Tuan Angga mencengkram kerah baju yang Nico kenakan. Matanya melotot seperti mau lepas dari tempatnya. Tangan kanannya siap mengayun menjatuhkan bogem pada lelaki yang duduk di kursi roda.
"Jangan Tuan! Jangan!" cegah Sekertaris Aris berusaha menjegal pergelangan tangan Tuan Angga.
"Bagaimana bisa putriku hilang, bajing*n!" sentak Tuan Angga. Giginya bergemelutuk menahan amarah yang bergemuruh di dalam dadanya. Ia berusaha menarik pergelangan tangannya yang di jegal paksa oleh Sekretaris Aris.
Bibir Nico terkunci. Lelaki bernetra sipit itupun tidak tau kalau Rahel juga tidak ada di rumah Tuan Angga. Itulah alasannya yang membuat Tuan Angga muntab.
"Maafkan saya, Tuan, saya benar-benar tidak tau. Semua ini adalah kesalahan sa-saya." Nico terbata. Kerongkongannya serasa tercekat saat Tuan Angga mengeratkan cengkramannya pada kerah baju yang mencekik leher Nico.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com