?

Posisi Daisy sekarang tak membawa apapun, termasuk dompet ataupun ponsel. Semua barang-barangnya, termasuk pakaian yang dipakainya semalam, sudah menghilang entah kemana. Dia tak terlalu menghawatirkannya, sebenarnya, dia tahu kalau barang-barangnya disimpan sangat aman. Tapi, merepotkan juga jika dia harus mencari barang-barang itu. Apalagi harus bertanya pada Ben.

Ya, mungkin ini masuk ke salah satu rencananya.

"Di basement A5." Kata perempuan itu.

"Terima kasih."

Daisy mengikuti instruksi yang diberikan. Perempuan itu tidak banyak bicara, dan hanya mengatakan hal-hal apa yang harus dilakukan Daisy. Perempuan itu bahkan tak mau menjelaskan siapa orang yang menitipkan kunci ini ke resepsionis.

Sesuai dengan instruksinya, Daisy menemukan mobilnya terparkir manis di tempat parkir bawah tanah bagian A5. Mobilnya tepat berada di samping tiang yang bertuliskan A5, sehingga tak sulit baginya untuk menemukannya.

Dia kemudian masuk ke dalam mobil dan menemukan semua barang-barangnya di kursi penumpang depan. Semua barangnya lengkap, seperti yang dia bawa semalam. Tas jinjing tua yang dia beli dari gaji pertamanya setelah promosi, peralatan make-up, dompet, ponsel, dan peralatan kewanitaannya. Lalu, dia juga telah menemukan pakaiannya yang sudah dilipat rapi di dalam plastik. Yang membuat Daisy merasa malu, di dalam plastik tersebut telah lengkap juga dengan bra dan celana dalamnya. Bagaimana bisa mereka juga mengambil pakaian dalamnya? Daisy mencium plastiknya untuk memastikan apakah pakaiannya sudah dicuci atau belum. Tentu saja, pakaian itu sudah dicuci. Bau khas laundry langsung menusuk hidungnya setelah itu.

Daisy juga menemukan sebuah buket bunga kecil yang sengaja diikat di kursi penumpang. Jika buket bunganya kecil, itu bukan dari Ben langsung. Lalu dari siapa? Dia tak menemukan nama di sebuah kartu ucapan, hanya sebuah kata yang cukup menyentuh,

"Sorry."

Hanya satu yang mau mengatakan hal ini padanya secara diam-diam. Dan kesannya, Daisy memiliki penguntit rahasia yang tak diketahui oleh Ben.

Tahu kalau itu bukan dari Ben, Daisy menyimpannya. Lima tangkai mawar pink ini akan sangat cantik untuk menghiasi meja makannya untuk beberapa hari ke depan.

Daisy menghidupkan mesin mobilnya dan sedikit memanaskannya sebentar. Setelah itu, dia pergi meninggalkan Hotel Kings Worth dan takkan bertemu lagi dengan Bennedict Tomioka. Tidak akan pernah!

Kelakuan anak buahnya kali ini memang tidak bisa dimaafkan. Tapi, Daisy merasa harus kuat melawan itu semua. Dia bukanlah siapa-siapa seperti Ben yang sudah dipandang tinggi. Daisy hanyalah wanita muda yang bekerja sendiri, bukan anak dari orang-orang terpandang di kota. Masuk ke dunia Ben yang berbeda, harus membuatnya terbiasa, apalagi Ben tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya.

Pria itu sungguh egois! Untuk orang lain dan dirinya sendiri.

Sesampainya di rumah, Daisy buru-buru masuk ke dalam karena dirinya ingin segera mandi. Saat membuka pintu, dia terkejut karena pintunya sudah tidak terkunci. Dia tinggal sendiri di rumah, dan kemarin malam sudah memastikan mengunci pintunya. Seseorang telah masuk ke rumahnya tanpa sepengetahuannya.

Dan di sanalah orang itu. Duduk menanti Daisy yang tak pulang semalaman.

Daisy membeku di pintu masuk.

"Darimana saja kau?" Tanya Nyonya Yin dengan datar. Dia adalah ibu Daisy.

Nyonya Linda Yin adalah seorang wanita paruh baya. Dia sudah pensiun menjadi guru di sebuah sekolah swasta dan hidup sendirian di rumah kecilnya yang masih satu kota dengan anak perempuannya. Nyonya Yin sudah memiliki keriput di wajahnya, namun dia tetap terlihat segar. Dengan roll rambut yang dipakai di atas kepalanya, dan suaranya yang datar bertanya pada Daisy, Nyonya Yin seperti ibu kos yang galak.

