webnovel

Pulau Seberang

Kisah perjalanan Mahila Reena saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya Jana Ariana. Yang kemudian bertemu dengan adik ipar Jana Ala Balian. "Jadi mulai sekarang kita LDR?" Lian bertanyah serius. "Ha... tunggu-tunggu. Siapa yang bilang kita pacaran? Aku menjawabnya. Seketika Lian menepi dan berhenti dipinggir jalan, turun dan menghadap tepat didepan mukaku. "Bahkan kita udah ciuman" Lian emosi

unn_naeil · Urban
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Kesan Pertama

Sini masuk Hil.." Ayuk (Panggilan untuk kakak perempuan) Lia mempersilahkan aku masuk ke rumahnya, aku duduk disofa ruang tamu. Desain rumah Ayuk Lia seperti kebanyakan desain perumahan minimalis. Ruang tamu mungil dengan satu set sofa empuk berwarna ungu tua kombinasi ungu muda dilengkapi meja kaca dan satu vas bunga mawar replika, diujung ruangan ada rak yang dipenuhi berbagai macam boneka mainan anak-anak. Mungkin milik anaknya, Ayuk Lia dikamar sedang menenangkan anaknya yang dari tadi rewel, katanya lagi nggak enak badan. Ku buka hp ada pesan dari Jana

"Hil.. kamu dijemput adik iparku, dia udah berangkat dari tadi, mungkin bentar lagi nyampe"

"Ha.... katanya kamu yang jemput aku..."

"Nggak boleh sama abang Zikry katanya aku naik motornya nggak ahli.."

"Haish... "

"Tenang aja.. adik iparku ganteng lho...."

"Masa... okelah kalo gitu hahaha..."

"Dasar jomblo..." Aku nyengir membayangkan eksresi Jana.

Breeemmm.... suara motor mendekat, dan menepi didepan rumah Ayuk Lia. Berlahan melangkah masuk Adik Ipar Jana, berperawakan tinggi kurus, rambut ikal, kulit cenderung putih untuk ukuran laki-laki, memakai celana jeans warna cerah dan kaos putih dengan tulisan 'Wisata Gunung Bromo'.

"Iya sih ganteng... tapi terlalu muda" Aku bergumam dalam hati.

Dia terlihat kikuk, aku? jangan tanya, mungkin mukaku sudah memerah karen malu. Aku bingung dan malu. Teman-temanku bilang aku cenderung introvet dengan orang baru, memang aku akui aku sangat susah berkomunikasi dengan orang baru. Dia juga terlihat ragu dan canggung. Tapi nampaknya harus ada yang memecah kesunyian. Baiklah, aku mengulurkan tangan.

"Hila"

"Lian" balasnya sambil menjabat tanganku.

Ayuk Lia keluar membawa dua cangkir kopi dan pempek goreng.

"Hweeee....." Suara tangisan anak kecil terdengar nyaring dari dalam rumah Ayuk Lia, Ayuk Lia segera menghampiri.

"Ayuk tinggal ya.. Dafa rewel"

"Iya yuk.." aku mejawab, Lian hanya mengangguk.

"Jadi kamu kelas berapa sekarang?" aku bertanya basa basi.

"Kelas? Aku udah lulus.." Jawabnya sambil tersenyum lebar

"Hehehe... aku kira masih SMA.."

Kami saling melempar basa-basi sambil menghabiskan hidangan dari Ayuk Lia.

"Yaudah yoh... jalan sekarang aja.." Kata Lian dengan bahasa Indonesia kaku bercampur logat Bangka.

"Oke yoh.." Aku mengikuti logatnya, dia tersenyum

"Yuuukk... Kita berangkat sekarang ya.." Lian sedikit berteriak agar Ayuk Lia mendengar.

"Iya... hati-hati ya.." Ayuk Lia mendekat sambil menjabat tanganku dan Lian bergantian.

Aku mengangguk.

"Yoh Hila" Sambil membawakan koperku, berjalan ke motor dan memberiku helm.

"Yuk.. kita berangkat dulu" Aku pamit sekali lagi.

"Iya hati-hati ya.." Ayuk Lia melambaikan tangan pada kami.

Breemmm... kami berangkat, berlahan kubuka kaca helmku, kurasakan tamparan halus angin. Sekitar pukul dua siang, matahari terik tapi angin lumayan kencang jadi tidak terasa panasnya. Perjalanan dari rumah Ayuk Lia menuju rumah Jana masih sangat jauh, sekitar satu jam perjalanan. Berkali-kali aku memundurkan dudukku, karena jok motor Lian ini agak sedikit menjungkit, nggak nyaman buatku bikin pinggangku sakit.

Sepanjang jalan kami banyak diam, aku tidak tau apa yang dipikirkan Lian, aku keluarkan hp kupasang headset kusetel playlist dari HP ku.

Ternyata kami melewati pantai, pandangan mataku tak lepas dari pantai yang terlihat sangat indah, dengan ombak sedang dan pasir putih.

"Mau mampir? Lian berteriak agar aku mendengar

"Mau..."Jawabku semangat

Sekilas kulihat Lian tersenyum saat menengok sedikit kearahku.

Lian memarkirkan motor sangat dekat dengan bibir pantai. Aku turun melepas helm merasakan aroma pantai yang selalu membuatku merasa mellow.

"Mau aku fotoin" Tiba-tiba Lian sudah berdiri disebelahku.

