"Ra, lo tau gue kan, gue udah punya David. Gue pacaran sama dia gak sebentar, dan gue gak mungkin ada rasa sama Rayhan, cowok yang baru aja gue kenal. Gue juga gak tau kalo dia deketin lo cuma buat bisa deket sama gue. Gue berani sumpah Ra, gue gak ada rasa sama Rayhan. Rasa sayang gue cuma buat David, pacar gue. Lo percaya kan?" Jelas Tika. Baru saja mereka sampai di taman belakang, Tika sudah mulai menjelaskan.
"Gue gak tau Ka." ucap Nara pelan.
"Gue gak mau kita ada masalah kaya gini, Ra. Jujur gue takut banget kehilangan sahabat sebaik lo, gue bener-bener takut kalo kalian bakalan terus marah sama gue." ucap Tika lirih.
"Ada yang masih gue bingungin, soal lo keluar sama Rayhan. Gue udah ngajak Lo Ka, tapi Lo malah gabisa."
"Itu awalnya gue ngajakin David, terus dia belum pulang, katanya masih ada ekskul basket. Jadi gue bilang sama dia, kalo gue mau pergi sama temen cowok, awalnya sama dia ga boleh, tapi gue butuh banget sama buku yang gue cari di hari itu, akhirnya sama dia di izinin." Jawab Tika.
"Sebenarnya salah gue juga sih, kalo dari awal gue batalin janji pergi sama Rayhan, kayanya kita bakalan baik-baik aja." Imbuhnya.
"Terus kenapa Lo bilang pergi sama David? Gue juga udah percaya itu Ka. Tapi ternyata Lo malah pergi sama Rayhan." Nara tersenyum kecut.
"Ya disini emang gue ga berhak sih buat marah. Lagian si Rayhan juga bukan siapa-siapa gue. Tapi gue cuma ga habis pikir aja, dari yang Rayhan mulai menghindar dari gue, terus Lo tiba-tiba ikut menghindar. Ada apa gitu loh?" Sambung Nara.
"Gue ga menghindar, Ra. Gue cuma ga enak aja, soalnya Farah sama Sena beberapa hari ini juga udah agak sewot sama gue, jadi gue ragu buat barengan sama kalian." Jawab Tika.
"Gue minta maaf sama Lo. Gue tau, gue salah." Ucap Tika lagi.
Nara menatap Tika yang duduk di sebelah nya.
"Gue gak marah sama lo Ka, gue cuma kepikiran aja gitu, si Rayhan kok bisa gitu loh. Kalo niatnya deketin Lo kenapa ga langsung aja, kenapa harus lewat gue." ucap Nara.
"Salah gue juga sih sebenernya, terlalu gampang banget baper. Mana dia juga ga ada tanda-tanda bilang suka atau sayang, terus gue dengan santainya malah berharap sama dia." lanjut Nara tertawa pelan.
"Lo baper itu wajar Ra, si Rayhan aja yang emang bego." ucap Tika kesal.
"Udah, gue gak mau ngomongin soal dia. Gue mau lupain dia. Ora dianya aja ga tertarik sama gue." ucap Nara santai.
"Ra, gimana sama Farah dan yang lain nya. Mereka benci ya sama gue?" Tanya Tika.
"Mereka gak mungkin benci sama lo Ka, mereka cuma kesel aja. Lo tau sendiri kan? Mereka tuh ga bisa diem kalo udah temennya disenggol sama cowok. Disakitin lah." Jawab Nara sambil tertawa pelan. Tika mengangguk paham.
"Yaudah, ke kelas yuk, gue anterin ketemu mereka." Ajak Nara.
"Gue takut Ra." ucap Tika pelan.
"Yaelah, sans aja kali. Mereka gak nyeremin kok." ucap Nara terkekeh.
¤¤¤
"Lo ngapain lagi sih Ra, pake jalan bareng sama dia lagi." ucap Farah, melirik sinis pada Tika.
"Fa," tegur Nara. Sedangkan Farah hanya memutar kedua bola mata nya malas.
"Guys, gue minta maaf kalo gue ada salah sama kalian. Sumpah demi apapun, gue gak ada rasa sama Rayhan, kalian harus tau ini." ucap Tika menatap sahabatnya satu persatu.
"Oke. Kita maafin!" Ucap Nanda.
"Nanda!" Panggil Farah dengan nada tak suka jika mereka dengan mudahnya memaafkan Tika.
"Fa, udahlah kita kan sahabatan, masa cuma gara-gara satu cowok, persahabatan kita hancur. Lagian si Tika juga udah bilang kalo dia ga ada rasa sama Rayhan, jadi sama-sama kan, gaada yang sama tuh cowok, mau Nara atau Tika." Ucap Nanda. Memang di antara mereka berenam, hanya Nanda yang memiliki sifat dewasa. Ya meskipun, sebenarnya dia juga sama-sama suka pecicilan seperti teman-temannya.
