Niat hati pulang untuk mengambil berkas berharga yang ketinggalan, Papi justru mendapat kejutan.
Tangis Liona menjadi awal rasa sakit yang selama ini dia rahasia terbuka. Selama ini Papi diam-diam menyembunyikan tangisnya juga rasa kecewanya terhadap sikap Mami demi menjaga perasaan Liona.
Papi sendiri tidak bisa membayangkan jika Liona harus tumbuh besar dengan kasih sayang yang pincang tapi, justru dengan mempertahankan rumah tangga yang rusak. Papi justru menyimpan duri dalam daging.
Bukannya mendapatkan kasih sayang yang utuh dari dua sisi, Liona justru menelan pil pahit sebuah pengharapan, pil pahit keluarga berantakan. Rumah tempat berteduh dan berkeluh kesahnya hancur.
Untuk apa Papi dan Mami bersama jika buah hati yang mereka bela justru tersakiti.
Egois, mereka egois ingin mendapatkan keluarga yang ideal, seolah perpisahan itu sebuah aib.
"Maafin Papi Liona," ujar Papi. Dia lantas berjalan perlahan, mendekati Liona yang tengah mendekap mesra anak sahabatnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com