webnovel

Chapter 10: Fitting

Luna kembali memfokuskan dirinya, ia hanya punya waktu setengah jam dan ia tak ingin membuang waktunya untuk berlama-lama dalam kamar mandi atau mengutuk Radit. Luna membongkar ke dua kopernya untuk mencari pakaian apa yang akan ia kenakan untuk menemui orang tua Radit. Apakah Sakti memasukkan pakaian favoritnya atau meninggalkannya?. Luna tak sempat mengemas barang-barangnya saat ia tahu apartemennya di sita. Ia sedang berada di luar bertemu dengan beberapa PH yang menghubunginya, yang ingin membuatkan film untuk novelnya. Namun saat bertemu, mereka tidak memberikan jawaban yang memuaskan Luna, banyak poin yang harus Luna rubah entah plot terlalu monoton, kurang dramanya atau apalah. Luna tak begitu mengambil pusing semua komentar yang biasa ia terima, ia hanya ingin mencurahkan idenya pada tulisan pada sebuah cerita yang bisa di nikmati semua orang.

Namun apalah daya, PH tanpa kejelasan, dan ia harus mendapatkan musibah kalau apartemennya telah di sita pihak bank yang tanpa sepengetahuannya. Kesialan Luna bertambah saat ia mendapatkan telepon dari penjaga apartemennya bahwa kopernya berada di luar dan ada tulisan di sita pada pintu apartemennya. Luna bergegas pulang ke apartemennya untuk memastikan apa yang di katakan sama penjaga apartemennya. Dan benar saja kopernya ada di depan pintu dan ia sudah tak bisa masuk ke apartemennya. Kunci apartemennya dibawa Sakti pagi ini dengan alasan ia kehilangan kuncinya sendiri dan sekarang ia tak bisa memasuki kamarnya sendiri.

Luna menghela nafas sembari mengacak-acak semua pakaiannya dan hanya ada beberapa kaos dan celana jins, tak ada gaun satu pun bahkan gaun favorit Luna tak ada di sana. Luna frustasi melihat isi kopernya, ia tak menyangka Sakti hanya mengemas seadanya, dan benar-benar seadanya. Bahkan rok pun tak ada satu pun. Luna tau Sakti tak begitu suka melihat Luna mengenakan gaun bahkan rok selutut pun Sakti akan marah padanya dan ia benar-benar tak melihat rok satu pun di kopernya. Hanya ada beberapa kemeja lama, kemeja yang ia beli 2 hari lalu pun tak ada, kemeja itu masih ada barcodenya belum pernah ia coba. Luna melempar semua pakaiannya ia tak tahu harus memakai apa untuk bertemu orang tua Radit. Hingga akhirnya ia mengambil kaos oversize berwarna beige dengan celana jins hitamnya, dan memoles wajahnya seperlunya, hanya sekedar pelebab dan alas bedak. Luna berfikir ini hanya pertemuan formalitas entah orang tua Radit setuju atau tidak, ia akan tetap menikah kontrak dengan Radit dan hanya enam bulan.

Luna membereskan pakaiannya dengan menumpuknya tanpa melipatnya hanya mengumpulkan menjadi satu di atas koper yang terbuka lebar, ia ingat Bi Yuni yang akan merapikan pakaiannya jadi ia hanya membantu mengumpulkannya saja dan bergegas turun ke bawah menemui Radit yang sudah menunggunya.

Sayup-sayup Luna mendengar suara keras dari seorang perempuan lain, bukan suara Nara apalagi Bi Yuni. Itu suara perempuan asing yang tak Luna kenali, mungkin yang di sebut 'Tiara' oleh Bi Yuni tadi saat memanggil Radit. Perempuan itu terlihat sedang berdebat dengan Nara entah apa yang mereka perdebatkan namun tampaknya mereka berdua telah lama saling mengenal. Di belakangnya berdiri dua orang perempuan berpakaian hitam dan putih seperti pelayan yang berdiri diam di belakang Tiara. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, ada dua rak pakaian beserta gaun yang menjuntai tampak indah dan mahal. Radit hanya duduk dengan tenang sambil menggeser-geser layar tabletnya berkali-kali tak terpengaruh pada perdebatan dua perempuan di sekitarnya. Hingga perempuan itu bangkit dari duduknya dan menghampiri Luna yang sudah di lantai bawah, berdiri dengan senyum canggungnya.

