"Kita putus."
Nara menganga mendengar dua kata yang keluar dari mulut Alvin.
"Maksud kamu apa?" Tanya Nara.
"Kita udahan. Hubungan kita cukup sampai disini aja." Jawab Alvin.
"Kamu kenapa sih? Kenapa tiba-tiba minta putus? Aku ada salah apa? Kemarin kita kan udah baik-baik aja?!" Tanya Nara.
"Iya, kita udah baik-baik aja. Tapi aku punya alasan, hubungan kita udah ga bisa dipertahankan lagi Ra." Jawab Alvin.
"Iya alasannya apa? Kenapa kamu minta putus?"
"Karena kamu masih deket sama Rayhan!!" Bentak Alvin. Nara tersentak kaget mendengar bentakan Alvin. Biasanya lelaki ini selalu berkata lembut jika sedang bersamanya.
"Kemarin kita udah bahas, sebisa mungkin kamu jaga jarak sama dia, tapi apa? Kamu justru malah pergi jalan-jalan sama dia. Mana janji kamu Ra, aku ga suka sama cewek yang suka ingkar janji." Sambung Alvin dengan menatap mata Nara.
"Mana ada aku jalan-jalan sama dia? Kalo soal ke Bandung kemarin aku ga jalan berdua aja, ada temen-temen aku juga." Jelas Nara.
"Terus kenapa kamu ga bilang sama aku?"
"Aku bilang ke kamu, aku ada kirim pesan ke kamu. Waktu kita telfonan juga sebenarnya aku mau bilang itu ke kamu, tapi kamu keburu matiin telfonnya. Gimana aku bisa cerita ke kamu Vin, kalo kamu selalu sibuk."
"Aku sibuk juga karena pendidikan, bukan cuma alasan aja." Kata Alvin.
"Lebih baik kita udahan aja, aku rasa kamu emang masih punya rasa sama Rayhan." Sambung Alvin.
"Maksud kamu apa?" Tanya Nara.
"Kamu masih gak mau jujur soal perasaan kamu? Kamu pernah suka kan sama Rayhan?"
"Itu dulu Vin! Sekarang aku cuma sayang sama kamu."
"Segitu cepatnya kamu move on? Ra, tolong jangan sakitin hati aku,"
"Lebih baik kita putus. Aku gak mau hubungan kita cuma di dasari dengan kebohongan." lanjut Alvin. Sebenarnya dia tidak tega melihat Nara menangis seperti ini, namun hati nya lebih sakit saat kekasih yang sangat ia percaya, dengan mudahnya membohongi dirinya.
"Aku ga ada bohongin kamu. Aku selalu jujur sama kamu, soal aku ke Bandung aku juga udah bilang kamu, aku WhatsApp kamu tapi kamu malah off, aku ga bohongin kamu Vin. Soal perasaan aku ke Rayhan juga udah ga ada. Kenapa disini seolah aku yang nyakitin kamu, padahal aku juga ngerasa sakit, kamu akhir-akhir ini selalu cuekin aku." Kata Nara mengeluarkan isi hatinya.
Alvin mendekati Nara dan memeluk gadis itu.
"Kayanya kita emang di takdirin untuk jadi sahabat. Gak usah nangis, sayang. Walaupun nanti kita gak ada hubungan lagi, kita masih bisa dekat. Anggap aku kakak kamu, dan kamu adik aku." Ucap Alvin lembut seraya mengelus punggung Nara.
"Aku gak mau jadi adik kamu. Aku sayang kamu Vin, aku udah gak ada rasa sama Rayhan." Ucap Nara dan mengeratkan pelukannya pada Alvin.
"Kalo kita emang jodoh, kita pasti bersama lagi kok. Kamu gak boleh nangis. Sekarang kita fokus ke pendidikan masing-masing ya. Maaf kalo kemarin aku sempat cuekin kamu. Sekarang kamu bebas bisa deket sama Rayhan." Kata Alvin sambil melepaskan pelukannya.
"Jangan putus." Lirih Nara.
"Maaf Ra, kalo untuk bersama lagi, menurut aku gak bisa. Kita udahan sampe sini ya. Jangan sungkan untuk deket sama aku lagi. Anggap aku kakak kamu, seperti yang aku bilang." Alvin mendekati Nara.
Cup.
Air mata Nara menetes bersamaan dengan kecupan hangat yang mendarat di keningnya.
"I love you." Bisik Alvin sebelum meninggalkan Nara yang masih menangis.
---
Hari ini, Nara sekolah dengan keadaan mata yang lumayan membengkak. Tadi malam dia cukup lama menangisi nasib hubungannya dengan Alvin.
