Tak ada secercahpun cahaya bulan yang menyelinap ke dalam hutam ni. Tak ada cahaya. Gelap. Hanya ada kegelapan dan semakin banyak rasanya. Namun hal itu tidak membuat Leandro kehilangan penglihatanya. Matanya masih begitu tajam dalam menjelajahi setiap sudut hutan apalagi kuncup bunga yang tumbuh semakin membesar di tengah sungai itu.
Leandro bahkan menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana akar kuncup bunga itu bergerak pelan menuju dasar sungai, seperti menyerap sesuatu yang Leandro tak yakin apa itu. Namun saat seperti ini, dalam keheningan ini, Leandro tiba-tiba teringat dengan Kalantha.
Tangan pria itu terangkat menuju dadanya, mengelus pelan seperti mencari firasat mengenai keberadaan dewi itu. Namun nihil. Leandro sudah menjadi manusia. Ia melakukan pengorbanan agar dewi satu itu tidak terluka karena dirinya. Tapi ada yang membuat Leandro masih tetap mengkhawatirkan dewi itu selain peperangan yang ia yakini sebentar lagi akan terjadi. Kuncup itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com