webnovel

Bab 33

Hari yang ditunggu dengan hati berdebar oleh Citra tiba juga. Pagi itu kesibukan istana lebih dari biasanya. Rombongan besar Baginda Raja Lingga Buana akan berangkat menuju ibukota Majapahit. Melakukan upacara seserahan kepada Baginda Raja Hayam Wuruk yang meminang Putri Dyah Pitaloka Citra Resmi untuk dijadikan istrinya.

Para pengawal terpilih tidak berjumlah besar. Karena tujuan dari perjalanan kali ini memang murni persahabatan. Sama-sama saling berniat baik untuk menjalani hubungan yang lebih mesra dan terikat. Baginda Raja Lingga Buana hanya akan ditemani oleh Resi Papandayan, Resi Pangrango, Ki Galih Prawira, dan Ki Jagad Tirta.

Para prajurit berjumlah 50 an orang itu tidak membawa perlengkapan senjata seperti biasa karena menghormati permintaan Majapahit. Kereta kencana hanya akan sampai di sisi Galuh Pakuan dari Sungai Cipamali. Selanjutnya rombongan akan menyeberang dengan perahu yang telah disiapkan dan menaiki kereta kencana yang disediakan Kerajaan Majapahit.

Perjalanan ke Majapahit akan memakan waktu hingga dua hari. Sore ini mereka akan tiba di perbatasan dan menginap di sana sebelum melanjutkan perjalanan esok paginya. Menyeberang dan terus ke Istana Majapahit menjelang sore. Rombongan akan beristirahat sebentar di Pesanggarahan Bubat untuk beristirahat dan makan siang. Setelah itu lanjut ke Istana Majapahit dan diperkirakan tiba di sana menjelang sore. Begitu isi rincian perjalanan yang diketahui oleh kedua pihak dengan baik.

Citra hanya bisa berdebar hatinya di dalam kereta kencana yang melaju dengan kecepatan tinggi saat membaca jadwal perjalanan yang menuliskan Pesanggrahan Bubat sebagai tujuan antara.

Gadis ini tahu seperti inilah jalannya sejarah. Tapi gadis ini juga meyakini satu hal berdasarkan pesan Resi Gunung Sagara. Takdir sedang ditulis ulang. Artinya semua akan berjalan seperti yang telah terjadi atau berjalan seperti yang akan terjadi.

Citra berada dalam kepasrahan tingkat tertinggi. Tak ada keraguan sedikitpun. Kalaupun harus mati, dia akan mati terhormat bersama pemuda yang dicintainya. Kalaupun harus hidup, dia akan hidup bersama orang yang dicintainya. Citra yakin Raja akan menjaganya baik-baik. Pemuda reinkarnasi itu akan menunggunya di suatu tempat secara diam-diam. Melindunginya dari jarak yang aman dan pasti akan bertindak cepat untuk melindunginya jika dia berada di situasi berbahaya. Citra yakin sekali akan hal itu.

-----

Sin Liong memasang telinga baik-baik. Setiap informasi mengenai keberangkatan rombongan Baginda Raja Galuh Pakuan diserap dan dicernanya secara cermat. Sudah 2 hari dia menunggu di sini. Di pelabuhan penyeberangan di sisi Majapahit. Dia menginap di sebuah warung yang buka siang malam. Kepada pemiliknya, Sin Liong berterus terang bahwa dia membutuhkan tempat menginap karena menunggu seorang teman yang bertemu dengannya di tempat penyeberangan ini. Pemilik warung tidak keberatan. Dia tahu mana orang baik-baik dan mana yang bermaksud buruk. Apalagi setelah Sin Liong menyodorkan keping perak untuk bayaran menginap serta makan.

Sore itu dari warung tempatnya menginap, Sin Liong mendengar tetabuhan membahana dari seberang sungai. Suara tambur dan genderang terus menerus dibunyikan. Hmm, Citra sudah tiba di benteng perbatasan.

Untuk beberapa lama suara tetabuhan tambur dan genderang itu terus terdengar sebelumnya akhir berhenti. Sin Liong menduga rombongan itu menginap di benteng perbatasan. Hari sudah menjelang petang. Tidak mungkin perjalanan dilanjutkan. Sin Liong sedikit lega. Setidaknya dia tahu Citra sudah berada di sini. Hanya saja yang masih mengusik benaknya adalah keberadaan Raja. Pemuda itu sudah coba menelisik keterangan mengenai Raja kepada orang-orang yang berhenti makan di warung.

Tidak ada satupun yang mengetahui informasi akurat tentang Raja. Hanya satu informasi kecil yang tidak meyakinkan ketika seorang tukang perahu bercerita pernah mengantarkan seorang pemuda gembel berpenampilan awut-awutan menyeberang malam-malam.

Sin Liong ragu kalau orang itu adalah Raja. Penampilan Raja memang tidak perlente atau rapi. Tapi tentu saja pemuda itu tidak akan mirip seorang gembel dengan rambut awut-awutan. Sin Liong justru punya dugaan kuat kalau Raja sudah berada di Bubat. Atau paling tidak, tidak jauh dari tempat penting itu.

Sin Liong merasakan tidurnya malam ini sangat gelisah dengan mimpi yang cukup menakutkan. Sebuah gelombang cahaya putih raksasa menyeretnya secara paksa ke suatu tempat asing yang rasanya pernah dikenalinya.

Pemuda itu bangun dengan tubuh sakit-sakit. Mimpi buruk itu ternyata sangat mempengaruhinya. Fajar sudah berlalu. Langit di ufuk timur berwarna kemerahan. Orang-orang sudah beraktifitas seperti biasa. Para pedagang datang dan pergi menyeberang. Para nelayan sudah memasang pukat dan bubu di pinggiran Sungai Cipamali.

Sin Liong memesan minuman rempah hangat untuk mengisi perut dan memulihkan tenaga. Sambil menyesap minuman hangat, Sin Liong melihat keramaian di seberang sungai. Perahu-perahu berukuran besar yang dihiasi dengan umbul-umbul Kerajaan Galuh Pakuan dan Majapahit mondar mandir mengangkut penumpang. Tambur dan genderang dengan nada lambat juga mulai terdengar. Rombongan Kerajaan Galuh Pakuan mulai menyeberang.

Sin Liong merasa jantungnya mulai berdebar kencang. Ini adalah momen yang tak akan terlupakan seumur hidupnya. Menjadi saksi sebuah peristiwa hebat dalam sejarah. Sin Liong berharap Citra selamat dan berkumpul kembali dengan Raja. Sin Liong juga berharap Raja tidak akan membiarkan Citra mengambil keputusan bunuh diri setelah kejadian hebat di Bubat. Jika yang terjadi sebaliknya, Sin Liong akan menyesal seumur hidup. Karena dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah berpamitan kepada pemilik warung baik hati yang telah menampungnya beberapa hari ini, pemuda itu langsung menaiki kudanya begitu rombongan pertama Galuh Pakuan mendarat di wilayah Majapahit. Dia memacu kudanya cukup kencang. Dia akan mendahului mereka dan berusaha mencari tempat tersembunyi di sekitar Bubat untuk memantau keadaan. Barangkali ada yang bisa dilakukannya nanti di sana. Sin liong sudah memastikan kabar yang beredar bahwa rombongan Galuh Pakuan akan berhenti sebentar di Pesanggrahan Bubat untuk beristirahat makan siang.

Jantung Sin Liong semakin berdebar kencang begitu nama Bubat melintas di kepalanya.

--***