"Gue terlalu gampang banget baper, Fa. Gue selalu ga bisa ngendaliin perasaan gue sendiri." isak Nara di dalam pelukan Farah. Nara yang baru ingin menutup pintu kamar mandi sudah di tahan oleh Farah, hingga kini mereka berada di dalam kamar mandi berdua.
"Gue udah bilang, jangan terlalu main hati Ra, ini akhirnya." ucap Farah sambil mengelus punggung Nara berusaha menenangkan sahabatnya.
"Gue gak tau kalo harus kaya gini. Rayhan sama Tika deket ya Fa?" Tanya Nara pelan.
"Gue ga tau. Tapi Lo harus hati-hati cowok kaya Rayhan tuh susah ditebak. Dia baik sama Lo tapi baik juga sama Tika. Lo juga liat kan kadang dia juga deket sama Devi." Jawab Farah.
Lalu Farah melepaskan pelukan Nara dan memegang bahu Nara.
"Lo gak boleh lemah, tunjukin kalo lo emang biasa aja sama Rayhan. Cowok kaya dia lo tangisin? Gak guna tau gak sih!"
Nara menghapus air matanya.
"Gue masih bisa senyum sama lo, tanpa dia sekalipun. Kalaupun suatu saat dia mau pergi ya gapapa. Lagian disini gue sama dia juga ga ada hubungan apapun kan?" ucap Nara sambil tersenyum.
"Bagus. Itu baru sahabat gue. Lagian juga bener kata Lo, kalian ga ada hubungan. Gue cuma ga mau Lo sakit hati Ra." ucap Farah kembali mengingatkan temannya. Nara mengangguk.
"Udah bel tuh. Kita langsung ke kelas aja yuk." ajak Nara.
"Iya deh. Yuk"
¤¤¤
"Lo berdua dari mana?" Baru saja memasuki kelas, sudah di sambut oleh suara cempreng milik Sena.
"Dari toilet. Napa mau ikutan?" Farah menjawab dengan sinis. Namun itu hanya candaan biasa.
"Yee, biasa aja dong. Gausah sewot gitu? Mau berantem?" Sena menimpali candaan Farah.
"Baru dateng udah diajak ribut! Jangan mentang-mentang badan Lo lebih gede ya!"
"Heh! Ga usah body shaming ya!" Sena menatap sinis pada Farah. Sedangkan Farah hanya menjulurkan lidahnya.
"Ngapain ke kamar mandi lagi? Mana masih pagi? Lo bab apa mandi?" Tanya Risna.
"Iya mandi. Di rumah gue gak ada air. Jadi numpang mandi di sekolah." jawab Farah asal.
"Astaga, orang kaya masa cuma mandi aja numpang disekolah?!" Risna berkata sambil menunjukkan ekspresi seolah dia benar-benar terkejut. Sedangkan Farah hanya memutar kedua bola matanya malas.
Sena dan Nanda tertawa. Nara melihat ke arah belakang, sudah ada pemandangan seperti kemarin, Rayhan sedang menggoda Tika.
Memang dari beberapa hari ini, Tika jarang ikut berkumpul dengan mereka. Entah karena apa, gadis itu seperti menghindar dari mereka.
Nara menghela nafas pelan dan duduk di bangkunya.
"Gak usah di liatin. Tutup mata aja." Ucap Risna.
"Apa nya?" Tanya Nara pura-pura tak mengerti.
"Gue tau perasaan lo." ucap Sena.
"Tau apa sih Na? Biasa aja sih!" Ucap Nara santai.
"Biasa aja sih, tapi mewek." ledek Farah sambil tertawa.
"Ish! Farahh!!!" Rengek Nara.
Rayhan yang mendengar rengekan Nara langsung menoleh dia berjalan mendekati Nara.
"Kok udah di kelas aja? Kapan masuknya?" Tanya Rayhan lembut.
"Udah dari tadi." jawab Nara singkat.
"Kok aku gak liat?" Tanya Rayhan.
"Gimana lo mau liat? Orang lo fokus sama satu orang aja." celetuk Farah sinis.
"Maksud lo apa sih? Perasaan Lo sinis mulu sama gue. Gue ada salah apa sama Lo?" Tanya Rayhan bingung.
"Gak ada!" Jawab Farah santai.
"Udah sana duduk lagi!" Ucap Nara mendorong lengan Rayhan pelan.
"Yaudah." ucap Rayhan lembut sambil mengacak rambut Nara.
"Ciri-ciri buaya ya kaya gitu." celetuk Risna setelah Rayhan pergi.
"Tukang PHP dia mah." ucap Sena.
"Kalian tau apa sih? Kok bisa ngatain dia kaya gitu?" Nara terkekeh pelan.
"Dih, jangan di kira gue ga tau apapun ya. Meskipun ga ada yang cerita ke gue, tapi gue bisa menyimpulkan dengan mudah." Jawab Risna.
Nara hanya menggeleng-gelengkan kepala nya melihat tingkah sahabatnya.
¤¤¤
"Pulang sama aku yuk, Ra." ajak Rayhan pada Nara. Kini semua siswa sudah pulang ke rumah masing-masing.
"Gak bisa Nara sama gue." ucap Farah ketus.
"Gue nanya ke Nara ya, bukan ke lo." ucap Rayhan kesal. Karena dari pagi Farah selalu bersikap sinis pada dirinya.
