webnovel

REDTURN

Kehidupan Dita berubah setelah aksi penculikan yang di lakukan oleh suruhan Ayahnya menjadikannya seorang gadis pemberani mencari tahu kejadian 10 tahun silam yang kelam. Bagaimana Dita melakukan semuanya? Seperti apa kisah perjuangan seroang gadis 20 tahun dalam merasakan gejolak cinta yang muncul saat ia sedang melaksanakan aksinya? Let's read now!

Daoistwoptq3 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

1

Kaki menjuntai dan kepala menggadah langsung ke atas langit yang gelap. Duduk di tepi rooftop atau mungkin tidak bisa di sebut rooftop karena hanya lantai usang di lantai atas. Tapi inilah tempat yang biasa menjernihkan pikiran Alex.

Tinggal di tempat terpencil membuatnya stres berada dalam ruangan secara terus menerus. Tidak banyak yang dapat dilakukannya di perkampungan kecil ini. Bangun, makan, mandi, tidur, dan berlatih bela diri yang pernah di pelajarinya dulu sewaktu SMP, hanya itu kesehariannya. Terkadang dia membantu Maria mengumpulkan tanaman herbal untuk memenuhi ekonomi mereka.

Maria adalah kakak ayahnya. Ibunya sudah tidak diketahui keberadaannya setelah terakhir kali bertengkar dengan Widio. Alex, dia tak punya teman bermain selain Dylan dan Dita, sepupunya. Bagaimana kabar mereka saat ini?

Ia memejam saat rambut coklatnya tertiup oleh angin. Kedua tangan yang seolah tak merasakan dinginnya malam mencengram erat celana panjang yang dia pakai.

Saat mata hitam itu kembali terbuka, dia merasa hampa. Perjuangan untuk menggapai cita-cita yang sudah ia bangun hancur, setelah Widio menyeretnya pergi menjauh dari kota. Lebih tepatnya bersembunyi.

Bersembunyi dari Ferel yang berencana membunuh Maria. Widio terpaksa turun tangan membantu Maria, karena itu sudah menjadi keharusan Widio sebagai laki-laki juga satu-satunya saudara yang Maria punya.

Saat perasaan campur aduknya seperti ini, derap langkah kaki seorang berjalan mendekat ke arahnya.

"Kak! di panggil om Widi." serunya dari belakang dengan aksen jawa yang masih kental.

Alex menolehkan kepalanya, masih duduk di tepi atap melihat Septian yang terlihat baik baik saja setalah melewati satu lantai. Nafasnya tidak terusik sedikitpun.

Ah ya, Septian. Dia adalah anak yang menyelamatkan Alex saat tak sengaja di patok ular ketika berburu landak. Ia memutuskan tinggal bersama kami karena tidak memiliki tempat tinggal.

"Kenapa Ayah memanggil gue?"

Septian mengedikan bahu. "Yaa.." Bocah 15 tahun itu menyeret kalimatnya. "Karena Om Widi ngumpulin kita semua, gue rasa ada yang penting."

Alex sudah berdiri di kedua kakinya dengan sekali manuver ringan kemudian berjalan ke arah Septian dan bersama menuruni tangga.

"Kau tahu kenapa Ayah melakukan itu?"

"Gak tahu, dia cuma nyuruh gue buat manggil lo buat kumpul di ruang tengah."

Tidak biasanya Widio melakukan hal ini. Apa yang terjadi? Sepertinya ada sesuatu yang penting.

Rumah yang mereka tinggali adalah rumah bekas toko bangunan kecil. Terdiri dari dua lantai, lima kamar, dapur, ruang tengah dan satu kamar mandi.

Alex membuka pintu ruang tengah dan masuk ke dalamnya perlahan. Tempat itu remang, hanya ada lampu lama yang menerangi mereka semua.

Ia bisa melihat Widio duduk di sofa lusuh, melihat ke arahnya, juga Maria di sebelahnya juga melakukan hal yang sama. Tapi wanita yang menjadi tantenya itu terlihat sedih dari tatapan matanya.

"Duduklah." Widio menginterupsi, mengidikan dagunya ke arah sofa yang masih kosong.

"Ada apa Ayah mengumpulkan kita semua?" Widio terdiam sebelum menjawab.

"Dita di culik." Alex mendegus geli. Septian membulatkan matanya dan tertawa. "Om jangan bercanda."

"Serius Iyan. Dita sama Dylan di culik oleh anak buah Ferel. Aku hawatir mereka di jadikan boneka pria keparat itu." Maria bersuara terdengar parau.

Alex tertegun, tak menyangka kejadian ini bisa terjadi. Ia menatap ke arah Widio yang mulai merasa api menggelagak di dadanya.

"Kita tidak bisa membiarkan ini. Dita, gadis yang masih kecil, amat berbahaya baginya jika terbekap kehidupan di bawah kuasa Ferel."

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Septian tercicit. Ia memang belum pernah sekalipun berhadapan dengan orang berbahaya seperti Ferel. Tapi ia tidak bisa membayangkan akan berhadapan dengannya. Pasalnya dari kisah yang Widio ceritakan, Ferel adalah salah satu pemimpin perusahaan narkoba ilegal yang sukses.

"Kita harus menyelamatkannya tentu saja."

"Tapi bagaimana kita menyelamatkannya Ayah? Kita tidak punya senjata untuk melawan orang berbadan besar yang melindungi bentengnya."

"Ayah sudah punya rencana." Widio kemudian membuka tablet andalannya. Entah bagaimana singal bisa terhubung di tempat terpencil ini. Widio cerdas untuk menemukan jalan keluarnya. Semuanya hanya tertuju pada Widio dan tabletnya.

●●●

tu be continue

sorry, tangan lagi sedang bermasalah. Jadi ceritanya sedikit. Readers, jangan lupa tinggalkan komentar. see you

Daoistwoptq3creators' thoughts