webnovel

Pulau Ajaib

----TAMAT---- Aquila Octavi, Putri Mahkota dari Kerajaan Gisma dijodohkan dengan seorang pendatang di Kerajaannya. Akibat penolakan darinya, istana menjadi dalam keadaan genting. Inti batu itu dicuri oleh seorang penyihir. Namun, ada juga sisi baiknya dari kejadian itu. Karenanya, ia dapat menemukan sahabat yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Ia juga bisa mengenal seorang pria yang kelak menjadi suaminya. Jangan lupa rate, vote, dan comment ya! . Baca juga novel author lainnya dengan judul "Kisah SMA"

AisyDelia · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
38 Chs

Felix dan Cornelia

"Selamat datang di kerajaanku, Felix! Aku Cornelia, Adik Dewi Kegelapan yang telah kau bunuh." kata Cornelia dengan penekanan di akhir kata.

"Dewi Kegelapan?" tanya Felix gagap.

"Iya, dan kau tak perlu takut denganku. Aku tidak akan membunuhmu." kata Cornelia berusaha menenangkan dengan nada yang tetap menakutkan.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Felix yang terus mundur selangkah demi selangkah.

"Aku hanya ingin kau menjadi suami yang baik. Suami yang selalu menuruti permintaan istrinya." jelas Cornelia.

Lalu, Felix diikat menggunakan rantai agar ia tidak bisa lari dari istananya. Walau sebenarnya, tidak pernah ada manusia yang berhasil kabur dari sana. Felix tetap berusaha melarikan diri dengan keadaan terikat. Namun, semakin ia berusaha lari, ikatan rantai itu semakin erat, seperti hendak memotong tubuhnya. Karena kesakitan, tubuhnya pun terjatuh lemas dan ia juga kehilangan kesadaran. Cornelia menatap kasihan pada Felix yang tengah hilang kesadaran. Lalu, Cornelia membawa Felix ke sebuah batu besar. Diikatkanlah di sana.

Beberapa saat kemudian, Felix pun tersadar dengan keadaan terikat rantai. Di depannya sudah ada Cornelia dengan senyuman puas.

"Suamiku, kau sudah sadar. Maafkan aku harus mengikatmu seperti ini! Aku hanya tidak ingin kau lari." katanya dengan nada merendahkan.

"Cepat katakan apa yang kau minta dariku!" tegas Felix karena amarahnya.

"Hohoho, sayang! Kau ternyata tidak suka basa basi. Aku senang pria seperti itu."

"Ciih.. Cepat katakan!" bentak Felix.

"Baik, aku ingin kau menghancurkan pulau ajaib itu bersamaku. Lalu, melihat semua rakyat di sana tenggelam," katanya diakhiri tawa jahat, "Ini perintah, bukan tawaran. Jadi, kau tak bisa menolaknya. Kau pasti tau akibatnya jika kau tetap menolaknya." sambung Cornelia mengingatkan.

"Baiklah. Lepaskan aku!" kata Felix.

Cornelia dengan senang hati melepaskan Felix. Setelah Felix lepas, dengan tak terduga, ia mengambil pisau dan melemparkannya ke arah Cornelia. Cornelia yang kaget belum sempat menghindar sehingga pisau itu menancap di perutnya. Bukannya merasa sakit, ia justru tertawa lepas dan dengan mudah melepas pisau itu dari tubuhnya. Di tubuhnya juga sudah hilang bekas tancapan itu. Karena hal itu, Felix terkejut dan mengambil langkah mundur.

"Kau pikir bisa semudah itu membunuhku? Jangan terlalu membanggakan dirimu!" ingat Cornelia.

Lalu, Cornelia kembali mengikatnya dengan rantai. Karena Felix tidak mau membantunya dengan kekuatannya sendiri, ia harus menjadikan Felix bonekanya.

"Terimalah akibatnya karena sudah menolak permintaanku!" teriak lantang Cornelia sambil mengerahkan kekuatannya agar Felix bisa menjadi boneka kesayangannya. Felix berteriak kesakitan berulang-ulang kali. Lalu, tubuhnya pun lemas dengan keadaan masih terikat. Sedangkan, Adik dari Dewi Kegelapan tertawa puas melihat hal itu. Ia mendekati Felix dan membelai pipinya kasar.

"Hai, bonekaku." katanya dengan senyum puas. Felix yang masih tak sadarkan diri hanya diam.

***

Sedangkan, di kerajaan, situasi sangat panik. Raja menjadi stres karena inti berharga pulau itu diambil. Dan mau tidak mau, harus mengambil kembali inti itu.

'Maaf, Ayah! Ini semua karena aku. Maka dari itu, aku akan mengambil inti itu kembali darinya.' ucap Aquila dalam hati dengan perasaan sedih melihat Ayahnya telah putus asa. Tanpa perijinan dari Ayah dan Ibunya, ia mengajak adik bungsunya untuk ikut bersamanya menuju tempat dimana Cornelia berada. Namun, tidak semudah itu untuk mengajak Lucia bersamanya. Lucia tidak ingin ikut dengan kakaknya. Seberapa keraspun Aquila membujuknya, tidak akan bisa. Akhirnya, Aquilapun pergi sendirian mencari kerajaan Cornelia. Walaupun Aquila sudah pergi diam diam, masih ada seseorang yang melihat ia pergi entah kemana. Tanpa diketahui Aquila, pria itu ikut terbang menyusul Aquila.