Hari ini banyak sekali kejutan di rumah ini, mulai dari bertemu idola favoritnya, bertemu dengan pembantu Radit hingga bertemu dengan teman sekaligus sekretaris yang temperamen. Dan kali ini ia melihat seorang perempuan menghampirinya dengan tatapan lebih tajam dari tatapan Nara semalam. Ia melihat dari atas ke bawah dan ke atas lagi kemudian ke bawah lagi, ia bahkan memutar tubuh Luna berkali-kali.

"apakah dia orangnya?" tanya Tiara pada Radit.

Radit hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan kembali memfokuskan matanya pada layar di depannya.

"bagaimana bukankah dia cantik? Sepertinya dia tipe kamu." Ucap Nara dengan entengnya, siapapun yang mendengar hal ini pasti akan berfikir yang enggak-enggak. Bahkan Luna terkejut mendengar ucapan Nara dan sedikit memundurkan kakinya. Melihat itu Nara tertawa pelan.

"jangan bicara sembarangan, kamu lihat dia bahkan memundurkan kakinya." Kata Tiara dengan nada kesal.

"apa yang kalian bicarakan?." Kata Radit seraya bangkit dari kursinya menghampiri Luna, dia memperkenalkan perempuan itu sebagai Tiara seorang desainer pakaian dengan merk Manhow yang sudah melanglang buana dan bahkan jadi langganan para artis lokal dan internasional. Desainnya tidak hanya dipakai dalam negeri namun beberapa artis inter yang konser di Jakarta pun kadang memesan pakaian darinya.

"Luna, Kak Tiara ini yang akan mengurus semua keperluan gaun pernikahan kita." Kata Radit setelah memperkenalkan satu sama lain. Luna baru sadar dengan apa yang Radit katakan, mereka akan menikah namun tampaknya hanya Radit yang mengurus semuanya, dia hanya terima beresnya saja.

"Luna, hai Luna." Kata Tiara seraya melambaikan tangannya di depan wajah Luna. Luna yang tengah melamun sedikit terkejut dengan panggilan Tiara, ia tersenyum gugup.

"aku tahu, semua calon pengantin pasti akan tegang menjelang pernikahan mereka apalagi pernikahan kalian yang hanya tinggal menghitung hari." Ucap Tiara yang kini tangannya sudah memegang meteran dan mengukur badan Luna. Luna hanya diam saja dia tak tahu harus berkata apa. Karena memang ia tak tahu apa yang sedang ia jalani saat ini. Semua kehidupan biasanya berubah dalam semalam, kehidupan normalnya tak lagi sama, ia kini menghadapi sebuah pernikahan dirinya sendiri yang kini tinggal beberapa hari lagi.

"aku sudah memilih beberapa contoh tuxedo yang akan ku pilih, dan beberapa gaun yang cocok kalian tinggal mencocokkan ulang" Ucap Radit seraya memberikan ipadnya pada Tiara yang telah selesai mengukur Tiara. "oiya aku ada urusan, kalian bisa melanjutkannya tanpa aku." Lanjut Radit sembari tersenyum ke Luna dan pergi meninggalkan Luna yang masih bingung dan Tiara di ruang tamu. Di susul Nara yang pergi keluar menemui suaminya yang sudah menjemputnya di depan. Benar saja kata Bi Yuni sekalipun mereka baru saja bertengkar tapi amarah mereka memudar ketika bertemu satu sama lain. Seperti halnya Nara yang bahkan langsung memeluk suaminya begitu ia mencapai pintu, sedikit kecupan dari keduanya membuat Tiara membuang mukanya merasa jijik melihat kemesraan Nara dan suaminya, mengingat dirinya masih sendiri sampai sekarang.

Tiara melirik kedua asistennya dan menyuruhnya mengambil beberapa helai pakaian untuk Luna coba. Tiara membawa Luna masuk ke kamar tamu yang sudah Radit sediakan untuk Tiara gunakan. Butuh waktu satu jam untuk mencari pakaian yang cocok dan sesuai dengan Luna meskipun pilihan tak banyak, namun Tiara mengubah-ubah pilihannya hingga ia menemukan gaun abu-abu selutut dengan lengan tiga perempat, gaun pertama yang Luna coba menjadi pilihan terakhir untuk Tiara. Luna sudah lelah dengan fitting baju untuk ke rumah orang tua Radit, ia sudah membayangkan apa yang akan terjadi jika ia fitting baju pengantin nanti. Luna merebahkan badannya di kursi ia sudah nampak sangat lelah hingga ia tak mampu menahan kantuk saat sedang di rias.

