webnovel

Bab 14 Memulai Lagi

Bos Anna yang menerima surat pengunduran diriku benar-benar terkejut, baru saja tiga hari yang lalu beliau menyetujui pengajuan cutiku.

"Bukannya kamu bilang hanya cuti saja?" Tanya Beliau.

"Maaf Bos, waktu pulang kampung saya mengajukan lamaran di sebuah perusahaan yang ada di sana dan saya kemarin di kabari kalau saya sudah di terima, dan mengharuskan saya untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan sebagai tahap terakhir pemeriksaan" jawabku.

"Sekali lagi maafkan saya bos🥺, saya tidak berniat untuk mengundurkan diri tetapi ini kesempatan terakhir saya, agar saya bisa berkumpul dengan keluarga " tambahku.

"Maafkan saya bos" tambahku lagi sudah tidak sanggup menahan tangis ku.

"Kamu adalah karyawan saya yang paling rajin dan jujur juga berbakat" ucapnya sembari menghela nafas.

"Baik lah, kalau ini memang keputusan kamu, sebenarnya saya sangat berat melepaskan kamu, tapi kalau niatan kamu baik untuk ibu dan keluarga mu, saya doakan ini yang terbaik untuk kamu" ucapnya yang membuatku semakin terisak.

"Terimakasih banyak bos sudah memahami saya" ucapku.

"Iya sama-sama, saya doakan kamu sukses di tempat yang baru ya" ucapnya sembari menandatangani surat pengajuan pengunduran diri ku.

Aku langsung ijin untuk keluar dari ruangan bos Anna, aku menuju ruangan ku yang disana ada kak Tini dan Jannah yang sudah mengetahui apa yang terjadi.

"Semoga ini yang terbaik untuk kamu ya Lis" ucap kak Tini sambil merangkul ku yang di ikuti oleh Jannah, tak sanggup ku tahan lagi air mataku. Hari ini adalah hari terakhir aku bekerja, kantor yang sudah menjadi penghidupanku selama 6 tahun lamanya. Aku semakin terharu sebab bos Anna membolehkan ku untuk resign mulai besok, tanpa harus menunggu pergantian bulan.

Di kantor hanya kak Tini, kak AIDA dan Jannah yang mengetahui kebenaran dari alasan aku mengundurkan diri. Pada Bos Anna dan karyawan yang lain aku mengatakan alasanku keluar adalah untuk kembali ke kampung halaman, sebab bagiku alasan ekonomi akan terdengar sangat sensitif, di tambah lagi aku harus bekerja ke luar negri dimana di tempatku hali itu masih jarang terjadi.

Ku kemas semua barangku saat waktu kantor tutup, saat itu aku kembali teringat kenangan yang sudah aku dapatkan di tempat ini, tempat yang memberiku banyak ilmu dan sahabat yang seperti saudara sendiri, Sosok kakak, sosok ibu, sosok Adik, sosok Ayah yang melengkapi hidupku.

Keesokkan harinya aku menemui Bos Arif, untuk membicarakan pengunduran diriku, aku tidak memerlukan surat pengunduran diri, ditambah lagi aku sudah mencarikan petugas baru yang akan menggantikan posisiku. Pada beliau aku tidak mampu berbohong, sehingga ku ceritakan yang sesungguhnya.

"Kamu masih muda jadi carilah pengalaman sebanyak mungkin" ucapnya.

"Yang terpenting kamu harus bisa jaga diri disana, harus sopan tapi juga berani" tambahnya.

"Ini untuk sangu kamu di jalan, saya doakan kamu sukses ya" sambil memberi amplop putih ke padaku.

"Terimakasih banyak pak atas segala kebaikannya" jawabku sambil terisak.

