webnovel

Perang Pertama

Namaku Mark, Aku merupakan pria berumur 29 tahun, walau diumur yang sudah mendekati kepala tiga, tapi ini merupakan perang pertama ku sebagai prajurit. Dulunya aku hanyalah seorang pedagang, namun setahun tahun lalu, kerajaan yang aku tinggali diserang habis-habisan oleh kerajaan lain. Aku tidak mengerti kenapa mereka bisa berperang, tapi sebagai warga kerajaan yang baik wajib bagiku juga untuk membela kerajaan ku.

Lawan yang akan kami hadapi merupakan Kerajaan Terkuat di benua ini, apa kami bisa menang?

Aku sudah berlatih selama setahun penuh ini untuk menjadi lebih kuat, ternyata memiliki keahlian pedang itu ternyata lumayan berguna, kenapa dulu aku tidak mau mencobanya ya? sudah terlambat menyesali masa lalu, masa depanku dipertaruhkan disini.

Pasukan mereka kelihatannya lebih sedikit dari yang aku kira, apa benar ini kerajaan terkuat di benua ini?

Apakah mereka telah memiliki rencana untuk mengalahkan pasukan kami yang mungkin tiga kali lebih banyak dari mereka? bisa saja.

Tapi entah kenapa, perasaanku tidak enak, ada sesuatu yang janggal, tapi apa?

Ku rasa paling ini perasaan gugup, wajar saja buat pertama kali perang.

Aku dan yang lainnya sudah siap untuk bertempur, tinggal menunggu aba-aba dari komandan.

AAARGGGGGGGGGGG.....

"..."

Suara apa itu? ucap ku.

"Ko-komandan terkena panah!!"

"APA?"

Suara kuda lawan mulai terdengar berlarian, kami yang terkejut mendengar suara teriakan jadi tidak fokus, kami semua tiba-tiba menjadi kehilangan arah, tidak adanya yang memimpin membuat kami bingung.

"Apa-apaan ini, semuanya terasa begitu cepat".

Aku yang tidak tahu harus berbuat apa tiba-tiba terasa ada yang mendorong dari belakang, Aku yang berada di baris terdepan seperti menyerang musuh seorang diri, kupikir kalau sudah begini apa boleh buat.

"SERANG" ucapku dengan begitu nyaring.

Teman-teman ku yang dibelakang sepertinya mendengar suaraku, mereka mulai bergerak. Aku yang berada digaris paling depan mulai bingung, aku akan berhadapan langsung dengan pasukan berkuda musuh.

Sambil kudaku berlari aku berpikir, berapa lama aku bertahan, satu menit? sepuluh menit? satu jam? atau mungkin cuma beberapa detik? Ah paling enggak aku ingin membunuh satu orang.

Kami semakin dekat, pikiran ku mulai kacau lagi, terlintas kembali kenangan masa laluku. Kenangan yang tidak bisa ku banggakan, ku rasa aku akan mati sebentar lagi.

Akhirnya kami saling bertemu, ku ayunkan pedangku ke kuda musuh, terkena bagian kakinya. Kuda nya goyah lalu terjatuh bersama dengan musuh. Dengan sigap ku ayunkan pedangku ke musuh tersebut, dia tak berdaya, tak ada perlawanan, dan dia mati seketika.

Ku lihat sekeliling, teman-temanku yang lain juga sedang bertarung, ku cari musuh yang bisa ku kalahkan, dengan penuh ambisi, ku lihat ada seorang pria lemah yang terdiam bersama kudanya, tidak bergerak sedikitpun.

Dengan keyakinan tinggi kucoba untuk mendekatinya, ku arahkan pedangku langsung kearahnya, dia melihatku dan langsung berteriak, tiba-tiba sekumpulan panah datang ke arahku, sangat cepat, lebih cepat dari kudaku yang sedang menuju ke arah pria tersebut. Siapa dia? Apakah dia komandannya? Ah aku salah target sepertinya.

Panah-panah tersebut langsung menuju tubuhku, tubuhku terjatuh dari kuda, Sepertinya sebentar lagi aku akan mati. Tapi entah kenapa badanku tidak merasakan sakit sedikitpun, ya sudahlah tak usah dipikirkan, setidaknya tujuanku buat membunuh satu orang telah tercapai, dan sekarang aku bisa mati dengan damai.

____________

"Hei, apakah kamu masih hidup?". Terdengar suara misterius

"Hah apaan tuh, kok ditengah perang gini nanyain masih hidup atau tidak". gumam ku

"Jawab lah, gak usah bergumam, aku mendengar suaramu".

"Sepertinya masih hidup, tapi kayaknya sebentar lagi mati". Jawabku

"Yah gak seru dong".

"Kamu siapa hah?, aku sudah sekarat biarkan mati dengan damai".

"Mau hidup lagi gak?".

"Jawab dulu kamu siapa , malah nanyain mau hidup lagi apa gak".

"Anggap aja dewa, jadi mau hidup lagi gak?".

"Hah dewa apaan, dewa perang apa dewa kematian?".

"Yaelah ditanyain susah banget, terakhir nih, mau hidup lagi gak?".

"Yaudah mau, sekarang jawab dewa apa kamu?".

"Oke".

___________

Mark tiba-tiba terbangun

"Huh huh huh, tadi apaan, mimpi kah? Kok nyata banget".

"Tadi sepertinya aku dengar tentang mau hidup atau apa gitu, salah dengar kah aku".

"Bentar ku ingat-ingat, tadi aku ada ditengah perang, terus kena panah, terus aku jatuh dari kuda, dan udah siap-siap mau mati".

"Tapi kok sekarang aku ada dikamar, apa tadi itu beneran cuma mimpi ya?, Ah iya sepertinya benar, soalnya tadi gak terasa sakit habis terkena panah".

"Yaudah lah lupain aja, saatnya mandi terus latihan pagi...".

Mark bangun dan melihat sekelilingnya, mark merasa ada yang aneh, ini memang kamarnya, tapi ada yang berbeda. Kamar yang rapi dan bersih, Mark yakin kamar nya ini sangat berantakan, siapa yang merapikan kamar Mark selagi dia tertidur?.

"....."

Apa itu?

"M-Mark".

Sepertinya aku kenal suara ini?

"Mark, bangun! Saatnya makan".

I-ini..... suara ibu...

Mark yang terkejut mendengar mendengar suara yang sudah lama sekali tidak dia dengar langsung bangun dari tempat tidur dan pergi keluar kamarnya.

Dengan wajah penuh harap, Mark terus berlari menuju sumber suara. Terus berlari membuat Mark sadar, ada yang berbeda, rumahnya sekarang tambah besar dan dia berlari tapi masih terasa lambat.

Akan tetapi Mark tidak peduli itu semua, fokusnya saat ini menuju sumber suara itu tadi. Sumber suara tersebut berasal dari dapur, Mark yang sudah berada di depan dapur yang hanya dibatasi dengan kain panjang sebagai pemisah antara dapur dan ruang tamu. Mark perlahan menyingkap kain tersebut untuk melihat kedalam dapur.

Dengan air mata yang langsung keluar, tidak ada kata-kata tambahan yang terucap di mulutnya, dia langsung berlari menuju dua orang yang sudah menunggunya.

"Ayah.... Ibu...." Ucap Mark langsung memeluk Ayah dan Ibu nya yang ada di lantai yang bersiap untuk makan.

Ayah dan Ibu Mark terkejut kenapa Mark menangis dan memeluk mereka berdua.

"Selamat datang kembali, Mark".

"Iya, aku kembali".