webnovel

part 5✨

Suasana di mension milik keluarga Arhan begitu hangat, Kirana dan Arhan terdiam sama sama berpikir bagaimana cara keduanya untuk mengatakan tentang rencana perceraian itu.

Mereka sudah melangsungkan makan malam, Griselda pun sudah tidur ke kamarnya tadi.

Perut Kirana bergejolak kini, ia tidak suka dengan makanan yang tadi disajikan, daging kambing guling membuat perutnya terasa panas.

"Ayo semua ayo makan ini daging yang ibu masak sendiri." Ucap Serry.

Ketika semua orang makan terpaksa sekali Kirana menelan daging itu ketika Serry sendiri yang bilang kalau dia yang memasak. Kini Kirana hanya diam sesekali memegangi perutnya yang bergejolak, kemudian menjawab beberapa pertanyaan Sery dan Vishaka tentang fashion.

"Ibu harap kalian berdua tidur disini malam ini." Perkataan Serry membuat Arhan dan Kirana gelagapan.

"Tapi bu, besok aku harus berangkat kerja, kami akan pulang saja." Alasan Arhan.

"Kantor dan juga mension ini tidak terlalu jauh Ho, apa kau ada alasan mengapa kau mengatakan itu?" Ledek Abimanyu.

"Sayang ih." Vishaka bahkan menegur suaminya, ia mewajari bagaimana pun Arhan dan Kirana juga baru saja menikah ini masih 1 tahun pernikahan yang masih sangat muda.

"Ibu tidak menerima penolakan darimu ho." Balas Serry membuat Arhan lebih tertohok lagi dipojokan.

"Baiklah." Keputusan Arhan membuat Kirana yang sedari tadi diam pun juga ikut mengangguk.

Malam itu Kirana berjalan lebih dulu dilorong menuju kamar Arhan, yah dia lebih sering kesini dibandingkan Arhan.

Arhan mengikutinya dari belakang, mereka seperti pasangan yang sedang bertengkar saja, ketika sampai di depan pintu kamar Arhan kini Arhan berkata.

"Kau tidurlah didalam, aku akan tidur di."

"Apa kau ingin ibu tau kalau kita seperti ini?"

"Ya?" Arhan malah kebingungan sendiri, memangnya Kirana berpikir apa? Dia hanya akan tidur di kamar lain di mension ini.

"Selama kau suamiku, hanya disini, kita harus sekamar bukan? Ayo masuk."

Ini sebenarnya rumah Arhan apa rumah Kirana? Bagaimana Kirana seperti ini, yang pasti Arhan hanya mengikutinya dari belakang.

Memasuki kamar itu, Kirana sebenarnya terpesona. Kamar Arhan di mensionnya lebih mewah dibandingkan kamar ini, tetapi kamar ini lebih hangat dari apa yang ia kira.

"Karna kau meminta seperti ini, aku tidak akan tidur di sofa." Benar, seperti didalam drama Kirana pasti akan memintanya tidur di sofa. Ini kan rumahnya tentu saja ia tidak akan pernah mau diperintah seperti itu batin Arhan dengan kepercayaan diriny.

"Aku tidak memintamu melakukannya." Keluh Kirana, perutnya sangat tidak enak, bahkan ia langsung duduk ditempat tidur Arhan.

"Baiklah, aku akan bersih bersih dulu setelah itu kau juga lakukan." Kirana hanya mengangguk mendengar perkataan Arhan masa bodo perutnya benar benar tidak enak.

Ketika Arhan mandi, Kirana memposisikan dirinya sendiri ditempat tidur. Sebelum akhirnya tiduran sembari memegang perutnya.

Memejamkan mata, beberapa menit kemudian Arhan datang dengan memakai piyamanya.

Melihat Kirana yang terlelap seperti itu berniat membernakan posisinya, Arhan malah terjungkal kedepan karna menginjak karpet kamarnya.