Bos Arif menerima telpon dan akhirnya kami harus berpisah sebab beliau harus menemui seseorang. Aku tidak langsung berangkat ke BLK, dua hari yang ku butuhkan untuk bersiap, selain menata koper tetapi juga menata hati dan pikiranku yang seakan kaget atas segala perubahan yang terjadi. Waktu itu Senin pagi aku pergi ke BLK yang berada di kota lain menggunakan kereta api dengan waktu tempuh sekitar 6 jam lamanya. Di kereta aku kembali berpikir bagaimana hal ini bisa terjadi, aku yang berpikir akan sangat sulit untuk meyakinkan Tante Dia namun beliau menyetujui tanpa banyak bertanya, resign dari tempat kerja dengan sangat mudah. Muncul sebuah tanya dalam diriku, apakah kemudahan ini adalah keberuntungan untukku ataukah ini akan menjadi awal dari tantangan kehidupanku selanjutnya. Namun aku akan tetap berjalan maju ke depan menghadapi apapun yang sudah menungguku di ujung sana. Ada pesan yang ku kira dari Admin PT

"Mbak saya bisa meminjamkan dana talangan untuk semua proses, asalkan mbak mau berangkat pada bulan ini" pesannya.

"maaf pak saya harus menghadiri peringatan kematian Ayah saya pada akhir bulan Juni ini, kiranya tanggal berapa pemberangkatan bulan ini?"

"sekitar tanggal 20 mbak, kalau begitu mbak tidak usah ikut pelatihan dulu" jawabnya.

"loh saya sudah ada di kereta ini pak" jawabku terkejut

"ya sudah tidak apa-apa ikut pelatihan dulu saja" jawabnya.

"terimakasih pak" jawabku lega.

sesampainya di BLK aku di sambut oleh kepala asrama BLK yang bernama ibu Rina, disalah satu ruangan sudah berlangsung belajar mengajar yang di ikuti oleh beberapa kenalanku saat mengikuti tes. Kamarku berada di lantai dua, sebelumnya aku sudah memutuskan untuk sekamar dengan Fina yang aku kenal saat tes, ia datang pada hari Sabtu dan menawariku untuk sekamar bersama. Saat itu kondisi kamar terkunci dan ia sedang mengikuti pelatihan di lantai bawah, sehingga aku menunggunya di depan kamar sama melonjorkan kaki. Ku buka ponselku untuk melihat pesan Ija yang sudah sedari tadi ku hindari, berbeda dari sebelumnya kini ia tidak lagi bingung mencariku sebab ia sudah mengetahui jadwalku sehari-hari. Hal itu mulai terjadi setelah tiga bulan kami bersama, alasanku menghindari pesannya adalah aku masih belum menceritakan apapun kepadanya.

"kamu sudah pulang ?"

"sa ingin cerita sesuatu"

"nanti malam bisa sa telpon kami kah?"

Isi pesan darinya membuatku penasaran, namun aku harus menunggu malam tiba untuk mengetahuinya. Fina pun datang dan akupun masuk kedalam kamar, besok adalah jadwal bagi kami yang belum membuat paspor, akan di koordinasikan bersama-sama. Kehidupan di BLK cukup menyenangkan sebab bertemu dengan orang baru yang baik dan ramah dan proses belajar yang kondusif. Pada tanggal 10 Juni kamu di jadwalkan untuk tes kesehatan, syukurlah hasil pemeriksaan ku normal semua. Keesokkan harinya kami mendapatkan vaksin Rubella yang menjadi syarat wajib untuk berangkat ke Arab Saudi. Setelah itu kami melanjutkan pelatihan seperti biasa, pemilik PT yang bernama Tegar mengatakan pemberangkatan ada yang di mulai sekitar tanggal 20 Juni atau tanggal 25 Juni, hali itu menambah semangat kami belajar, namun aku memilih untuk berangkat di kloter pemberangkatan bulan Juli, mengingat ada beberapa hal yang harus aku lakukan di kampung.

