"Jangan menderita sendiri. Biarkan aku ikut bersama merasakannya denganmu. Bisakah kau benar-benar memberiku kesempatan untuk mengantikan mereka yang pernah ada sebelum diriku?"
Tatapan mata milik Cakra terlihat sendu, seakan apa yang dia katakan, ingin benar-benar dia wujudkan.
Apalagi melihat gadis itu menangis, sedemikian menderita. Dia ingin sekali menjadi bagian dari proses penyembuhan.
Masih dalam posisi yang sama, Zenna tengah berjongkok di atas sambil membenamkan kepalanya di kedua pahanya sedemikian lamanya.
Cakra tidak tahu, harus berbuat apa, dia tidak bisa memeluk gadis itu, berbeda dari beberapa hari yang lalu, ketika dia memeluknya.
puk.. puk... puk...
Hanya tepukan pelan di pundak gadis itu perlan-perlahan.
Suara tangis yang sesekali terdengar itu perlahan-lahan berhenti.
Cakra melepaskan jas miliknya, kemudian memakaikannya pada Zenna.
Zenna hanya menatap pria yang sedang berbuat hal baik padanya, pria yang sedang mengambil hatinya itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com