webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Urban
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Tumbuh 2

Aku menggeleng dengan keras, aku menolak pikiranku sendiri.

"Kamu udah gila Hil..." aku mengutuki diriku sendiri, karena terus teringat bibir Lian rasanya konyol.

Kling...

"Kamu dimana? ayo pergi sekarang" pesan dari Lian.

"Huffh.." aku menghela nafas menenangkan diri dan menepuk mukaku berharap segera sadar.

Aku menghampiri Lian dibawah pohon tempat kami makan tadi. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku sambil berdiri dan menghampiri ku. Kami berjalan beriringan menuju motor Lian.

"Itu siapa"

Aku menoleh sedikit kaget melihat perempuan seusia kira-kira SMA, dengan rambut lurus rebonding sepinggang, memakai dress brokat warna biru tua selutut, full makeup, memakai sepatu high heels dan terlihat susah menyeimbangkan diri karena tanah yang dia pijak tidak keras seperti dibatu atau keramik, dia sedang menarik tangan Lian dan melihat kearahku. Lian tidak bisa menyembunyikan wajah 'kesal' nya. Dan menyingkirkan tangan perempuan itu.

"Bang... itu siapa" kali ini dengan muka kesal dan mata berkaca-kaca.

"Aku temennya Jana" Aku menyela sebelum Lian mengatakan hal yang menyakitkan dan tidak nyata kepada anak itu.

"Kayaknya kalian perlu bicara" Aku melanjutkan dan berbalik kembali keacara resepsi untuk menghampiri pelaminan Jana.

Baru beberapa langkah Lian menarik tanganku.

"Ini nggak seperti yang kamu pikirkan Hil" Lian mencoba menjelaskan yang sebenarnya tidak perlu.

"Aku nggak bilang apa-apa" aku menjawab dengan tersenyum dan menepuk bahunya. Aku melanjutkan berjalan kearah Jana, aku menengok kearah Lian, aku menerka-nerka apa yang mereka bicarakan.

"Mungkin itu pacar Lian, tapi kenapa mukannya kesal begitu" aku bergumam dalam hati.

"Hilaaaa..." Jana memanggilku sambil memberi isyarat agar aku mendekat. Aku mendekat dengan berlari-lari kecil.

"Lian mana.." Jana bertanya sambil menengok-nengok mencari adik ipar nya.

"Tuh....." aku menunjuk kearah ujung kanan pekarangan Jana. Abang Zikri ikut melihat kearah yang kutunjukkan.

"Wah... cewek itu lagi" Abang Zikri menggumam

"Emang itu siapa Bang.." Jana penasaran

"Mantan Lian, Cewek itu yang mutusin, tapi sekarang minta-minta balikan lagi"

"Nggak usah khawatir Hil.. Lian udah nggak suka kok sama cewek itu" Abang Zikri menjelaskan sambil tersenyum-senyum meledeku.

"Ahahaha... bodo amat.." Jawabku berusaha terlihat wajar.

Sebagian besar para tamu sudah pulang, tinggal tersisa beberapa kursi yamg masih terisi.

"Beberapa hari yang lalu dia juga kerumah, mungkin nyesel dulu minta putus" Abang Zikri melanjutkan, sekarang kami duduk bertiga dipelaminan.

"Emang putusnya kenapa Bang?" Jana bertanya dan aku yang senang karena aku juga penasaran tapi tidak ingin terlihat.

"Lian juga nggak tau, tiba-tiba ngajak putus, terus nggak bisa dihubungi lagi, udah dua tahun"

Jana bersiap-siap mengajukan pertanyaan selanjutnya, aku dan Jana semakin mencondongkan muka kearah Abang Zikri.

"Jana, Zikri kami pulang dulu ya..." segerombolan tamu yang sepertinya teman Abang Zikri tiba-tiba sudah mengantri untuk berpamitan. Aku berdiri menghindar ke kursi tamu pas didepan pelaminan.

Aku duduk sambil mengecek HP, kaget sekaligus ilfill melihat pesan yang masuk.

"Untuk Jana

Pertama aku hanya bisa mengucapkan maaf yang setulus-tulusnya karena menyakihati hatimu. Aku turut bahagia mendengar kabar bahagiamu, aku harap kau sungguh bahagia bukan hanya karena ingin berlari dari rasa sakit. Mungkin sekarang aku tak lebih dari brengsek dalam ingatanmu, tapi kamu juga harus ingat, kita pernah membuat kenangan indah bersama.

