Regina menatap kembali ponselnya yang menunjukkan pesan dari Adhinatha siang tadi. Pria itu memintanya untuk menemani menghadiri jamuan makan malam salah satu klien penting. Dan sampai saat ini pesan itu hanya dia baca tanpa membalasnya.
Jujur, Regina masih malu untuk bertemu Adhi. Ada rasa sungkan apalagi terakhir obrolan mereka begitu menusuk Regina. Dan wanita itu belum siap berhadapan lagi dengan Adhinatha. Sangat tidak siap.
Tapi menolak pun dengan alasan apa? Rasanya tidak ada satupun kalimat yang tepat untuk menolak permintaan pria itu. Tidak ada, sama sekali.
Regina menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajah polos sehabis mandi itu benar-benar menunjukkan rasa frustasi secara terang-terangan.
Suara dering ponsel membuatnya terlonjak kaget. Regina lebih kaget lagi saat melihat nama si pemanggil. Itu dia, Adhinatha.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com