Setelah aku menyelesaikan rapat aku segera kembali keruanganku untuk mengurusi dokumen yang tadi belum aku urus. Suara handphone milik ku berbunyi.
Aku lalu mengangkatnya dan aku lihat siapa yang menghubungi diriku. Aku melihatnya, rupanya Scout yang menelpon. "Halo, kenapa kau menghubungi diriku."
"Kenapa kau tidak suka, aku hanya ingin memberitahu dirimu bahwa aku tidak akan pulang untuk satu minggu karena aku masih ada urusan disini."
"Apa hanya itu yang kau mau beritahu kepada diriku?"
"Sebenarnya ada sedikit masalah nanti aku jelaskan bila aku tiba dirumah."
"Baiklah sampai jumpa lagi." Scout lalu menutup teleponya. Aku lalu melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda. Jam sudah menunjukan pukul sembilam saat nya bagi ku untuk pulang.
Saat aku berada di lift aku mendapat pesan dari Daniel dia masih bertanya apakah aku bisa berkunjung ketempatnya. Karena Scout tidak ada dirumah aku kira tidak masalah bila seandainya aku pergi ketempat Daniel.
Aku lalu segera menuju parkiran untuk menuju kemobilku. Aku lalu melajukan mobilku menuju tempat Daniel, tadi aku berkata kepada untuk tidak menunggu diriku karena memang aku tidak bisa janji tadi.
Saat aku tiba di tempat Daniel aku lalu memberitahu dirinya lewat sms kalau aku berada diluar. Dia lalu memberitahu diriku untuk masuk saja, setelah membaca pesan itu aku lalu menuju kedalam.
Saat aku membuka pintu aku begitu terkejut dengan Daniel karena dia berada di belakang pintu tanpa menggunakan pakaian sama sekali. "Daniel a-apa yang kau lakukan?"
"Apa kau pernah membaca novel Fifty shades?"
"Belum tapi aku sudah pernah menonton filmnya." jawab ku. "Apa kau mau seperti itu tapi keadaannya dibalik, kau yang akan mendominasi diriku." kata Daniel sambil mendekat kepada diriku.
"Aku tidak bisa melakukan hal tersebut aku bahkan tidak bisa membunuh serangga."
"Jessy kau tidak perlu takut seperti itu, maaf bila aku berkata yang aneh aneh kau tentu merasa kaget dengan apa yang aku minta." kata Daniel dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Tidak apa apa, tapi Daniel bisa kau beritahu aku kenapa kau meminta hal tersebut?" Ucapku dengan penasaran. "Mau mendengar ceritaku sebentar." Aku hanya mengangguk lalu duduk disamping dirinya.
"Kau tau aku bukanlah anak kandung dari Ibu ku aku hanya lah anak jalanan yang kebetulan diambil olehnya. Kedua orang tua semuanya sudah tiada."
"Aku berasal dari keluarga yang berantakan Ayahku seorang penjudi dan suka bermain wanita dan Ibu yang melihat tingkah laku Ayahku yang seperti itu dia mulai tak tahan lalu mereka saling bertengkar satu sama lain."
Daniel berhenti sejenak setelah mengingat kembali masa lalunya. "Mereka saling bertengkar sampai pada satu titik Ayahku membunuh Ibu ku dengan pisau dapur."
"Aku yang melihat Ibu ku yang tergeletak hanya bisa diam lalu Ayahku melihat diriku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dirinya mendekati ku aku tau apa yang akan dia lakukan."
"Aku lalu berusaha lari tapi itu sia sia, dia berhasil menangkap diriku aku memberontak tanpa henti sampai aku berhasil menendang pisau yang dia bawa aku lalu mengambil pisau itu dan tanpa ampun aku lalu menghujamkan pisau itu lehernya."
Daniel lalu menghela nafas. "Aku lalu hidup dijalanan sampai aku bertemu dengan seorang miliader dia seorang wanita mungkin baru berusia Dua puluh enam tahun."