Aku sudah melewatkan sesuatu yang penting, ku buka kembali daftar chat yang ada di ponselku, aku menemukan pesan Ija yang minta untuk menelpon pada malam Senin, sedangkan kini sudah hari Sabtu. Kesibukkan dan aku yang terlalu berkonsentrasi dengan proses yang ada membuatku hanya terfokus pada satu hal saja, itu adalah sifat burukku sejak lama.

Bergegas ku hubungi Ija, nomornya aktif dan tersambung hanya saja tidak ada yang mengangkat telpon itu. Ku coba berkali-kali namun tak kunjung ada yang mengangkat telpon ku, aku sangat panik bagaimana tidak sudah pasti Ija marah padaku, sudah lima hari aku mengabaikan nya.

"Ija tolong angkat telpon ku"

" maafkan saya nah, sa tidak berniat untuk tidak balas pesannya kita "

"ada banyak urusanku Minggu ini, sa salah sekali sama kita "

"tolong angkat telponnya, marahi saja saya, tapi tolong angkat telponnya"

Aku mengirim pesan bertubi-tubi padanya, sudah ku telpon berkali-kali namun tetap saja tidak ada balasan. Kini aku baru menyadari bagaimana berada di posisi nya, ia yang selalu menungguku luang untuk berbicara, mencoba memahami kesibukkanku, aku selalu membuatnya menunggu. Aku sangat mencintai nya tapi aku belum terbiasa dengan hubungan kami, kondisi diriku yang penuh dengan persoalan yang harus ku selesaikan sendiri tanpa sadar membuatku menjadi egosi.

"maafkan saya😭"

Ku kirim pesan sekali lagi, air mataku terus mengalir, aku sangat takut ia menghilang begitu saja. Dua jam sudah aku menunggu, aku juga mencoba menghubungi melalui sosial media, tetapi tidak ada riwayat Ija aktif disana. Aku yang menunggu balasan, tertidur dengan ponsel di sebelah ku. Dalam mimpiku Ija sangat kecewa kepadaku, ia menganggap aku tak serius dengan hubungan ini. Getar ponsel membangun ku, panggilan dari Ija namun terlambat ku angkat. Balik ku hubungi Ija dengan cemas

"Hallo" jawab nya

seketika itu tangisku kembali tumpah, mendengar suaranya membuat sangat bersyukur.

"Assalamu'alaikum" ucapnya lagi

"Lilis"

"waalaikumsalam iya Ja" jawabku

"maafkan saya nah, saya tidak bermaksud untuk tidak merespon begitu" jawabku.

"iya tidak apa-apa, sa paham kalau kamu lagi sibuk dengan pekerjaan mu" ucapnya.

"marahi saja saya, saya memang salah"

"bilang saja biar sa tau perasaan mu juga, selama ini hanya kamu yang coba mengerti saya" balasku

"tidak apa-apa, sungguh kasian" jawabnya.

"....."

"kamu mengis Lis?" tanyanya.

"tolong jujur saja, saya juga ingin tau perasaan mu" ucapku terisak.

"sa kira kamu memang sibuk, malam itu sa tunggu kamu menelpon tapi sampai jam 11 malam, ada yang ingin saya ceritakan, tapi sepertinya kamu repot sekali, karena dulu kamu bilang kalau seperti itu berarti memang kamu lagi sibuk-sibuknya"

"ada sih rasa kecewaku tapi sa coba mengerti kondisimu yang lagi kerja dan banyak hal lain yang harus kamu pikirkan" jelasnya padaku.

"terimakasih banyak nah atas pengertian mu" balasku.

"iya tapi lain kali, sesibuk apapun tolong kasih kabar nah" ucapnya.

"siap Sayangku" ucapku.

"sayang? " tanyanya.

"iya yang tersayang" balasku.

"sayang kamu juga" balas nya.

Suasana menjadi hangat dan menyenangkan kembali, aku akan membuat kejutannya di akhir bulan ini.