webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · realistisch
Zu wenig Bewertungen
312 Chs

Takdir

Siang ini matahari bersinar terik sekali, seakan benar benar berada diatas kepala. Aksara sedikit melenguh. Keringatnya mulai mengucur deras melewati pelipisnya. Tapi agaknya itu bukan sebuah masalah besar, pemuda itu lebih memilih memberikan seluruh atensinya pada gundukan tanah basar bertaburkan kelopak mawar merah dan putih.

Nama abah tertilus di nisannya.

Lagi lagi, Aksara tidak bisa menahannya, mulai menangis di pundak ibuk yang justru terlihat tenang menaburkan bunga diatas makam abah.

Tidak ada yang sangat kacau kecuali Mas Yudhis yang terpengkur di tanah, mengusap nisan abah seraya menangis tanpa suara. Mas Abim di belakangnya mencoba menenangkan, sesekali mengusap air matanya yang tanpa ia sadari mengalir deras.

Sedang Arjuna, pemuda itu duduk diam. Tatapannya kosong dengan wajah pucat. Tangannya yang bergetar sesekali mengusap makam abah.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com