webnovel

PSYCHOPATH LOVE

WARNING 21+ Update Sabtu-Minggu Apa kah menurutmu seorang Pscyo mempunyai hati tulus untuk mencintai....? Johan dengan segala kesempurnaanya, menyimpan sakit akan jiwa dan pikirannya. Mencintai diam-diam Adik tirinya, setitik cahaya dalam hati nya yang gelap. Tapi bagaiman jika si Adik mencintai orang lain..??

Hd_birulangit · Urban
Zu wenig Bewertungen
24 Chs

17. HUBUNGAN

Anya melompat kegirangan saat Johan datang bersama Lira dan mengatakan bahwa mulai hari ini mereka berpacaran.

"Pacarkuu...!" ia memeluk Johan dan mengalungkan kedua lengannya pada leher Johan.

Lira meringis melihat tingkahnya.

Tapi memamg ada untungnya Johan sekarang berpacaran dengan Anya, karena kini Kakaknya yang suka menguntit dan tidak memboleh kannya ini dan itu sekarang lebih sering bersama Anya.

Ralat, Anya yang sering datang menemui Johan, dan mau tidak mau Lelaki itu harus menuruti kemauan manjanya.

                               ***

Lira masih duduk di salah satu kursi panjang dari besi yang tersebar di beberapa titik Lingkungan Kampusnya. Ia yang siang ini baru saja selesai dengan kelasnya termenung sambil melihat ke layar ponsel yang sudah dari 10 menit lalu ia pegangi.

Di lihatnya layar pada ponselnya nomor telpon dengan nama Andreas. Nomor yahg beberapa saat lalu di kirim via Whatsapp oleh Anya sebagai tanda terimkasihnya dan kini telah ia simpan nomornya.

"Kalau aku telpon, aku mau bilang apa...??" tanya Lira dalam hati, keningnya berkerut dalam dengan mata yang masih tertuju pada layar ponsel. "Bagaimana kalau dia tanya aku dapat dari mana nomornya...??" ia mengaruk rambutnya yang tak gatal.

Gadis dengan kaos lengan pendek warna kuning dan celana jeans biru dengan rambut yang di kuncir sederhana itu tampak kebingungan dengan raut wajah yang berubah-ubah.

"Lira ?"

Terdengar suara seorang laki-laki menyebut namanya, Lira langsung menengadahkan wajahnya untuk melihat siapa yang memanggil.

Wajahnya langsung bersemu merah saat melihat Rendy yang memanggiknya dan Andreas yang berada di sebelahnya dengan lengannya yang bergelayut pada pundak rekannya tersebut.

"Menunggu Kak Johan ya ?" Rendy bertanya.

Lira tergagap, karena ia yang tengah fokus memperhatikan pujaan hatinya yang sibuk dengan permen di mulut nya dengan tangannya yang sesekali merapikan rambut Rendy yang tertiup angin dan menutupi keningnya yang lebar.

"...Ah, en..enggak Kak, Kakak sudah pulang dari tadi." Lira akhirnya menjawab.

"Oh..." Lelaki yang terlihat tenang-tenang saja meskipun Andreas dengan permen di mulut dan mengelembungkan satu pipi nya itu merangkul dan memainkan rambutnya.

Mungkin bagi yang tidak tahu akan merasa Rendy dan Andreas ini pasangan sejenis, karena percayalah dengan sikap mereka saar ini, itu terlihat mesra di mata orang awam, termasuk Lira yang berkali-kali menelan ludah dengan susah payah.

"Kalau sudah tidak ada kelas, lebih baik pulang saja." Rendy tersenyum sambil berlalu pergi.

Lira masih berdiri di tempatnya, tidak sempat berkata apa pun karena mereka yang sudah lebih dulu berjalan pergi.

Di pandanginya Rendy dan Andreas yang berjalan menempel satu sama lain dengan lengan Andreas.yang masih merangkul Rendy, sama sekali Lelaki bermata sipit yang gemar mengulum permen itu tidak melihat ke arah nya.

"Masa beneran mereka homo...??" kening Lira berkerut. Di pandanginya layar ponselnya yang masih tertera nomor dan nama Andreas.

