webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Urban
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Tumbuh

"Wah.... Bagus banget...., lebih bagus aslinya dari pada difoto." Jana memeluk Dress pemberianku untuk acara resepsinya dua hari lagi itu.

Aku lega Jana menyukainya, aku memasangkan pada Jana, Dress ini kudesain supaya bisa dibesarkan dan dikecilkan tergantung yang memakainya. Untuk jaga-jaga juga kalau-kalu terlalu besar untuk Jana.

"Udah.. balik badan" sambil aku membalikkan badan Jana supaya dia bisa melihat dicermin.

"Cantik banget gaunnya.." Jana mulai berputar-putar melihat berbagai sisi badannya.

"Sini.. aku coba pasang jepit dan kerudungnya"

Jana duduk, aku memasang jepit dan kerudung warna senada dengan list pita warna sama tapi mengkilat.

"Bang.... liat sini bang..." Jana berteriak memanggil suaminya.

Beberapa saat kemudian suaminya datang diikuti Emak dan Ayah Jana.

Mereka tersenyum puas melihat Jana.

"Terimakasih ya Hila.." Ucap Emak tulus, diikutu senyuman Ayah dan Abang Zikri. Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Oiya Na.. Aku nggak bisa dandanin laki-laki" aku mendadak cemas karena baru sadar.

"Nggak papa, nanti biar Lian jadi asisten kamu" Kata Jana sambil menyentil bahuku dan mengerlingkan mata menggodaku.

"Ya nggak papa.." Aku pura-pura tidak terpengaruh

"Nanti malem suruh kesini ya.. kita geladi" Aku melanjutkan.

"Nih... aku kirim nomer Lian, bilang sendiri" Jana mengotak atik HP nya.

"Iyalah..." jawabku tidak keberatan

***

"Hai Lian, ini aku Hila... Besok aku minta tolong kamu rias pengantin laki-laki ya.." Aku mengirim pesan kepada Lian.

"Iya.. Tapi aku amatir 😂" Jawabnya

"Nggak apa-apa, emang konsepnya natural dan sederhana kok"

"Oke.. tolong bimbingannya ya.."

"Baik.. mohon kerjasamanya" Jawabku menutup pembicaraan.

Aku mengecek lagi perlengkapanku, aku tata lagi sesuai kelompoknya. lipstik, eyeshadow, powder dst.

"Sipp.... beres" gumamku

Jana sedang bercanda dengan Abang Zikri di teras depan rumah.

"Syukurlah... Sepertinya Jana sudah benar-benar bahagia sekarang" aku membatin

Breeemmm.... suara motor Lian mendekat, mereka bertiga masuk kerumah bersamaan dan menghampiriku diruang tengah.

"Ayo mulai.." Kata Jana antusias

"Jadi, aku harus gimana? Lian terlihat ragu

"Rapiin aja baju dan rambutnya Abang Zikri" Kataku santai

Kami mulai bekerja, menurutku tidak susah merias wajah Jana, karena Jana sudah cantik dan kulitnya bersih, aku hanya butuh memolesnya sedikit supaya terlihat lebih frash.

Ku lanjutkan merapikan rambutnya, Jana ingin rambutnya dikepang kecil samping kanan dan kiri, aku menurut. Lalu kupasang jepit rambut dengan desain bunga kecil-kecil minimalis yang terlihat manis dikepala Jana.

"Wah... "aku takjub dengan hasilku yang memuaskan.

Jana melihat penampilannya dicermin, tersenyum puas.

"Ini sesuai bayanganku Hil" Sambil memegang pundakku. Lalu Jana menghampiri Abang Zikri dan meraih tangannya. Menatap mata Abang Zikri dengan lembut.

Sekilas seperti berlinang mata Abang Zikri, berlahan dia menarik dan memeluk Jana dihadapan kami. Kami semua terdiam, Aku, Lian, Ayah, Emak dan dua adik perempuan Jana Hana dan Eka. Suasana haru menyelimuti, mata ku panas karena haru.

"Hil.. gimana penampilan abang Zikri? Lian menjawil bahuku. Membuyarkan moment langka ini.

Abang Zikri dan Jana melepaskan pelukan mereka, Jana mengamati Abang Zikri dari atas sampai bawah.

Rambut Abang Zikri disisir menyamping klimis, sebenarnya cocok cocok saja, tapi kesannya terlalu jadul.

"Coba disisir kebelakang aja Lian" aku memberi saran.

Lian segera menjalankan instruksi dari ku, Aku memberikan hair spray kepadanya, dia menyemprotkan dengan tenang.

