webnovel

part 7✨

Keheningan dikamar itu membuat Arhan kini bangkit, ia dengan tegas berkata.

"Aku akan memberitahukan semua tentang perceraian kita, itu akan lebih baik daripada kesalahpahaman ini terus berlanjut."

Arhan tidak sadar, dari arah sana ayahnya mendengar semuanya, Aby mengerutkan keningnya dan dengan sigap menutup pintu kamar itu dengan tegas.

"Apa yang baru sajaa ayah dengar, Arhan omong kosong apa itu!?"

"Ayah?" Gumam Kirana dan juga Arhan.

Aby datang kearah Arhan dengan tergesa gesa, langkahnya yang sigap kini membuatnya sudah sampai didepan Arhan.

Plaaak.

Satu tamparan keras mengakibatkan bibir Arhan berdarah, itu membuat Kirana membulatkan matanya, dia bahkan sampai berdiri khawatir.

"Ho!"

"Berhenti disana Ran, kau tidak bisa membela laki laki seperti dia yang tidak punya rasa bersalah."

"Tapi ayah." Kirana berusaha mendekat, tetapi lagi lagi perkataan ayah mertuanya tidak bisa membuatmya bergerak sedikitpun.

"Bercerai? Kau ingin menceraikannya bahkan ketika dia sedang hamil? Bodoh! Ayah tidak pernah membesarkan seorang anak pengecut, bahkan jika kau menolak untuk perjodohan, seharusnya kau kabur tanpa setuju syarat yang ayah ajukan dan menyerah, itu semua karna Kirana berhak mendapatkan pria yang lebih darimu!"

Disana Arhan terdiam, ia hanya bisa mengepalkan tangannya marah.

"Apa maksud ayah? Syarat?" Tanya Kirana tidak mengerti, syarat? Syarat seperti apa itu.

"Bahkan kau belum memberi tahukan kebenarannya kepada istrimu Ho?"

"Kebenaran apa yang ayah maksud?" Kirana menjadi semakin bingung, kini satu pertanyaan muncul didalam benaknya, apa alasan Arhan menyetujui pernikahan ini jika Arhan saja tidak punya rasa kepada Kirana?

"Katakan kepadanya! Katakan! Itupun jika kau berani mengatakannya."

Seru Aby lagi, sebelum ia mengungkapkan semuanya, Arhan hanya mengucapkan satu kata.

"Dia tidak akan mengerti." Benar, selama ini Kirana hanya orang bodoh yang terombang ambing dalam permasalahan besar yang tidak ia ketahui, itu yang Arhan pikirkan.

"Sekarang dia akan mengerti, dengar Ran, lelaki ini, dia menikahimu, untuk mencapai pangkat CEO dalam perusahaan pratama."

Benar, terjawab sudah pertanyaan Kirana oleh sang ayah mertua.

"Pangkat CEO?" Ulang Kirana.

"Ran, dulu ketika dipemakaman kedua orang tuamu, aku mengucapkan janji kalau aku akan memberikan semua harta bendaku kepadamu dan juga Raka, namun, Raka yang sudah mendapatkan harta milik kedua orang tua mu waktu itu membuat para jaksa menyepakati kalau kaulah yang mewarisi seluruh kekayaan itu.

Yang namanya perjanjian itu memerlukan syarat, dan syarat untuk memberikan hak sepenuhnya adalah dengan menjalin hubungan kekeluargaan, karna itulah aku memutuskan untuk menjodohkanmu dan Arhan.

Karna semakin dewasa kau tidak suka dengan hal berbau perusahaan, itu sebabnya aku akan mewariskan keseluruhan keuangan kepada Arhan, tapi itu berlaku jika Arhan setuju menikah denganmu, dan jika dia tidak setuju, dia boleh pergi dari rumah ini kemudian menjadi mandiri.

Dan yang paling penting adalah Arhan tidak akan mendapatkan sepeserpun jika menceraikanmu, dan untuk Kirana kau juga tidak bisa menceraikan Arhan kalau kau belum memberikan pewaris sah untuk pengganti Arhan sebagai CEO seterusnya.

Maafkan ayahmu ini Ran, ayah tidak bisa menjadi figur ayah yang baik, jika kecelakaan itu tidak terjadi rasa bersalah dan juga perjanjian ini tidak akan terjadi."

Disaat keheningan menyapa keduanya, kini Aby kembali melanjutkan perkataannya yang lebih panjang dari sebelumnya.

"Jadi, kalian masih tidak bisa bercerai, kalian hanya bisa bercerai, jika salah bayi dalam kandungan Kirana telah lahir."

Setelah mengatakan itu, Aby keluar dari kamar Arhan dan Kirana membuat masalah srmakin rumit.

