Regina akhirnya pasrah diajak bicara setelah Adhi membujuknya dengan tegas. Ya, mungkin memang mereka perlu bicara, atau setidaknya Irisha perlu bicara. Kalau Regina sih, dia enggan sebenarnya. Kalau misal dia nanti hanya menjadi pendengar tanpa tanggapan, ya jangan salahkan dirinya yang sudah hilang minat itu.
"Bicaralah," ujar Regina saat keduanya kini sudah berdiri di balkon —tersembunyi dari orang-orang.
"Kamu kelihatannya sudah muak sekali ya denganku?" tanya Irisha tersenyum pahit.
"Hakku, bukan? Aku bebas melakukannya, bukan?" sahut Regina yang membuat wanita di depannya menatapnya lekat.
"Kamu benar-benar marah karena hari itu, ya?" tanya Irisha yang tidak dijawab oleh Regina. Seharusnya tidak perlu bertanya pun Irisha tau kalau dirinya memang semarah itu, sekecewa itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com