Sekarang aku penuh penyesalan karena menghianatimu. Apa yang aku anggap indah ternyata tak seindah perasaan tulusmu terhadapku. Aku sungguh memohon maaf

*nb: Hila.. tolong sampaikan ke Jana ya.."

"Waahhhh..... gila ini orang" aku mengomel membaca pesan Darma, Jana memang memblokir nomor Darma karena sakit hati yang sangat dalam karena perselingkuhan Darma.

"Siapa yang gila? Aku? Tiba-tiba Lian duduk disampingku dan sangat mengagetkanku hingga aku refleks berdiri.

"Chat dari siapa sih.. sampe segitu kagetnya" Lian melanjutkan.

"Mau tau aja... Udah selesai sama cewek tadi" Aku balik bertanya

"Nggak usah cemburu, dia nggak sebanding sama kamu" Lian tersenyum lebar melihat ekspresi ku.

Aku jengkel tanpa sebab karena merasa tidak terima digombalin anak kecil.

"Siapa juga yang cemburu" Aku sewot

"Yaudah besok pagi aja kita joging kepantai, ini udah terlalu sore" Kata Lian sambil menatapku.

"Emang situ bisa bangun pagi" Aku bertanya dengan nada mengejek.

"Wahhh..... meremehkan, emang biasanya nggak bisa.." Lian membalas dengan candaan.

"Iya2 besok jam setengah enam pagi aku udah sampai sini" kata Lian yakin.

"Ehm,ehm..., mesra-mesraan nya dilanjut nanti lagi, ayo kita foto dulu" Jana mulai meledek kami, kami diam saja sambil saling lirik lalu menempatkan diri pada posisi masing-masing, aku berdiri disamping Jana dan Lian disamping Abang Zikri.

***

Tepat pukul setengah enam kurang satu menit Lian sudah sampai dirumah orang tua Jana, tempat aku menginam dua minggu kedepan. Aku sudah siap dengan baju dan celana training warna abu-abu kombinasi pink, snekers putih polos menjepit rambut depan agar tidak menggangu pandangan jika terkena angin.

Lian memakai celana training warna hitam dan kaos panjang warna hitam dengan tulisan "Merbabu Mountain", sepatu lari warna putih kombinasi abu-abu dan kuning.

Aku langsung naik kemotor Lian dan dia langsung menancap gas berangkat. Tadi aku sudah bilang ke Emak dan Jana kalau akan pergi joging pagi ini.

"Iya nggak papa, biar tau Bangka selain rumah Jana" Kata emak.

Matahari masih bersembunyi, udara bersih dan dingin. Perjalanan kami tidak begitu jauh sekitar lima belas menit kata Lian. Aku meliahat kanan dan kiri menikmati pemandangan pagi yang indah.

Lima belas menit kemudian kami sampai dipantai, matahari sudah mulai sedikit mengintip di ufuk timur, hangat. Kami mulai pemanasan dan mulai berlari santai. Kami berhenti ketika matahari sudah terang sekitar jam tujuh, kami bermandi keringat. Lian mengusap keringat didahi ku dengan tangan telanjang tanpa handuk.

Aku kikuk dan malu

"Nggak papa" katanya sambil menatapku lembut.

Aku menghindari pandanganannya, gundah. Jantungku berdegup kencang. Lian berjalan kearah motornya, mengambil tas kecil yang dicantolkan didepan motor, mengeluarkan selembar kain rayon Bali lalu menggelarnya dipasir dan mempersilahkan aku duduk diatasnya, aku menurut. Dia duduk dekat disampingku, kami menghadap pantai, semilir angin berlahan mengeringkan keringat kami.

Lian merogoh lagi tas nya, mengeluarkan kotak makan dan sebotol air. Dia membukanya, ada dua potong sandwich isi telur ceplok, potongan kubis dan beberapa potong tomat. Diujung kotak terselip dua sachet saos sambal dan satu sachet mayones.

"Silahkan..." Lian menyodorkan satu potong padaku dan satu lagi untuk disantapnya sendiri.

Dia mengambil satu sachet saos sambal, membukanya, menawarkan padaku, aku menyodorkan sandwich ku, dia melumuri saos dan mayones.

"Terimakasih...." Aku tersenyum semanis mungkin, dan melahap sandwich dalam tiga kali gigit.

Lian melihatku senang karena makan masakannya dengan lahap dan mengusap kepalaku lembut. Aku menoleh tajam, dia nyengir sambil mengangkat tangan.

"Ups.. maaf"