webnovel

Project (-1): From The Underrated - Memory 0 [Indonesia Version]

Menceritakan seorang Kreator yang terjebak di sebuah dunia, yang sebenarnya ia mengenal dunia tersebut. Dunia itu adalah dunia fiksi buatannya, namun dunia itu berantakan karena mengalami korupsi yang membuat memori-memori di dunia tersebut terganggu. Kreator yang baru saja terdampar di dunia tersebut tidak tahu apa yang terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi, dan segalanya tentang keberadaan Kreator, begitu pula dengan keberandaan dunia tersebut masih dipertanyakan. Salah satu masalah yang Kreator temui adalah hubungan antara dia sendiri dan karakter-karakter di dunia tersebut. Hingga selang beberapa waktu setelah Kreator tiba di dunia itu, tercipta beberapa kubu yang terutama ada 2 kubu utama yang saling bertentangan karena gangguan memori yang lebih menjadi-jadi, bahkan di antara mereka kehilangan memori mengenai siapa Kreator yang sesungguhnya, menjadikan rumor besar bahwa adanya Kreator yang asli dan yang palsu. Dipercaya kunci masalah di dunia tersebut memang hanyalah dari Kreator, namun solusi-solusi yang ada masih dipertanyakan untuk menuntaskan masalah tersebut. Ada pun kubu ke-3 yang netral, tidak mendukung keduanya namun mereka mengikuti apa yang seharusnya dari bayang-bayang kedua kubu tersebut. Selanjutnya, bagaimana sang kreator akan menyelesaikan masalah pada dunia ciptaannya sendiri? Dalam satu kesadaran terdapat berbagai kesadaran lainnya yang tercipta, membuat berbagai pikiran saling bertentangan satu sama lain. Ini lah cerita tentang satu orang yang harus menghadapi dirinya sendiri. "Dunia fiksi tercipta karena kita tidak bisa menerima realita. Ini bukan soal lemah atau kuatnya kita menerima realita, namun ini soal bagaimana jiwa seseorang bisa hidup nyaman walau di dunia yang sangat menyakitkan ini. Namun… apa jadinya jika dunia fiksi yang kita ciptakan malah menjadi musuh terbesar dan menentang keberadaan kita sendiri?”

Zyon7x · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
12 Chs

Memory 0-6 “Ingatan yang Tidak Diinginkan”

"Ze… ro… ya kan—?"

Dia bertanya dengan wajah yang terkejut, namun di saat bersamaan seperti kebingungan. Entah apa yang dia pikirkan, tapi yang pasti Zero menemukan orang dia selama ini dia cari, seharusnya… karena di sisi lain Zero memiliki memori yang sangat samar tentang Azazel. Tapi dia, merasa yakin.

"Azazel… itu kamu ka—!?"

Zero sedikit terkejut, melihat penampilan Azazel. Dia tak sadar bahwa Azazel memiliki sesuatu di tubuhnya yang kemungkinan besar dirasa sangat berbahaya dalam keadaan saat ini. Zero seketika merasa waspada melihat itu.

Azazel… namanya. Seorang Jin, asalnya. Pria yang cukup dewasa, rambut berwarna hitam, mata berwarna abu namun mata kanannya berwarna merah menyala dan juga terlihat ada bekas luka. Pakaiannya hampir mirip seperti Zero, berjubah hitam namun pakaiannya terlihat seperti berantakan. Dan juga, Zero melihat di sekujur tubuhnya ada beberapa luka—yang di mana luka ini bukan luka seperti biasanya, ini adalah luka yang terlihat sama seperti yang diterima oleh Kreator saat diserang oleh monster. Itu artinya—

"Luka itu… apa kamu tidak apa-apa!?" Zero melihat lukanya yang sepertinya parah.

Namun di sini Azazel hanya tersenyum kecil, dan memegang luka itu sambil menahan rasa sakitnya.

"Ini… ah, bukan apa-ap—eh? Kenapa… aku tidak bisa mengingat…nya. Tunggu, tidak—aku tidak bisa mengingatnya…!?"

Azazel sepertinya baru saja menyelesaikan pertarungan hebat. Di sekitarnya, banyak bekas monster yang tumbang dan mulai pudar menjadi pecahan memori. Azazel terlihat sangat lemah sekarang. Namun di sini yang membuat Zero tambah terkejut adalah tanduk dan sayapnya.

Zero tidak tahu mengapa, tapi ketika melihat tanduknya itu Zero merasa harus waspada dengan Azazel. Sepertinya ada memori yang hilang mengenai asal usul tanduk itu. Zero merasa kalau Azazel seharusnya tidak memiliki tanduk ini—atau jika dia punya, maka… hal buruk akan terjadi.

Sepertinya, tanduk itu mengingatkan hal yang terjadi pada Kreator sebelumnya. Kekuatan yang tidak terkendali, darah sang Iblis—bukan… Azazel dalam cerita sungguhan adalah Iblis sesungguhnya, tapi sebelum itu dia hanya lah Jin. Kenapa dia bisa menjadi Iblis itu adalah misteri yang belum terpecahkan sekarang karena hilangnya memori-memori mereka.

"Azazel, apa kamu tahu tentang tandukmu itu?" Tanya Zero yang khawatir.

"Tanduk…?" Azazel mencoba memegang kepalanya dan mendapati tanduk.

