Rayhan mengacak rambutnya. Ia juga memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Bayangan wajah Nara yang sedang tersenyum terus berlalu-lalang di pikirannya. Gadis yang Rayhan rindukan kini berada di dekatnya, tetapi Rayhan sama sekali tidak berani mendekati Nara.
Di sepanjang jalan ia pulang dari rumah sakit, Maminya terus memaksanya untuk kembali mendekati Nara, padahal tanpa disuruh pun, Rayhan juga mempunyai keinginan untuk mendekati gadis itu kembali, tetapi semua tidak semudah itu, semua harus dipikirkan matang-matang.
Belum tentu juga Nara masih bisa menerima dirinya. Terkadang Rayhan merasa jika Maminya lebih menyayangi Nara daripada dirinya yang notabenenya adalah anaknya sendiri. Bagaimana Rayhan tidak berpikir demikian, karena selama ini Maminya terus menyalahkan dirinya dan membela Nara dengan mengatakan jika Nara adalah gadis terbaik, Maminya hanya mau jika Nara yang menjadi menantunya. Terdengar sangat egois dan keras kepala.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com