webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
38 Chs

Peringatan!

Di sisi lain, keadaan istana menjadi semakin buruk. Para dewa datang kembali ke pulau itu dan memberikan peringatan keras tentang inti itu. Sebelum 5 hari berjalan habis, inti itu harus berhasil didapatkan dan ditempatkan kembali pada tempatnya.

"Raja, inti itu harus segera dikembalikan ke sini. Hanya tersisa 5 hari lagi. Tanpa inti itu, pulau dan kerajaan ini akan tenggelam." ucap salah satu Dewa.

"Tidak bisa kah engkau mempertahankan pulau ini lebih lama lagi? Kami semua akan berusaha untuk mengambilnya kembali." mohon sang Raja di depan para Dewa.

"Tidak, tidak bisa lagi. Kami semua sudah memberi kekuatan kami pada inti itu. Jika kalian tidak bisa mendapatkannya sebelum 5 hari, tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Ini peringatan terakhir." jelas salah satu Dewa itu, lalu pergi dengan harapan penuh.

Sang Raja hanya bisa melihat kepergian para Dewa tanpa berkata sepatah kata pun. Ia bingung harus bagaimana. Mengambil inti itu dari Cornelia bukanlah hal mudah. Apalagi sekarang, keadaan Aquila belum pulih sepenuhnya.

Pada saat siang hari, Aquila memanggil keempat adiknya untuk ke kamarnya melalui pelayan. Ia ingin memberitahukan hal penting pada adik adiknya. Tak perlu waktu lama, keempat adiknya sudah berkumpul di kamar Aquila dan duduk di kursi yang terletak mengelilingi tempat tidur Aquila dari berbagai sisi. 2 kursi di bagian kanan dan 2 kursi di bagian kiri.

"Ada apa, kak?" tanya Aelia membuka pembicaraan.

"Apa kalian sudah menyadari ada sesuatu yang hilang?" tanya Aquila yang sedang duduk bersandar pada tempat tidurnya.

Sejenak suasana menjadi hening. Terdapat raut wajah kebingungan dalam setiap wajah adiknya. Mereka juga saling tatap-menatap satu sama lain hingga salah satu dari mereka berkata, "Kalau maksud kakak inti itu, berarti iya. Tapi, jika yang lain, sepertinya tidak." ucap Aelia sedikit ragu ragu mewakili seluruh adiknya.

"Apa ada masalah, kak?" timpal Aurelia.

"Entahlah. Tapi, Felix sudah meninggal." kata Aquila tenang. Ia sudah tidak segelisah kemarin terkait kematian Felix.

"Felix meninggal?" teriak kaget Lucia. Sementara, Camilla menutupi mulutnya dengan kedua tangan dengan ekspresi terkejut. Aelia dan Aurelia menatap kakaknya tidak percaya.

"Ba-bagaimana bisa, kak?" tanya Lucia panik.

"Tenangkan dirimu, Luci. Jangan sampai Ayah dan Ibu tahu tentang ini! Kita tidak ingin membuat mereka semakin terpukul dengan kabar ini, kan?" kata Aquila tenang sambil mengelus-ngelus pundak Lucia yang panik dan menatap semua adiknya.

"Karena itu Felix tidak terlihat sejak saat itu?" tanya Aelia yang sudah pasti jawabannya.

"Kalian tidak perlu khawatir. Kakak yakin Cornelia tidak akan berniat menyerang lagi," katanya sambil tersenyum tipis. "walau, harus mengorbankan satu nyawa." sambungnya dengan wajah sedih.

"Kenapa kakak yakin dia tidak kembali menyerang?" tanya salah satunya.

"Karena tujuan utamanya sudah selesai." kata Aquila tanpa ekspresi yang berhasil membuat mereka bingung.

"Tujuan utama?"

"Iya, tujuan utamanya adalah membunuh Felix. Mungkin karena Felix sudah membunuh Dewi Kegelapan. Dan, ia ingin membalaskan dendam kakaknya. Itu sesuatu yang sangat mungkin, bukan?" jelas Aquila.

"Apa hubungan wanita itu dengan Dewi Kegelapan?" tanya Camilla.

"Menurut kakak, mereka berdua bersaudara. Tujuan mereka sama. Dewi Kegelapan ingin mengambil inti pulau ini, begitu juga dengan Cornelia. Kemungkinan besar, Cornelia ingin melanjutkan misi kakaknya."