"Tentu..." Sambil ku berikan Hp dan berpose.

Entah kenapa aku cepat merasa terbiasa dengan Lian, bahkan aku banyak berpose didepannya. Dia juga mengarahkanku, aku harus bergaya bagaimana.

"Mau foto bareng" Itu suaraku, aku tidak sadar.

"Boleh?" Lian mendekatiku dengan ragu.

Aku mengangguk, melirik sedikit kearah Lian yang sudah berdiri disampingku.

"Bulu matanya lentik banget" aku bergumam dalam hati.

"Kayaknya kamu aja yang megang, tanganku terlalu pendek" aku menyerahkan HP ku.

Lian tersenyum jenaka, sambil meraih HP dari tanganku, mengepaskan posisi yang pas dan refleks menarik tanganku agar bisa lebih dekat. Aku kaget dan tanpa sadar melirik tajam padanya.

"Eh.. maaf" ucapnya sambil melepas tanganku, rautnya terlihat kaget sekaligus malu.

Sejenak aku tersenyum geli melihat ekspresinya yang menurutku lucu.

***

"Ahirnya nyampe juga.." gumamku

"Waaaah.... kalian keliatan serasi ya.."Jana menggodaku, Abang Zikry senyum-senyum mendukung.

Aku diam saja, Lian tersenyum jenaka, memperlihatkan barisan giginya.

"BTW kok kalian lama banget nyampenya? Jana melanjutkan sambil melihatku dan Lian bergantian.

"Oh.. tadi mampir pantai dulu" jawabku santai.

"Secepet itu hubungan kalian.." Jana melanjutkan keusilannya.

Lagi-lagi Lian hanya tersenyum, aku bingung harus menjawab apa.

"Kamu nggak kangen aku?" Aku mengalihkan pembicaraan dan mendekat kearah Jana sambil memeluknya.

"Kyaaaaakkk...." Kami berteriak sambil berpegangan tangan sambil loncat-loncat heboh, maklum sudah enam bulan kami tidak bertemu.

Lian dan abang Zikry melihat kami sambil geleng-geleng heran.

"Masuk dulu yok.." Jana menarikku kedalam rumah.

"Dek, Bawain koper Hila kedalem" Jana menyuruh Lian tanpa ragu.

Aku menghampiri emak didapur, bersalaman cipika-cipiki sambil memperkenalkan diri.

Jana mengantarku ke kamar, koperku sudah berdiri dipojok kamar.

Sambil membongkar-bongkar isi koperku menunjukkan Dress buatanku untuk Jana.

"Bagus banget... lebih bagus aslinya ternyata daripada difoto" Jana memeluk dressnya histeris.

"Nanti malem kita coba ya, nanti aku lulurin kamu juga, sambil menunjukkan kotak makeup yang penuh dengan makeup dan skincare.

"Giiilak... " Jana menutup mulutnya shock.

"Sejak kapan kamu punya kayak ginian" katanya melanjutkan.

"Sejak kamu tinggal, aku kursus makeup, kamu kira aku bercanda" Aku tertawa melihat ekspresi Jana yang terlihat tidak menyangka dengan apa yang dia lihat.

"Rasanya nyesel banget dulu nangis-nangis demi manusia kampret kek Darma" Jana bebisik kepadaku tiba-tiba.

"Hahahaahhaha.." aku tak kuasa menahan tawa mengingat betapa bodohnya Jana dulu dan aku mendukungnya.

***

Enam bulan yang lalu.

"Hil... nanti kalo pulang tolong mampir ke Donat Dede ya, pesen yang ragular kasih tulisan "HBD Darma Love U" Pesan dari dari Jana.

Oiya.. ini ultah Darma, karena Jana aku jadi lumayan dekat dengan Darma sebagai teman pastinya.

Sudah Lima tahun Jana menjalin hubungan asmara dengan Darma. Mereka pasangan yang terkenal difakultas kami. Setiap tahun kami selalu merayakan ulang tahun bertiga, saling memberi kejutan. Akupun tak pernah menyangka hubungan mereka akan seperti ini sekarang.

"Oke.." Jawabku singkat, sambil meraih kemeja dirak display, membungkus dengan papper bag.

Aku dan Jana mendekor ruang TV kami dengan balon-balon dan kertas warna-warni, tidak lupa tuliasan "HBD Darmawan - 24 Th".

Jana berkali-kali mengecek HP, menunggu besan Darma, menelfon berkali-kali tidak ada jawaban.

Sampai jam 12 malam tak ada juga jawaban Darma. Akhirnya kami berdua tertidur didepan TV semalaman tanpa tau apa yang terjadi. Darma tak datang, dia sedang merayakan ulang tahunnya dengan wanita lain.

Beberapa hari kemudian Jana memeluku sambil menangis sesenggukan, aku bingung tidak bisa menerka-nerka apa yang terjadi.

"Darma selingkuh" Jana berbisik lemah sambil terus menangis.

Rasanya aku membeku, aku harap aku salah dengar, tapi mendengar Jana menangis sampai seperti itu pilunya sepertinya aku tidak salah dengar.

Aku juga pernah merasakan dikhianati, tapi sepertinya sakitku tak separah Jana. Tanpa sadar akupun menangis, aku menangis karena kukira Darma akan berbeda dari laki-laki lainnya, setia. Aku sudah tidak mengharap lagi akan ada cinta seperti film-film romantis itu. Aku menyerah.