Kirana hanya bisa memegang ngi kepalanya pening, kebenaran ini semakin membuat Kirana merasa kecewa kepada Arhan. Seberapa banyak Arhan telah melukai hatinya, dulu, sebelum Kirana mengingat kehidupan Kirana di Indonesia setidaknya Kirana pikir Arhan sedikit tertarik padanya sehingga mau menikah.

Tapi kenyataan ini, hah, bahkan Kirana tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bahkan ketika perceraian juga tidak bisa menjadi penyelesaian masalahnya untuk lepas dari Arhan.

"Huuh, bisakah kau meninggalkan ku sendiri, aku muak melihat wajahmu." Perkataan Kirana yang sedikit sarkas membuat Arhan diam seribu bahasa dengan keterkejutan tak sangka karna Kirana mampu mengatakan itu, dia pun menyetujui itu dengan bergegas ke wadrop, memakai jasnya dan pergi ke kantor bahkan dengan dasi yang acak acakkan.

Aby, Serry dan juga kedua kakak Arhan bingung mengapa Arhan begitu tergesa gesa.

"Hoo, hoo kau mau kemana!?" Kata Serry ketika melihat Arhan yang keluar dari mension.

"Tenanglah istriku, dia hanya pergi karna Kirana pasti menginginkan sesuatu." Cegah Aby agar Serry tidak mengejar Arhan.

"Ah benar, dulu Abimanyu juga melakukan hal itu ibu, dia pergi dengan tergesa gesa sekali ketika aku mengidam untuk pertama kalinya." Tambah Vishaka memperkuat argumen dari Aby.

"Hehe, aku bingung karna kau hampir menangis karna aku menolaknya." Jawab Abimanyu.

"Aku tidak tau Arhan sesemangat ini."

Aby hanya bisa ikut tertawa ketika semua anggota keluarganya belum tau kebenaran yang terjadi antara Kirana dan Arhan.

Mobil sporth mewah bewarna hitam itu membelah jalanan kota dengan kecepatan yang tinggi.

"Aaargh!" Teriak Arhan membanting stir, kata kata Kirana entah kenapa membuat dirinya merasa sakit.

"Kenapa rasanya sesakit ini, apa yang terjadi padamu ho!" Seru Arhan pada dirinya sendiri.

Kini jalan keluarnya sudah buntu, ia tidak bisa lepas dari Kirana.

Ini sudah sedikit siang, panggilan Telphone membuat Arhan menyalakan earphonenya.

"Ada apa?" Dingin Arhan kepada orang disebrang sana, Risky sahabat sekaligus sekertaris Arhan itu berkata.

"Kemana kau Ho?! Kau ingat hari ini ada rapat dengan klaen dari luar kekaisaran?" Kata Risky.

"Maaf, tapi bisakah kau menundanya." Kata Arhan, ia saat ini dirundung kemarahan.

"Apa! Ini sudah mau mendekati jam rapat tapi kau ingin menundanya."

"Saat ini aku tidak ingin mendengarkan apapun darimu, bilang kepada mereka kalau istriku sedang hamil hanya itu."

"Apa ho!?"

Tutt, sebelum Risky mengatakan apapun, Arhan lebih dulu mematikan handphonenya. Ah dia semakin membesar besarkan masalah saja, kini dilampu merah mobil Arhan berhenti, terlihat dari arah sana seorang seumuran ibunya membawa bendera bertuliskan nama panti asuhan.

Dia menggandeng anak anak panti asuhan untuk menyebrang jalan, hingga satu ide gila pun mengahampiri Arhan detik itu.

Kini ketika lampu merah, dia menyalakan mobilnya membelok kearah kanan tepat ketempat rumah sakit milik keluarganya.

Setelah sampai dirumah sakit pratama, ia kini menyapa sahabatnya, panggil saja dia Witan Erandli, salah satu sokter yang merupakan dokter senior dirumah sakit itu.

Arhan menemui resepsionis sebelum akhirnya masuk keruangan Witan yang sedang menganalisis beberapa dokumen.

"Kak Witan!" Arhan yang memasuki ruangan membuat Witan terkejut.

"Eh ayam! Woi! Ketuk dulu kek kalau masuk!" Seru Witan.

"Apa kakak bisa membantuku?!" Raut wajah Arhan yang sangat serius membuat Witan pun berkata.

"Apa ada masalah? Kau tidak apa apa kan?" Katanya.

"Ini lebih dari sekedar masalah kak, aku mohon sekali ini saja bantu aku." Kata Arhan.

"Aku bisa membantumu, duduk dulu Ho, ceritakan apa masalahmu."

Arhan pun menceritakan semuanya, apa yang ia alami dan alasan mengapa ia meminta tolong.