Sinar matahari menembus dari celah jendela yang ada didalam kamar ku. Aku terbangun dari tidurku dan melakukan peregangan pada badanku.
Empat hari yang lalu aku dan Scout pergi kepulau jeju disana kami melakukan banyak hal yah meskipun dia masih bersikap dingin seperti biasanya.
Aku keluar dari dalam kamarku dengan pakaian untuk melakukan lari pagi. Anehnya aku sama sekali tidak melihat Scout dimanapun, tapi aku tidak ambil pusing dengan itu.
Kami memang menikah tapi kami tidak pernah untuk mencampuri kehidupan satu sama lain, dan Scout juga menerima akan hal tersebut. Aku lalu mulai berlari menuju taman yang seharusnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal ku.
Tiga puluh menit aku berlari akhirnya aku tiba di taman yang aku tuju. Disana aku duduk di bawah sebuah pohon dan menikmati pemandangan sekitar.
Tak lama hp miliku berdering aku lalu mengambilnya dan melihat siapa yang menghubungi diriku. Ternyata Daniel yang menghubungi diriku dia pasti ingin bertanya kapan aku bisa pergi denganya kerumahnya lagi.
"Halo, Daniel ada kau memanggilku?"
"Halo, Jessy maaf kalau aku mengganggu hari liburmu, tapi sekarang ini aku membutuhkan bantuan mu sesegera mungkin."
"Memangnya ada apa sampai kau meminta bantuanku?"
"Aku tidak bisa menjelaskan nya sekarang, aku mohon bisa kau datang kemari."
"Baik, aku akan segera kesana tolong kirimkan alamtmu."
Aku lalu segera kembali kerumah dan berganti pakaian dan segera pergi ke alamt yang sudah dikirimkan oleh Daniel. Sesampainya disana aku sedikit bingung dengan apa yang aku lihat.
Aku melihat kembali alamat yang dikirim oleh Daniel dengan bangunan yang aku lihat, sebuah bangunan yang bertuliskan panti asuhan disana. Daniel keluar dari bangunan tersebut dan menghampiri diriku.
"Syukurla kau datang juga!"
"Memangnya ada masalah apa sampai kau meminta diriku datang."
"Sebenarnya aku ingin meminta bantuan mu untuk menjaga anak-anak yang ada disini bersama diriku. Karena Ibu sedang pergi keluar kota jadi aku diminta untuk menjaga mereka sampai dirinya kembali."
"Hmmm...Baik akan aku lakukan." ucapku sambil tersenyum.
"Terimakasih Jessy."
Aku dan Daniel lalu masuk disana ramai penuh dengan anak-anak. Sebenarnya aku sama sekali tidak memiliki pengalaman tentang mengasuh anak-anak.
Tapi aku sering melihat diacara tv yang biasa menayangkan bagaimana cara untuk merawat anak dengan baik. "Permisi, bibik ini siapa ya, kenapa aku baru melihat bibik disini." tanya seorang gadis kecil umurnya mungkin sekitar delapan tahun.
"Nama ku Jessy aku temanya Daniel. Siapa nama mu gadis kecil." balasku dengan nada ramah kepada gadis tersebut. "Namaku Yuri senang bisa berkenalan dengan bibik Jessy. Aku ucapkan selamat datang dirumah kami ini." Sambil tersenyum lebar Yuri berkata kepada diriku.
Sepanjang siang mereka habiskan bersama anak-anak itu. Hanya dalam waktu singkat Jessy menjadi favorit. Semua anak-anak lengket padanya.
Daniel memandang Jessy dengan apresiasi. Wanita itu tidak canggung dengan anak-anak. Dia terlihat santai dan natural. Duduk di tengah-tengah anak-anak yang sedang bernyanyi sambil bertepuk tangan dan bercanda dengan mereka.
Dia suka melihat wanita itu tersenyum, Daniel baru mengetahui sisi lain dari Jessy yang belum pernah dia lihat. Yuri menghampiri Daniel yang sibuk memperhatikan Jessy.
"Paman, Kau sangat beruntung punya pacar yang cantik dan baik hati. Dia langsung mencuri hati anak-anak lainnya."
"Dia bukan pacarku." Ucap Daniel singkat.
"Kalau begitu jadikan dia pacarmu!" kata Yuri bersemangat.
"Yuri, Apa yang bocah sepertimu tahu?" Daniel menggelengkan kepalanya, heran bocah jaman sekarang tahu banyak soal cinta-cintaan.
Aku merasa bahagia jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Dalam hidup yang penuh tuntutan dan persaingan terkadang aku lupa untuk menarik nafas dan bersyukur atas apa yang aku miliki.
Melihat anak-anak yang tersenyum dan tertawa bahagia menikmati hal-hal kecil. Dan aku senang bisa membuat mereka tertawa. Aku dan Daniel menghabiskan sore berduaan di taman kota.
Aku duduk di bawah teduhnya pohon, menikmati semilir angin. Daniel kembali membawa bungkusan dua kaleng soft drink yang dia beli di mini market terdekat.
Daniel duduk di sebelah diriku, dia membuka kaleng sodanya.
"Kau terlihat senang Jessy. Aku belum pernah melihat dirimu yang seperti ini."
"Mereka anak-anak yang manis, aku senang bisa bermain dan membuat mereka tertawa."
Kami bercanda ringan dan tertawa dibawah pohon tersebut. "Jessy aku mencintai dirimu." kata Daniel tiba-tiba. "Daniel bila kau ingin bercanda, bercandaan mu tidak lucu sama sekali." kata diriku yang menganggap kalau Daniel sedang bercanda.
"Aku tidak sedang bercanda Jessy. Mungkin ini membuat mu takut tapi aku benar-benar mencintai dirimu. Aku tau kau sudah menikah dan aku tau aku hanya seorang pegawai biasa yang berbeda dengan dirimu yang seorang tuan putri."
"Kau mungkin berpikir aku hanya mencintai dirimu karena harta milikmu tapi kau harus tau, yang aku cintai adalah dirimu bukan yang lain. Saat pertama kali kita bertemu aku sudah sangat mencintai dirimu."
Aku yang mendengar itu dari Daniel hanya bisa terdiam. "Maaf Daniel aku harus pergi sekarang." ucap ku. Saat aku berdiri dan akan pergi Daniel meraih tangan ku.
Dan menariknya kedalam pelukanya yang hangat. Aku mencoba memukul Daniel untuk melepaskan diriku. Tapi sayang tenagaku tidak cukup kuat untuk melepaskanya justru itu membuat kami berdua terjatuh.
Aku terbaring di atas tubuh Daniel, pria itu masih memeluk diriku. Wajahnya begitu dekat dengan diriku.
Bersambung