"Nara tadi berangkat bareng gue, jadi pulangnya juga sama gue." ucap Farah.
"Kamu sama aku aja ya, Ra." ucap Rayhan lagi.
"Yaudah." ucap Nara.
"Ra kok----"
"Udah gak papa Fa, gue sama Rayhan duluan ya." ucap Nara.
"Hufftt, ya udah deh. Hati-hati." ucap Farah pasrah.
"Gue duluan ya." ucap Risna dan Sena.
"Gue juga pulang duluan." ucap Nanda.
"Kalian hati-hati." ucap Nara.
"Yaudah yuk Ra." ajak Rayhan sambil menggandeng tangan Nara.
Mereka memasuki mobil Rayhan. Dan mulai meninggalkan halaman sekolah.
"Kamu ada yang dipikirin ya? Kayanya akhir-akhir ini lemes banget?" Rayhan bertanya sambil sesekali menoleh pada Nara.
"Enggak kok, aku baik-baik aja." Rayhan hanya mengangguk, mungkin Nara memang sedang tidak ingin diajak banyak ngobrol.
Di tengah jalan, mereka melihat Tika yang sedang berdiri di samping mobilnya. Rayhan memberhentikan mobilnya.
"Kenapa Ka?" Tanya Rayhan.
"Eh, lo Ray. Ini mobil gue tiba-tiba aja mogok." jawab Tika.
"Oh gitu, mau bareng gue? Ntar mobil Lo biar di urusin sama temen gue yang ngerti soal mobil?" Tanya Rayhan.
"Bareng aja Ka gak papa kok." ucap Nara seraya tersenyum tipis.
"Tapi rumah kita kan berlawanan arah, ntar kasian Rayhan kalo harus bolak-balik, jadi gue naik taksi aja deh." tolak Tika sambil tersenyum.
Rayhan menatap Nara.
"Kamu pulang sendiri ya, kan rumah kamu udah deket. Kasian Tika kalo harus nunggu taksi pasti lama, apalagi disini jalan nya agak sepi. Jadi aku anterin dia, kamu naik taksi aja." ucap Rayhan tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Kamu bilang sendiri kan, kalo jalan disini sepi. Masa aku harus di sini sendirian?" Tanya Nara.
"Kamu kan udah sering lewat sini---"
"Tika juga sering." potong Nara.
"Maksudnya kalo kamu kan udah kenal sama orang-orang disini. Kalo Tika kan enggak. Jadi kalo kamu disini sendirian gak masalah dong." ucap Rayhan.
"Gak usah Ray, biar gue aja yang naik taksi atau kalo ga gitu gue bisa minta jemput temen gue." ucap Tika tak enak hati dengan Nara. Karena dia tau wajah Nara seperti menahan kesal.
"Gak papa Ka, lo bareng sama Rayhan aja. Dia bener kok, gue sendirian disini gak papa." ucap Nara.
"Tuh kan, Nara udah setuju. Lo bareng gue aja yuk." ucap Rayhan pada Tika.
"Enggak deh Ray, gue nunggu taksi aja. Lo anterin Nara aja." Tika kembali menolak.
"Gak papa Ka, lagian Nara juga setuju." Rayhan kembali memaksa.
Nara sudah pusing mendengar perdebatan tidak berguna itu, ia lalu turun dari mobil Rayhan.
"Masuk aja Ka. Gue udah turun nih."
"Ya udah, gue duluan ya Ra. Maaf lo harus turun disini." ucap Tika tersenyum canggung.
"Iya gak papa."
Rayhan dan Tika memasuki mobil Rayhan. Tak lama mobil Rayhan mulai melaju meninggalkan Nara.
Melihat hal itu, air mata Nara menetes. Dia mengeluarkan ponselnya dari saku bajunya.
"Jemput gue sekarang Ris, gue lagi di jalan Merpati."
"Lo ngapain disana?"
"Buruan jemput gue." isak Nara.
"Oke gue otw."
Setelah menelpon Risna, Nara mulai berjalan pelan sambil menunggu Risna datang.
Tak lama, "Ra!"
Nara menoleh dan mendapati mobil Risna yang berhenti di sampingnya, ia segera memasuki mobil sahabatnya itu.
"Lo kenapa nangis?" Tanya Risna khawatir.
"Rayhan mana? Lo pulang sama dia kan?" Tanya Risna lagi.
"Dia ninggalin gue demi nganterin Tika, Ris." jawab Nara dengan di iringi isakan nya.
"Sialan! Udah bener lo tadi pulang aja sama Farah. Kenapa lo malah mau sama tukang PHP itu sih!" Ucap Risna kesal.
"Gue gak tau kalo akhirnya harus kaya gini." ucap Nara lirih.
"Sekarang lo gak boleh nangis lagi. Lo ke rumah gue, Farah sama Nanda ada di sana." ucap Risna sambil melajukan mobilnya.
"Anterin gue pulang aja. Gue takut kalo Farah marah sama gue." ucap Nara. Di antara mereka semua memang Farah lah yang paling serem kalo marah, makanya Nara takut.
"Resiko lo lah. Lagian gak nurut banget sama Farah." ucap Risna santai.
"Riiisss..." rengek Nara.
"Iya-iya. Gak akan kok Farah marahin lo, tenang aja." ucap Risna sambil tertawa.