Daisy tak pernah ketahuan jika dia tidak pulang ke rumah, dan pasti meminta izin kepada ibunya waktu mereka masih tinggal bersama. Melihat perubahan setelah dirinya tinggal sendiri, pasti membuat ibunya sedikit kesal.

"Mama, mengapa tak menghubungi kalau mau datang. Daisy kan bisa menjemput."

Nyonya Yin meletakan keranjang dan mangkuk yang berisikan sayuran. Kini dia memotong-motong kacang panjang dengan tangannya sendiri. Dia tidak melihat tampang anaknya yang terlihat polos.

"Kuharap begitu, tapi aku tak bisa meneleponmu karena ponselmu mati, iya kan? Lalu dari mana saja kau?"

Penghakiman dari sang ibu pun dimulai.

"Daisy habis menginap ke tempat teman, Ma." Jawab Daisy sambil masuk ke dalam rumah. Dia duduk di kursi bar agar bertatapan langsung dengan ibunya. "Sehabis pesta semalam, Daisy terlalu banyak minum dan tidak bisa pulang sendirian. Jadi Diasy menginap ke rumah teman."

"Teman yang mana?"

"Teman kantor kok, Ma."

Nyonya Yin melirik anaknya sebentar lalu kembali dengan kacang panjangnya.

"Mama habis dari pasar dan belanja, lalu langsung kemari. Ada berita penting yang mau mama sampaikan."

Jika Nyonya Yin merelakan waktunya untuk datang langsung kepada Daisy, itu tandanya dia membawa kabar yang sangat penting tapi tidak baik untuknya.

Nyonya Yin mulai memotong kacang panjangnya dengan sedikit lebih bertenaga, sepertinya dia merasa sedikit kesal.

Di mata Daisy, dia melihat ibunya seperti sedang memotong belahan kayu dengan tangan. Itu mengerikan!

"Kau itu anak satu-satunya mama. Sekarang kau sudah besar."

Oh tidak, arah pembicaraan inu membuat Daisy tidak nyaman.

"Semakin besar tandanya semakin dewasa. Semakin dewasa tandanya semakin berbahaya. Kau tahu dunia sekarang, dan aku semakin khawatir denganmu."

Nyonya Yin masih bisa mengontrol kata-katanya agar tidak terdengar emosian.

"Kau tahu, aku semakin khawatir karena tidak ada yang menjagamu sekarang. Pulang mabuk-mabukan sampai menginap di rumah orang lain. Bagus kalau kau masih sadar menginap di rumah orang yang kau kenal baik, tapi bagaimana kalau itu orang asing? Kamu itu perempuan. Perempuan menjadi sasaran empuk penjahat di luar sana."

Nyonya Yin akhirnya mendesah lelah.

"Menikahlah, Daisy. Kamu sudah terlihat semakin tua."

Itu bukan pertanda baik. Ibunya hampir lepas kontrol.

"Anak satu-satuku perempuan, perawan tua sekarang. Menyebalkan! Anakku sangat cantik, pintar dan punya pekerjaan bagus, tapi tidak laku di depan laki-laki! Kamu terlalu dominan pasti, jadi tidak ada laki-laki yang mau sama kamu! Orientasimu kemana sih sekarang?"

Sebenarnya ada satu atau mungkin lebih yang menyukai Daisy. Tapi memang Daisy saja yang menolak untuk berkata iya untuk sebuah pernikahan.

Nyonya Yin mulai menangis dan sedikit merengek. Dia masih memotongi kacang panjangnya.

"Mengerti tidak sih? Aku sudah tua, Daisy. Umurku sudah tidak bisa lama lagi. Aku sangat takut kalau kau sendirian setelah aku pergi. Siapa yang akan menjagamu? Aku sangat takut kalau kau menikah dengan orang yang tidak baik, dan kau tidak punya tempat untuk berlindung."

Daisy sangat mengerti perasaan takut itu. Bahkan dia juga dapat merasakannya. Kehilangan papanya saja sudah membuatnya cukup tertekan, apalagi untuk mamanya. Dan jika mamanya suatu saat telah tiada pula, mamanya pasti tidak bisa istirahat dengan tenang. Terlebih, Daisy tidak akan bisa kembali ke pelukan ibunya jika ada sesuatu yang terjadi.

"Iya, Ma. Daisy mengerti sekali. Daisy akan mencari orang yang pantas untuk Daisy dan berkenan untuk Mama dulu, ya."

Nyonya Yin sudah berhenti menangis. Kini, dia menatap putrinya.

"Mama sudah siapkan calon suami untukmu, Daisy. Dia pria yang baik, pekerjaannya sangat bagus, dan dia adalah anak pejabat."

Oh tidak, perjodohan ini...

"Kau harus bisa dengannya! Menikahlah dengannya!"

.

Riddles of You

Jam dan Bunga V