"Oke! Gue maafin lo." ucap Farah.
"Kalian juga maafin gue kan?" Tanya Tika pada Sena dan Risna.
"Iya." jawab Sena dan Risna bersamaan.
"Yeaayyy!!! Kita pelukan dulu." Ajak Tika pada sahabat-sahabatnya. Hingga kini mereka berpelukan layaknya Teletubbies.
"Halah, sekarang aja baikan, palingan bentar lagi juga berantem lagi." cibir Devi.
"Alay banget emang." cibir teman sebangku Devi, Rahma.
"Bentar lagi hancur pasti!" Cibir Nia.
Sedangkan mereka berenam hanya diam saja tanpa memperdulikan cibiran dari para gadis pengganggu itu.
Tak lama pintu kelas mereka diketuk seseorang, "Ada apa kak?" Tanya Devi dengan semangat. Dia tau lelaki tampan ini adalah ketua OSIS, di sekolahnya.
"Yang namanya Nara mana ya?" Tanya seorang laki-laki tampan itu yang berdiri di ambang pintu kelas Nara
"Aku kak, kenapa?" Tanya Nara sambil mengangkat tangan kanannya. Karena dia tau jika cowok yang berdiri di dekat pintu itu adalah kakak kelas nya.
"Sini bentar, penting!" Jawab lelaki itu lalu keluar dari kelas Nara.
"Ciee, di samperin cogan." goda Sena.
"Apaan sih!" Elak Nara.
"Semoga ntar jadian sama dia ya Ra." goda Nanda tertawa. Nara tak menghiraukan godaan dari teman-teman nya, dia lebih memilih keluar untuk bertemu dengan lelaki itu.
"Ada apa ya kak?" Tanya Nara berdiri di samping kursi yang di duduki oleh cowok itu.
"Duduk dong. Masa kita ngobrol sambil berdiri sih?" Ucapnya sambil tersenyum.
Nara mengangguk dan langsung duduk di samping cowok itu.
"Oh iya, sebelumnya kenalin dulu, nama aku Alvino Mahendra, anak 12 IPA 2." ucap Alvin.
"Ketos, bukan?" Tanya Nara memastikan. Setau dia, ketua osis di SMA ini bernama Alvino, tapi dia belum tau pasti wajahnya, dia hanya tau nama nya saja.
Alvin mengangguk dan tersenyum.
"Kamu ikut OSIS kan?" Tanya Alvin.
"Enggak kak." jawab Nara.
"Yahh. Tapi kamu bisa bantuin aku?" Tanya Alvin.
"Bantu apa ya?"
"Aku lagi mau bikin susunan proposal buat acara ulang tahun sekolah minggu depan. Dan sekretaris OSIS lagi izin selama dua minggu. Anak-anak yang lain katanya gak bisa bikin nya, dan ada yang ngasih usul, katanya Nara anak 11 IPA 1 jago dalam membuat proposal. Jadi aku kesini mau minta bantuan kamu. Bisa gak?" Jelas Alvin sambil menatap Nara.
Nara terkesiap saat mata hitam legam milik Alvin menatap nya begitu dalam.
"Ra." panggil Alvin.
"Eh iya kak. Bisa kok bisa." Jawab Nara cepat.
Alvin terkekeh. "Bisa apa?" Tanya nya.
"Bisa bantuin kakak maksudnya. Bikin proposal." jawab Nara.
"Makasih ya." ucap Alvin tersenyum.
"Jadi, mau bikin mulai kapan?" Tanya Nara.
"Nanti pulang sekolah kamu bareng aku aja ya, mau gak?" Tanya Alvin. "Atau kamu udah ada janji sama yang lain?" Lanjutnya.
"Gak ada, yaudah nanti aku bareng kakak." jawab Nara tersenyum.
"Udah cantik, baik lagi." Puji Alvin sambil mengacak pelan rambut Nara. Nara hanya tersenyum malu.
"Gak modal banget pacaran di depan kelas." celetuk Rayhan yang melewati mereka. Rayhan baru saja kembali ke kelas setelah dari kantin tadi.
"Hati-hati aja, ntar di bawa ke ruang BK, gara-gara pacaran di tempat umum." lanjutnya mencibir.
Sedangkan Alvin hanya menatap bingung ke arah Rayhan. Lalu dia mengalihkan pandangan nya pada Nara.
"Aku balik ke kelas dulu ya Ra."
"Iya kak." Sebelum meninggalkan Nara, Alvin sempat menunjukkan senyum termanis nya untuk Nara.
"Senyum-senyum aja kaya orang gila." celetuk Rayhan lagi.
Nara hanya memutar kedua bola matanya malas dan memasuki kelas nya. Dia tidak peduli dengan celetukan yang keluar dari mulut lemes Rayhan.