"Tapi, saat aku pergi ke istananya, tidak terlihat inti pulau di sana. Jadi, di mana intinya sekarang?" tanya Lucia. Pada saat ia pergi bersama Ayah dan kakaknya untuk membebaskan Aquila, tidak ada terlihat inti pulau itu di sekitar istananya.

"Inti itu sudah lenyap, Luci. Makanya kamu tidak melihatnya di sana." jawab Aquila tanpa ekspresi.

"Lenyap? Kakak tau dari mana?" kini giliran Aurelia yang panik.

"Maaf kakak tidak bercerita apa apa dengan kalian," katanya dengan rasa bersalah, "Cornelia sudah menyerap habis inti itu. Maka dari itu, ia bisa menciptakan ratusan boneka buatan ditambah dengan serangan mereka yang dasyat. Dan sepertinya, ia tidak akan menggunakan kekuatan itu untuk sementara waktu karena ada tujuan lain yang harus ia penuhi. Aelia, Aurel, kalian ingat dengan Augusta?" Aelia dan Aurel mengangguk pelan merespon pertanyaan kakaknya.

"Cornelia ingin mencari tahu tentang Augusta. Kakak tidak tahu dia tahu tentang Augusta dari mana, tapi hal itu lah yang menjadi tujuannya."

"Kakak tahu semua itu dari mana?" tanya Camilla.

"Kakak memasang sebuah kamera kecil di istana Cornelia saat kakak disekap di sana. Makanya, kakak tahu semuanya."

"Kalau begitu, kita harus memberi tahu Ayah dan Ibu tentang inti itu." saran Lucia.

Aquila menggeleng dan berkata, "Kita tidak bisa memberi tahu Ayah dan Ibu. Mereka akan semakin putus asa setelah tahu inti itu lenyap. Karena itu, kakak memanggil kalian semua kemari. Kakak tidak mau Ayah dan Ibu tahu. Setidaknya, sampai kita tahu cara untuk mengembalikan inti itu."

"Tapi, kak---"

"Kakak mohon untuk merahasiakan hal ini pada Ayah dan Ibu." potong Aquila.

"Bagaimana caranya, kak?" tanya Aelia.

Aquila hanya diam, tidak menanggapi pertanyaan Aelia. Ia sendiri masih bingung harus bagaimana. Waktu yang tersisa tinggal 5 hari lagi. Dengan waktu yang singkat, mereka harus bisa mengembalikan keberadaan inti itu.

"Kita harus ke istana Cornelia, kak." saran Lucia.

"Lalu?" tanya Aquila dengan nada bingung.

"Kakak coba untuk menarik kekuatan yang sudah diambil olehnya dan mengubahnya menjadi inti itu." jawab Lucia dengan mantap.

"Kakak tidak yakin bisa melakukannya, Luci." jelas Aquila.

"Makanya, kita harus mencobanya, kak. Kalau gagal, kita pikirkan lagi caranya. Setidaknya sekarang, kita harus berusaha sebisa kita sebelum Ayah dan Ibu tahu. 5 hari itu waktu yang singkat, kak. Kita harus ke sana hari ini juga." jawab Lucia mantap. Ia benar benar yakin dengan semua hal di pikirannya.

"Bagaimana kita ke sana tanpa ketahuan Ayah dan Ibu?" tanya Aurelia pada Lucia.

"Aku dan Kak Aquila akan pergi ke sana. Kakak, Kak Aelia, dan Kak Camilla tetap di sini untuk mengawasi Ayah dan Ibu. Berikan alasan yang baik pada mereka, jika mereka tahu aku dan Kak Aquila tidak ada di istana."

"Tapi, Kak Aquila masih belum pulih sepenuhnya. Bagaimana jika Kak Aquila terluka di sana?" Camilla mengingatkan tentang keadaan Aquila sekarang.

"Apa kakak mau melakukan saranku? Jika tidak, kita bisa undur besok atau memikirkan cara yang lain." tanya Lucia yang sekarang menatap ke arah kakaknya yang sedang menimbang-nimbang.

"Bagaimana, kak? Kakak mau melakukannya?" tanya Aelia mendukung rencana Lucia.

Aquila yang tadi menunduk sambil memikirkan hal terbaik untuk dilakukan kembali menatap mata adik adiknya yang sedang menunggu jawaban darinya. Aquila pun mengangguk pelan sambil berkata, "Kakak akan lakukan apa yang kakak bisa. Dan, Camilla, tidak perlu mengkhawatirkan kakak. Kakak akan baik baik saja bersama Lucia." jawab Aquila sama mantapnya dengan ucapan Lucia tadi.