Lira menghela nafas panjang, kemudian menunduk "Sepertinya cinta pertama ku nggak akan berjalan mulus..." ucap nya dalam hati.

Baru saja Lira berpikir begitu,  sebuah tangan terjulur dengan 5 buah permen cupa cups di telapak tangannya dan di sodorkan ke arah nya.

"Nih." ucap Andreas yang telah berdiri di depannya.

Mata Lira membulat, ia kaget dan wajahnya langsung merona kemerahan saat menatap Lelaki itu dalan jarak dekat.

"Kau nggak mau...??" Tanya Andreas masih dengan telapak tangan penuh permen terjulur ke arah nya.

Lira tergagap. "Mau, kak !" ucap nya cepat lalu meraup permen dengan bungus warna merah dengan kedua tangannya. "Terimakasih Kak..." Lira tertunduk dengan dada berdebar kencan.

Andreas mengibaskan tangannya tanda tak masalah. "Aku beli banyak." ucap nya.

Lira masih kaget dengan Andreas yang tiba-tiba mmberinya permen, membuat ia masih tertegun tanpa bisa berkata.

Melihat sikap Lira yang hanya diam, membuat alis Lelaki berusia 20 tahun itu terangkat, kemudian membalikan badannya hendak pergi.

"Tunggu Kak !" entah dapat keberanian dari mana Lira memegangi lengan Lelaki bermata sipit dan berwajah oriental itu.

Andreas menoleh ke arah nya.

"Ka, Kak Andreas ming...minggu ini ada waktu...??" Lira berkata terbata sambil mendongkak kan wajahnya melihat Andreas yang bertinggi 185 cm, jauh lebih tinggi dari dia yang hanya 160 cm.

"Haa...??" Lelaki itu terkejut.

Lira menelan ludah dengan susah payah, tangan yang semula memegangi lengan Lelaki itu kini saling tertaut dengan permen-permen pemberian nya.

"Tuan Muda !" dari kejauahan Rendy memanggil.

Andreas memalingkan muka dari Lira dan menoleh ke arah Rendy yang menunggunya di bawah Pohon di siang yang terik tidak jauh dari tempatnya.

Kembali ia melihat ke arah Lira yang masih memandangnya penuh harap.

Tak berapa lama Andreas dan Rendy telah masuk ke dalam Mobil.

"Kenapa dari tadi Anda senyam-senyum sendiri ?" tanya Rendy sambil menyalakan mesin mobil dan memakai sabuk pengaman.

"Sepertinya Adik si Johan naksir aku deh." ia terkekeh.

"Apa...?" Rendy terkejut.

Tawa geli Andreas yang duduk di sebelahnya makin kencang.

"Kenapa Anda malah tertawa ?" Rendy tak habis pikir. "Tidak ingat Anda pernh di hajar Kak Johan sampai patah tulang dan tidak bisa jalan satu minggu karena menatangnya Tae Kwon Do ??"

"Kau ini." Andreas kesal. "Kenapa kau meninggatkan ku tentang hal yang membuat ku marah ?" ucap nya.

"Supaya Anda tidak berpikir macan-macam !" nada bicara Rendy meninggi.

"Ini Adiknya yang naksir aku, yang mengajak ku pergi si Lira itu !" suara Andreas ikut meninggi.

"Dan Anda mengiyakan ??" mata Rendy membulat.

"Habisnya imut-imut sih." Andreas terkekeh.

Rendy mengusap wajahnya sendiri mendengarnya.

Sementara itu di salah satu Room di tempat Karoke. Anya menyanyi dengan begitu bersemangat sambil sesekali melihat dan tersenyum lebar ke arah Pacar baru nya.

"Tak ku sangka semalas ini rasanya..." keluh Johan dalam hati, ia menyandarkan punggungnya dengan malas di Room karoke yang mereka sewa.

Ponselnya bergetar, ia mengambil nya dari saku celana dan tersenyum melihat 10 panggilan tak terjawab dari Sonia.

"Kak, ikut nyanyi yaa...??" Anya sudah bergelayut manja dan menempel pada nya.

"Baik lah..." ia mematikan ponselnya dan tersenyum lebar.