"Apa? Papa ngomong seperti ini dengan penuh kesadaran apa nggak? Aku nggak salah mendengar kan, Pa?" Tanya Dian agak terkejut karena dia tidak menyangka saja kalau jalan pikiran Andi lebih dari apa yang saat ini Dian pikirkan. Padahal Dian itu masih ingin menjadi pacarnya Zea, tapi malah Andi lah yang menyuruh kalau nanti Dian yang malah menjadi suami Zea. Rasanya seperti terbang tak tentu tujuan dan saat ini Dian bisa merasakan bagaimana rasanya baper karena hanya sebuah ucapan saja. Padahal kan Dian juga sadar diri bahwa belum tentu Zea juga menyukai dirinya. Jika suka, maka Dian sangat yakin kalau Zea itu menyukainya hanya karena sebatas sahabat dan tidak lebih. Oleh karena itu, Dian cukup sadar diri dalam posisinya saat ini, apalagi dia masih ingat bahwa apa yang dilakukan oleh Zea dengan Zafran itu terlihat dari sorot matanya masih ada rasa suka yang masih terpendam dan Dian tidak ingin menjadi tembok penghalang hubungan mereka.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com