"Non, Non Luna." Panggil salah seorang perias yang membuat Luna terkejut, ia hampir menetaskan air liurnya. Pelayan itu tersenyum seraya memberinya tisu untuk mengelap air yang hampir terjun dari bibirnya.

"makasih." Ucap Luna dengan canggung. Pelayan itu tersenyum kembali sambil mengambil kotak lipstik dan segera memperbaiki lipstik Luna yang sedikit berantakan.

"apakah sudah selesai?" tanya Tiara yang baru saja masuk ke ruangan itu dan berjalan menghampiri meja rias Luna, kedua pelayan itu menundukkan kepalanya dan berjalan mundur ke belakang.

"waw kamu tampak jauh berbeda." Ucap Tiara yang tampak kagum pada Luna. "ayok Radit sudah menunggu dari tadi." Lanjutnya.

Dalam hati Luna yang membuat lama adalah saat mereka memilih baju yang mana yang akan di kenakan, riasannya hanya memakan waktu lima belas menit tidak lebih. Sia-sia saja ia membongkar isi kopernya kalau ternyata Radit sudah menyiapkan pakaian beserta desainer dan penata riasnya, Luna hanya tersenyum menanggapi ucapan Tiara. Luna sadar tak banyak yang ia katakan pada Tiara mereka hampir tak mengobrol sama sekali, Luna hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya. Tiara bahkan tak ada di sampingnya saat kedua pelayannya merias dirinya.

Lima belas menit yang lalu saat Luna sedang di rias, Tiara berada di luar berbincang dengan Radit yang sibuk memilih kembali gaun pengantin untuk dirinya dan Luna.

"kupikir tema putih masih yang terbaik." Ucap Radit seraya menggeser-geser layar pada Ipad milik Tiara.

"putih tema umum, apakah kamu gak ingin coba warna yang lain?" jawab Tiara di sambung dengan pertanyaan kesalnya. Radit sudah memilih warna putih untuk waktu yang lama, sedangkan Tiara ingin warna yang lain selain putih.

"putih jauh lebih netral, suci dan bersih." Jawab Radit dengan mata masih menatap layar sembari memperbesar dan memperkecil gaun yang ia pilih untuk Luna kenakan.

"okee, putih di pagi hari, lalu warna apa yang kamu inginkan untuk gaun kedua dan ketiga? Gaun resepsi dan gaun pesta?" ucap Tiara yang menyerah dengan apa yang Radit inginkan. Ia ingat bahkan saat pernikahan Nara pun sama, kepalanya hampir pecah karena Nara berubah pikiran dengan gaun dan tema pestanya, bahkan ia harus merubah model berkali-kali hanya untuk kepuasan Nara. Tiara pikir karena Radit cowok mungkin jauh lebih simple, nyatanya tidak ada bedanya. Tiara membuang nafasnya berkali-kali.

"aku ingin liat, abu-abu yang di padu padankan dengan emas atau marun dengan emas, sepertinya bagus." Ucap Radit kali ini ia melihat warna gaun yang berbeda namun tetap saja membuat Tiara sakit kepala dengan pilihan yang Radit buat.

Bukan desain gaun yang Tiara pusingkan, namun pemilihan warna dari Radit yang membuatnya pusing, hingga seorang pelayan keluar dari kamar tempat Luna di rias menandakan bahwa Luna telah siap.

"oke, aku akan kirimkan beberapa desain yang cocok dengan kamu dan yang sesuai keinginan kamu sesegera mungkin." Ucap Tiara menyerah untuk kedua kalinya ia tak ingin semakin pusing dengan Radit. Mengingat pernikahan Nara lima tahun lalu juga sama menyusahkan dirinya, ia sudah pasti menebak hal yang sama. Radit hanya mengangguk tanda setuju dan memberikan ipad kepada Tiara.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

beeblue123creators' thoughts