Untung saja karna terjungkal ke depan Arhan masih memiliki tumpuan pada tangannya, kini ia berada diatas tubuh Kirana, untung saja Kirana memejamkan matanya ia tidak akan menjerit.

Menatap wajah Kirana yang tertidur, Arhan merasa semakin bersalah, dia memperhatikan dengan jeli, jelas sekali istrinya ini begitu cantik.

Perlahan, merasa semakin sesak Kirana perlahan membuka matanya, ia masih linglung tidak tau kalau Arhan semakin gelagapan, mencoba untuk berdiri.

Ceklek.

"Ho ibu bawakan sikat gigi dari depan soalnya."

Serry datang kedalam kamar Arhan tanpa mengetuk pintu, Kirana yang sadar kehadiran Serry dan posisi ambigu itu pun hanya membulatkan mata terkejut.

Arhan semakin bingung saja sekarang.

"Ups, sepertinya ibu mengganggu, maaf yah ibu taruh disini sikatnya." Serry terkekeh menaruh sikat giginya disebuah meja dekat dengan pintu.

Sembari menutup pintu dia berkata.

"Lanjutkan ho." Setelah pintu tertutup, sesegera mungkin Kirana mendorong Arhan menjauh.

"Apa yang kau lakukan!?" Marah Kirana.

"Aku hanya terpeleset!" Seru Arhan meringis kesakitan karna tak siap didorong.

"Dasar mesum!"

"Apa? Aku hanya terpeleset kau salah paham!" Marah Arhan.

"Kau mengambil kesempatan dalam kesempitankan! Ngaku!"

Tuduhan Kirana semakin menjadi, Arhan yang dewasa hanya tidak ingin masalah sepele ini menjadi besar.

"Serah kau saja! Kau bisa menaruh cctv jika kau tidak percaya, minggir aku mau tidur."

Kirana hanya membeku ketika Arhan malah tertidur disampingnya, Kirana yang takut akhirnya kini memasuki kamar mandi. Sebelum akhirnya mengganti bajunya dengan piyama yang untung saja ada dikamar itu.

Selesai mandi dia duduk disofa kamar Arhan dan memutuskan untuk tidur disana sebelum tidur ia bergumam.

"Ini lebih aman daripada aku diterkam sama dia." Gumam Kirana menatap Arhan yang sudah tertidur dengan rambut yang masih basah.

"Apa dia gak takut kena flu? Rambutnya kan masih basah?" Menunggu agak lama, Kirana merasa Arhan tidak nyaman dengan kondisi rambutnya itu.

Ia pun akhirnya memgambil anduk bersih, mendekat kearah Arhan secara perlahan dan mencoba mengeringkan rambut Arhan dalam keheningan malam itu.

Arhan sebenarnya belum tidur, tingkat gengsinya tinggi melihat Kirana yang duduk di sofa. Dia berpikir Kirana akan tidur disana, ya walau benar itu niat Kirana di awal. Tapi melihat kasur yang empuk dan nyaman membuat Kirana membatalkan niatnya. Ditaruhlah handuk milik Arhan digantungan dekat ranjang. Awalnya Arhan ingin diam diam menggendong Kirana jika Kirana sudah tidur, tapi mungkin tebakannya salah.

Berjalan kearah sisi lain, Kirana dengan perlahan pun memposisikan dirinya sejauh mungkin agar tidak berdekatan dengan Arhan.

"Selamat malam, mesum, pecundang bodoh!" Kekeh Kirana mengingat Kirana asli pasti tidak akan pernah mengumpat kepada Arhan.

Jujur saja setelah itu Arhan membuka matanya, dia melirik kearah Kirana berpikir sekali lagi? Ini nyatakah? Kenapa Kirana bisa mengumpat seperti itu kepadanya.

Malam panjang itu, baru kali ini Arhan bisa tidur nyenyak, menatap wajah polos Kirana yang lucu ia semakin mengantuk saja melihatnya