"Lebih bagus ini.."Ayah berkomentar

"Iya... keliatan beda banget" Lian menyetujui sambil mengacungkan dua jempol

Malam itu ditutup dengan makan malam bersama sambil bercerita dan bercanda. Emak menghidangkan udang bakar, ikan panggang, sambal belacan (terasi), daun singkong rebus dan sayur batang talas. Aku semangat memciduk nasi dan lauk pauk yang dihidangkan, sampai menjulang memenuhi piringku.

"Laper banget ya..." Lian meledekku

"Bukan sekedar laper.. tapi doyan.." Mereka tertawa dan senang melihatku menikmati hidangannya.

***

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar, meski sederhana tapi terasa syahdu dan hikmat. Jana dan Abang Zikri sibuk bersalaman dengan para tamu yang seperti tidak habis-habis, kado menumpuk disamping pelaminan.

Hari sudah siang, matahari terik diluar tenda, para tamu mengantri untuk mengambil makanan prasmanan, ada banyak hidangan yang disajikan, rendang, ayam balado, urap sayur, mie bihun, pempek, kemplang, asinan dan es buah.

Lian menghampiriku, memberiku segelas es buah, aku mulai meminumnya tanpa kata, segar dan manis, kaliau diingat-ingat aku belum menyentuh makanan apapun dari pagi, perutku mulai terasa lapar.

"Makasih ya.." aku sambil mengacungkun gelas kosong kearah Lian.

"Ayo makan" aku melanjutkan sambil berjalan mengantri untuk mengambil prasmanan.

"Ayo.." Lian mengikitiku

Segerombolan anak muda berkumpul dikursi-kursi dekat dengan antrian prasmanan, mereka melihat Aku dan Lian sambil berbisik-bisik.

"Ian.. siape tu? (Ian.. itu siap?)" Tanya salah satu dari mereka yang berambut cepak seperti tentara.

"Tunangku lah... cantik kan... (Pacar ku dong.. cantik kan?)" Katanya percaya diri

"Gosip.." Aku melirik Lian sambil geleng-geleng kepala karena heran dan geli tapi aku tidak membencinya.

"Bik... Liat bik.. ini tunang ku, cantik kan.." Lian mendekati bibi-bibi yang mengantri parasmanan didepan kami.

Aku menggelengkan kepala heran. Lian tersenyum lebar dan mengumumkan kepada semua orang yang dia kenal bahwa kami berpacaran tanpa persetujuan ku. Aku diam saja, karena memang aku tidak membeci ide itu.

Lian menjawil bahuku agar aku melihat kearahnya, Aku menatap matanya dan melebarkan mataku sedikit sebagai isyarat bertanya. "kenapa?"

"Gimana kalo nanti sore kita kepantai" Lian menatapku dengan penuh harap.

"Boleh.." Aku tersenyum setuju, karena pasti Jana tidak akan memperdulikan aku, karena banyak tamu yang akan datang lagipula tugasku dan Lian sudah selesai juga. Soal lepas melepas gaun biar diurus Abang Zikri.

Kami makan sambil berhadapan ditikar dibawah pohon diujung halaman rumah Jana, karena kursi tamu penuh kami memilih mengalah. Sesekali Lian melirikku dan tatapan mata kami bertemu, sejurus kemudian kami melempar pandangan kearah lain, entah ranting pohon atau pura-pura melihat para bibi yang sedang ngerumpi sambil tertawa bahagia.

"Bentar ya.." Lian berdiri dan pergi kearah kerumunan dan kembali lagi sambil membawa dua botol air mineral, membuka tutup dan menutupnya lagi, lalu diserahkan padaku.

"Terimakasih.." Ada yang aneh didadaku, aku tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya. Seperti ada yang menggelitik halus.

Lian duduk dan menghabiskan makanannya, sesekali menatapku, seperti ada yang ingin dia katakan tapi ditahan mungkin karena ragu, takut, atau malu, entahlah..

Tiba-tiba rambutku tertiup angin dan menutupi wajahku, aku dongakkan wajah dan menggeleng agar rambutku kebelakag tapi ada beberapa helai yang malah nyangkut dibibirku. Aku kerepotan karena aku makan dengan tangan, dua-duanya kotor karena habis mengerat tulang ceker ayam.

Aku kaget tiba-tiba jari Lian sudah membelai wajahku dengan alasan menyingkirkan beberapa rambut. Kami berpandangan, wajah kami sangat dekat tanpa sadar mataku tertuju pada bibirnya yang ternyata menggoda dengan garis membelah dan terlihat lembab.

"Heh.... masih siang" Rambut cepak datang lagi dan membuat kami kelabakan seperti sedang kepergok mencuri ayam tetangga.

Aku berdiri karena sudah seleseai makan, berjalan kebelakang rumah dan mencuci tangan dikobokan tempat cuci piring. Aku tertegun, mengingat bibir Lian, aku menginginkannya.