Mata kami saling pandang dan mengeksplorasi seluruh bagian dari wajah yang kami pandang. Wajah kami hanya berjarak beberapa senti saja.
Aku begitu terhipnotis dengan wajah Daniel sampai aku lupa dengan keadaan kami. "Jessy aku mohon percayalah kepada diriku aku tidak akan menyakiti dirimu."
Setelah itu Daniel mencium diriku. Ciuman itu begitu lembut dan nikmat, anehnya aku sama sekali tidak melawan saat Daniel melakukan hal tersebut.
Kami berciuman cukup lama sampai kami memerlukan oksigen. Daniel tersenyum melihat diriku lalu dia mengulurkan tanganya untuk membangunkan diriku.
Setelah membangunkan diriku Hp Daniel berbunyi dia mengangkat telpon tersebut. Tak lama dia lalu berkata kepada diriku. "Jessy apa kau mau ikut menghadiri pesta barbeque, yang di adakan di panti asuhan. Mama sudah kembali tadi aku menghubingi dirinya dan berkata kalau membantu diriku menjaga anak-anak."
"Sebenarnya tadi Mama pergi hanya untuk membeli beberapa bahan makanan untuk panti. Tapi karena ada kau dia ingin membuat pesta sekalian."
"Maaf yah gara-gara aku Ibu mu harus menjadi repot seperti itu." ucap ku kepada Daniel. "Tidak masalah Mama juga senang bila kau ada disana."
Kami lalu kembali kepanti asuhan, disana Ibunya Daniel sudah ada disana dan dia menyuruh Daniel untuk membawa pemanggang. Semantara Daniel dan anak laki-laki membuat api aku dan Ibunya membuat bumbu dan memotong daging.
Tak membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkan semuanya. Kami lalu memulai memanggang daging yang tadi sudah aku potong, para anak-anak sangat senang dengan acara yang di adakan oleh Ibunya Daniel.
Jam menunjukan sebelas malam semua anak-anak sudah tertidur begitu juga dengan Ibunya Daniel kini aku berada balkon lantai dua melihat cahaya bintang. "Aku harap kau suka kopi karena yang ada disini hanya itu."
Aku menengok kearah Daniel dan mengulurkan tangan ku untuk mengambil secangkir kopi itu. "terima kasih." ucap ku. "Pemandangan malam ini bagus."
"Kau benar aku juga baru tahu, kalau bintang bisa sebegitu indah seperti ini." Daniel masih saja menatap diriku, aku yang tau akan hal i lalu menengok kearah dirinya.
"Kenapa kau me-" Tiba-tiba Daniel menciumku sambil berkata.
"Persetan dengan segala perinsip."
Aku kaget dengan tindakan dirinya tapi aku hanya pasrah kepada dirinya. Kedua tangan Daniel memegang tanganku dan mengangkat nya keatas.
Saat kami kalut dengan kegiatan kami tiba-tiba ada suara anak kecil yang membuka pintu dan kami spotan langsung menghentikan kegiatan kami. "Paman dan Bibi sedang apa disini malam begini." ucap Yuri sambil mengucek kedua matanya.
"Kamis ti-tidak sedang melakukan apa-apa. Maaf Yuri sudah membuatmu bangun dari tidur."
"Tidak apa-apa kalau begitu aku tidur lagi ya, selamat malam."
"Selamat malam juga Yuri." Lalu Yuri masuk kembali kedalam. "Tadi hampir saja aku kira kita akan ketahuan akan sangat canggung bila Yuri bertanya aneh-aneh tadi." kata ku.
"Apa kau mau melanjutkan yang tadi." kata Daniel.
"Apa?!" kata ku bingung.
Dia lalu membawaku ke motornya, kami melaju dengan kecepatan tinggi. Kami tiba di apartemen miliknya dia lalu memandu diriku kedalam dekapan nya.
Daniel melangkah mendekati diriku. Daniel mulai menaiki tubuhku. Aku merinding penuh dengan antisipasi ketika Daniel menunduk untuk mencium leherku.
Tangan Daniel membelai pipi ku yang halus. Perlahan-lahan dia mendaratkan kecupan demi kecupan dileher ku. Aku menikmati sensasi yang di ciptakan oleh bibir Daniel.
Daniel melanjutkan eksplorasinya. Dengan lidahnya dia membelai kulit sensitif di belakang telinga ku itu dan aku mengeluarkan erangan tertahan.
Ketika bibir kami bersentuhan aku merasa bagaikan tersengat aliran listrik. Daniel lalu melumat bibirku dan menggunakan lidahnya untuk menjelajah isi mulut ku.
Tangan nya sibuk membelai paha ku. Sementara bibirnya masih memagut bibir ku. Perlahan tangannya menjelajah hingga pangkal paha dan aku terkejut karena sensasi yang dibuat oleh Daniel disana.
Sentuhan yang ringan membuat diriku tersentak. Melihat reaksi diriku, Daniel semakin berani bereksplorasi jarinya menemukan titik sensitif yang tersembunyi di balik lipatan keintiman diriku.
Dengan ahli dia memanipulasi dan merangsang area tersebut dengan ibu jarinya. "Kau begitu hangat Jessy" gumam Daniel. Aku hanya bisa merintih dan mengerang menikmati sensasi yang mengalir ke sekujur tubuh ku.
Jari Daniel itu memenuhi inti kewanitaan milik ku. Aku merasakan tensi meningkat dengan setiap dorongan yang dia buat. Aku akhirnya mencapai klimaks.
"Kau terlihat berantakan Jessy" ucap Daniel sambil tersenyum.
"Tolong jangan lihat aku dalam keadaan seperti ini." ucap diriku dengan malu.
"Kalau begitu ayo lanjutkan lagi." Daniel lalu mencium dan melumat payudara ku, tidak lupa memasuk kembali dua jari tangan kanannya ke dalam inti kewanitaan ku, Aku hanya bisa mendesah menikmatin nya.
Malam itu kami menjadi satu dan aku merasakan perasaan yang campur aduk ada senang, ada takut dan sebagainya. kami berdua pun tertidur lelap.
Hingga nanti sang surya membangunkan kami kembali dari tidur lelap. Aku berharap kebahagian ini terus berlanjut. Matahari sudah memancarkan sinarnya dan memberikan kehangatan sinarnya pada siapa saja yang mengharapkan kehangatan sinarnya.
Aku terbangun dari tidur dan melepas pelukan Daniel, aku melihat wajah damai Daniel. Aku tidak tau apakah yang aku lakukan ini benar atau tidak.
Tiba-tiba Daniel terbangun dari tidurnya dan membuka matanya, dia melihat kearahku yang sedang memandangnya, semburat merah muncul di kedua pipi ku karena malu ketahuan memandang dirinya lalu ia menyapa diriku.
"Selamat pagi Daniel."
"Selamat pagi juga Jessy."
Sedetik kemudian Daniel mencium bibir ku, Aku membalas ciuman yang di berikan Daniel, tak lama ciuman itu berhenti karena kami butuh pasokan udara.
"Aku akan membuatkan sarapan. Aku harap kau punya bahan makanan didapur milik mu." ucapku sambil memandang dirinya. "Hmm...aku rasa aku masih punya cukup bahan makanan didapur."
Bersambung.
Mulai dari sini mungkin akan ada beberapa adegan yang tidak pantas untuk dibaca oleh anak anak yang masih dibawah tujuh belas tahun kebawah. Sekian dan terima kasih.