"Kasian banget mata nya sampe sembab gitu, nangisin apasih?" Celetuk Devi.
"Palingan juga di putusin sama pacarnya, yang kakak kelas ganteng itu loh, Dev." Sahut Nia.
"Kayanya sih iya, lagian kak Alvin pasti juga ga serius sama dia. Palingan dia cuma dijadiin mainan aja." Kata Devi.
"Lagian kan emang yang gatel si dia." Kata Nia sambil melirik Nara.
Nara melangkah menuju meja Devi dan Nia. Lalu Nara menggebrak meja mereka.
"Apa mulut lo gak pernah di sekolahin? Gak usah banyak bacot! Kalo berani ngomong depan muka gue!!" Bentak Nara.
"Kenapa diem? Sini kalo berani ngomong depan gue!!" Sentak Nara.
"Gue gak pernah ya nyari masalah sama lo!! Tapi kenapa lo selalu cari-cari masalah sama gue? Apa salah gue sama lo berdua, hah?" Ucap Nara dengan suara bergetar.
"Dan apa Lo bilang? Gatel? Kalo ga bisa nyaingin ga usah ngatain!" Kata Nara.
Devi dan Nia hanya diam. Dia telah salah mencari lawan berdebat. Apalagi sekarang Nara sedang bad mood hingga membuat gadis itu dengan mudah terpancing emosi.
"Cuma orang munafik yang berani nya ngomongin orang di belakang!" Ucap Nara tajam sebelum keluar kelas.
Jangan tanyakan mengapa sahabat-sahabatnya hanya diam saja. Mereka tidak pernah melihat Nara emosi seperti ini. Hingga membuat mereka takut untuk bertanya apa yang terjadi dengan gadis itu.
Tak lama Rayhan keluar kelas. Dia berniat mencari Nara. Langkah kakinya membawa nya untuk menuju taman belakang yang sangat jarang di kunjungi oleh siswa. Dia tidak peduli jika harus bolos pelajaran hari ini, dia hanya ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Nara.
Mata tajam Rayhan melihat seorang gadis yang sedang duduk di kursi dengan kepala menunduk. Dia menghampiri Nara dan duduk di sebelah gadis itu.
"Lo kenapa Ra?" Tanya Rayhan hati-hati. Nara masih diam, dia sangat enggan untuk berbicara, apalagi dengan lelaki di sebelahnya ini.
"Lo kenapa?" Tanya Rayhan lagi dengan menyentuh bahu Nara namun sudah di tepis oleh gadis itu.
"Gak usah pegang-pegang!" Ucap Nara datar.
"Lo kenapa nangis? Ada masalah sama siapa? Cerita sama gue!!"
Nara menoleh dan menatap tajam Rayhan.
"Ini semua gara-gara lo!"
"Maksud lo apa?" Tanya Rayhan bingung.
"Gara-gara lo, Alvin putusin gue! Lo pasti udah bilang yang enggak-enggak kan sama dia? Kenapa sih lo selalu gangguin gue? Biarin gue bahagia kenapa sih Ray!!" Jawab Nara terisak.
"Gue gak bilang apa-apa Ra, gue juga udah janji kan sama lo. Gue ga akan gangguin hubungan Lo sama Alvin lagi." Jelas Rayhan.
"Pasti Lo kan yang bilang kalo dulunya gue pernah ada rasa sama Lo. Kenapa sih Ray Lo harus bilang kaya gitu sama Alvin? Kenapa?"
Rayhan hanya diam.
"Lo sayang banget ya sama Alvin?"
"Gue sayang banget sama dia! Dan gara-gara adanya lo di antara hubungan gue sama dia. Dia mutusin gue!!" Jawab Nara terisak.
Rayhan mengangguk-anggukan kepalanya pelan.
"Maafin gue Ra, udah bikin hubungan lo sama Alvin berantakan."
"Ga semudah itu Ray, Lo pikir dengan gue maafin Lo, Alvin bakalan balik lagi? Enggak!"
"Gue harus apa biar Lo mau maafin gue?"
"Gue mau lo jauhin gue." Kata Nara.
Lagi-lagi Rayhan menganggukkan kepalanya.
"Oke. Gue juga akan bantuin supaya lo bisa balikan lagi sama Alvin. Sekali lagi maafin gue Ra, udah bikin hubungan lo sama Alvin hancur."
"Gue pergi." Ucap Rayhan. Namun, tidak ada respon apapun dari Nara. Rayhan tersenyum tipis. Kemudian dia pergi meninggalkan taman, lebih tepatnya meninggalkan sekolah.