"Rupanya dia memiliki semacam fantasi sex dia suka dengan Dominasi dan submasiv. Aku diperlakukan sebagai budak sex baginya tapi anehnya aku justru menerimanya saja seolah olah aku sudah tidak peduli lagi dengan tubuhku ini dan itu terus berlanjut sampai sekarang"
"Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan Ibu ku yang sekarang dia meminta pada wanita tersebut untuk menyerahkan diriku kepadanya dan dia menerimanya dan sejak saat itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan dirinya."
Aku hanya bisa diam mendengar hal tersebut. "Dan kenapa aku bisa berkata seperti tadi terhadap dirimu, aku sendiri juga tidak tahu seolah olah hati ku berkata kalau kau adalah orang yang dapat aku percaya."
"Daniel...saat itu kau berusia berapa dan berapa tahun aku bersama wanita itu." Daniel lalu melihat kearah ku. "Sepuluh tahun." jawabnya singkat kepadaku.
Aku tidak menyangka kalau Daniel memiliki kisah kelam seperti itu. Dibalik wajahnya yang penuh senyumana masa lalunya ternyata begitu pahit.
"Mungkin kita bisa mencobanya." Daniel lalu terkejut dengan perkataan ku. "Kau serius dengan perkataanmu?" Aku mengalihkan wajahku darinya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sebagai sang Dominasi?" kataku
"Kau hanya harus mengambil kendali atas diriku kau bisa menghina diriku, mencaci maki diriku bahkan bila kau mau kau bisa menjadikan diriku hewan peliharaan."
"Bukankah itu berlebihan?"
"Tidak itu normal untuk seorang submasiv, tapi karena kau masih belum tahu apa apa maka aku yang akan menjadi dominan kali ini." Aku melihat Daniel mengambil cermin besar yang menutupi salah satu sisi dinding.
Entah mengapa Daniel meletakan cermin itu tepat di hadapan tempat tidurnya. "Jessy lepaskan pakaianmu" perintah Daniel. Aku hanya menurut aku lalu menanggalkan pakaian yang menutupi tubuhku.
Aku berdiri telanjang hanya mengenakan high heel lubotin. Daniel tidak melakukan apa-apa dia hanya mengamati diriku kemudian duduk di kursi dan menatap diriku yang sedang memandang cermin.
Sepuluh menit berlalu Daniel hanya duduk diam. Wajahnya datar tanpa ekspresi dan aku merasa tidak nyaman dan malu dengan tubuhku yang bugil.
"Jessy apa yang kau rasakan?"
"Ini sangat memalukan." kata ku. " Itu merupakan salah satu bagian dari submasiv." Daniel lalu mendekati diriku. Daniel menelusuri lekuk tubuhku dengan tangannya "Jangan membuat suara apa pun Jessy. Jangan bergerak, bila kau tidak patuh aku akan menghukummu."
Aku hanya berdiri di sana dalam diam menikmati sensasi tangannya di kulitku.Daniel memeluk diriku dari belakang. Bibirnya itu menghujani leherku dengan cumbuan sedangkan tangannya sibuk mengelus dan meremas payudara.
Aku ingin mendesah ketika Daniel dengan sengaja menggigit dengan lembut titik sensitif di leherku. Tapi aku menahannya karena tidak ingin berhenti. Aku bisa merasakan ereksi Daniel itu menempel di bokongku.
Daniel menarik dan merebahkan diriku ke tempat tidur. Dari laci dia mengambil sebuah borgol. "Apa yang akan kau lakukan?" kata ku. "Kau tidak perlu takut Jessy."
Daniel memposisikan wajahnya di antara kaki ku. Dengan tangannya dia merentangkan kedua kaki ku itu dengan lebar. Sehingga dia bisa melihat dengan jelas inti kewanitaanku. Aku merasa malu, Daniel melihatnya dari dekat dan begitu personal.
Bersambung