"Sepertinya ada yang mengikutiku." gumam Aquila dengan tetap terbang mencari istana wanita itu. Lalu, secara tiba tiba, ia berbalik bermaksud mengejutkan orang yang sedang mengikutinya. Dan, firasat Aquila benar. Ia melihat seorang pria terbang mengikutinya. Entah siapa pria itu, Aquila tidak tahu. Tentu saja, pria itu kaget melihat Aquila yang tiba tiba berbalik.

"Siapa kau? Kenapa kau mengikutiku?" tanya Aquila dengan marah.

"Maafkan saya tuan putri! Saya hanya ingin tahu apa yang akan tuan putri lakukan sendirian." ucap pria itu.

"Kembalilah, kau tidak perlu tau!"

"Saya tidak bisa membiarkan tuan putri terluka."

"Terserah kau!" balas Aquila malas.

Setelah perbincangan mereka berdua usai, Aquila melihat sebuah daratan melayang di udara dengan warna dominan hitam.

Ia meyakini bahwa daratan melayang itu adalah istana Cornelia. Tanpa berpikir lama, ia langsung memasuki tempat itu. Pria yang mengikutinya sempat memberikan peringatan. Namun, hal itu tidak diacuhkan sedikitpun oleh Aquila. Bahkan, ia tidak mendengar peringatan pria asing itu. Karena peringatannya tidak dipedulikan, mau tidak mau, ia harus mengikuti Aquila demi menjaga keselamatannya.

Di pintu masuk, Aquila sudah bisa melihat betapa menyeramkannya istana itu. Tapi, ia memberanikan diri untuk masuk lebih dalam lagi.

"Cornelia..... Cornelia.... Di mana kau?" teriak lantang Aquila di dalam istana itu sambil terus melangkah perlahan.

"Siapa itu? Beraninya kau masuk ke dalam istanaku." balas Cornelia dari dalam dengan marah. Ia menuju ke arah suara itu berada. Dan, ia mendapati Aquila sedang berada di istananya.

"Cornelia, di sana kamu rupanya." kata Aquila tanpa rasa takut hingga ia berani mendekatinya.

Namun, saat Cornelia menyadari bahwa Aquila berusaha mendekat ia segera memberi peringatan. "Berhenti! Ada apa kau ke sini? Bukankah semua janjimu sudah kau penuhi? Atau kau ingin mencari mati dengan berada di sini?" tanyanya sambil mengambil langkah demi langkah sehingga membuat Aquila terpojok di sudut.

"Bu-Bukan begitu. A-Aku hanya ingin meminta kembali inti itu." kata Aquila polos tanpa memikirkan akibatnya.

Cornelia yang mendengar pernyataan itu langsung tertawa.

"Kenapa? Apa kau telah menyesal akan perbuatanmu itu? Kau yang sebagai putri sulung kerajaan malah mau menuruti permintaan musuhmu sendiri. Bahkan, kau memberi tahu rencanamu sendiri padaku." ucapnya dengan nada merendahkan. Lalu, ia membalikkan badannya dan menatap sinis ke suatu arah juga menyiapkan sihirnya untuk menyerang.

"Iya. Aku sangat menyesal. Aku bahkan tidak bisa mempertahankan kerajaanku. Bahkan, gelar putri ini tidak pantas berada padaku." Balas Aquila dengan rasa marah juga kecewa pada dirinya sendiri. Air matanya juga jatuh satu per satu ke tanah.

"Jika gelar putri tidak pantas berada padamu, maka kau akan pantas untuk menjadi bonekaku. Maka dari itu, jadilah bonekakuku!" ucapnya. Dengan segera ia membalikkan badan ke arah Aquila untuk menyerangnya dengan sihir yang sudah dipersiapkan. Namun, sebelum sihir itu mengenai Aquila, seorang pria menghalangi sihir itu menjumpai Aquila. Walau serangannya meleset, ia tetap tersenyum puas.

"Aquila! Ingat namaku! Peter!" ucap pria bernama Peter dengan sisa tenaganya. Lalu, ia menjerit kesakitan dan tubuhnya roboh ke tanah.

"Sudah kuduga kau akan muncul, Peter. Yah, sayang sekali sihirku ini tidak bisa digunakan lagi untuk saat ini. Maka dari itu, kau akan kutahan terlebih dahulu bersama yang lainnya. Di saat kau sudah ikut menjadi bonekaku, kita akan pergi bersenang senang." Ucap Cornelia puas yang berhasil mendapatkan 2 mangsa sekaligus. Ia membawa Aquila dan Peter ke tempat Felix berada. Ia juga mengikatkan mereka berdua berdampingan dengan Felix.