webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · realistisch
Zu wenig Bewertungen
312 Chs

Bicara

Nathalie menatap pemandangan di hadapannya, hamparan perkebunan teh yang lebat. Warna hijau terbentang sepanjang mata memandang. Nathalie menyukainya. Telebih dengan udara pegunungan yang sejuk dan menenangkan.

Aksara tersenyum melihat kekasih cantiknya itu, segera memeluk tubuh kecil sang gadis dari belakang lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sempit Nathalie, "Enak ya di sini,"

Nathalie mengangguk, "Pengen punya rumah di sini deh Sa,"

"Besok kalo kita nikah bikin rumah di sini mau nggak?" Aksara mengeratkan pelukannya, menghirup dalam dalam aroma gadisnya, "Di sini enak kan katamu,"

"Ya ih tapi masih lama. Belum lulus SMA udah mikir nikah nikah aja kamu,"

"Loh namanya realistis dong. Berpikir jauh ke depan,"

"Nggak gitu juga konsepnya Sa," Nathalie sedikit mendengus, "Tapi di sini dingin banget ya,"

"Ya kan di puncak jelas dingin dong," balas pemuda itu seraya terkekeh, "Kamu masih mikirin omongan Maya?"

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com