Sepertinya dia juga sedikit bingung akan hal itu. Dia terkejut mendapati tanduk di kepalanya. Saat dia memegang tanduknya sendiri, dia merasa dirinya ada yang aneh dan membuat terkejut dirinya sendiri. Bahkan sang pemilik tanduk itu pun harus waspada kepada dirinya sendiri.

"Tanduk!? Kenapa…? Ahh… a-aku tidak ingat kapan aku mempunyai benda di kepalaku ini…"

Azazel memegang kepalanya seperti kesakitan akan pusing, banyak memori yang hilang darinya. Azazel adalah contoh keadaan korban yang benar-benar mengalami hilangnya memori pada saat itu juga. Dirinya berjuang terhadap amnesia dunia ini, setelah dia mendapati luka dari monster-monster yang menyerangnya.

"Tadi… aku mau apa ya…? Semuanya… mulai pudar, sial… aku tidak boleh kehilangan tentang memori itu sekarang…"

Azazel mengepalkan tangannya sekuat tenaga. Sementara Zero hanya melihatnya menderita. Di saat bersamaannya, Zero merasakan keberadaan mendekat. Yang benar saja, ada satu monster yang masih bertahan hidup. Monster Type-C yang tubuhnya sudah rusak parah, sebagian tubuh bagian kanan sudah hancur namun monster itu sepertinya akan melancarkan serangan terakhirnya.

Monster itu berlari cepat dari arah belakang Azazel. Zero langsung menjaga Azazel, dan bersiap menghadangnya. Azazel melihat juga monster itu, namun Azazel sepertinya masih tenang dan memberitahu kalau monster itu tidak akan bertahan lama.

"Monster itu datang…" Ucap Zero.

"Tenang saja, monster itu tidak akan sempat menyentuh kita." Jelas Azazel.

"Eh…?"

"Tubuhnya sudah sangat rusak. Sampai dia ke sini, dia akan menjadi abu dalam sesaat."

Monster itu berlari dengan langkah yang berantakan, keseimbangannya sudah hampir hilang. Dan pada saat benar-benar berada di depan Zero, monster itu lenyap seketika menjadi abu dan meninggalkan pecahan memori.

"Sudah ku bilang."

"Kamu… melakukan ini?"

Azazel tersenyum kecil dengan mengepalkan tangannya, menunjukkan sedikit sombongnya.

"Tentu saja. Aku ini kuat, karena aku adalah… uhh… aku adalah sang… tunggu…"

Azazel kesulitan melanjutkan perkataannya. Dia benar-benar dalam proses kehilangan memorinya. Zero melihat wajahnya yang sedih akan tidak bisa mengingat memorinya.

Zero melihat keseliling, banyak pecahan memori di mana-mana. Sepertinya salah satu dari pecahan itu adalah memori milik Azazel.

"Ah ya…. Sebelum itu. Zero… kan? Zero, Zero ya kan, Zero???"

Azazel menanyai nama Zero pun berulang kali.

"Ya, aku Zero."

"Sebelumnya, kenapa kamu menemuiku? Aku tidak tahu apa yang membawamu kemari, tapi… aku merasa kamu punya sesuatu yang penting untuk disampaikan."

"Aku mencarimu karena seorang gadis menunggumu. Dia adalah Lilith, dan juga Kreator bersama kami."

Mendengar nama itu, Azazel menunjukkan reaksi yang datar.

"Kreator ya… lalu, Lilith… Lilith itu—siapa?"

Zero sangat terkejut. Ekspresi yang Azazel tunjukkan benar-benar seakan dia tidak lagi familiar dengan Lilith. Padahal Lilith menceritakan yang membuat Azazel seperti ini adalah dirinya sendiri yang ingin menyelamatkan Lilith. Zero tak menyangka bahwa ini lebih cepat dari yang dia kira.

"Azazel… apa kamu tidak ingat Lilith sama sekali!?"

"Ah… ya. Sepertinya, itu baru pertama kalinya untukku… tunggu… entahlah, tapi… rasanya… samar-samar."

"Tidak mungkin… padahal—kamu yang menyuruhnya pergi… demi menyelamatkannya."

Melihat mata Azazel yang agak kosong, sepertinya memorinya benar-benar terkuras banyak. Dengan itu Zero mencoba mengambil pecahan-pecahan memori yang tersebar, lalu membawakannya satu per satu.

"Ini Azazel! Kamu harus ingat tentang dia!"

"Harus… apa aku?"

"Sentuh saja pecahan memori ini, ku harap salah satunya milikmu."

"Tapi… aku sudah mencobanya beberapa kali, dan tidak ada reaksi apa-apa… eh, apa aku pernah melakukan ini sebelumnya?"

Zero membawakan pecahan-pecahan memori itu kepada Azazel, namun Azazel sendiri bingung kenapa dia sebegitu berkerja keras akan hal ini.

"Apa… kamu tahu sesuatu tentang ini, Zero? Apa kamu sesuatu tentang gadis yang kamu bicarakan…?"

Zero berhenti sejenak, lalu memegang kedua tangan Azazel dengan ekspresi seriusnya.

"Karena gadis itu adalah bagian terpenting dalam dirimu juga memorimu! Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa merasa gadis bernama Lilith itu penting bagimu… bahkan aku sendiri ketika melihatnya merasa takut dan waspada… ada hal yang mengerikan dari wajah polosnya itu—tapi aku yakin! Lilith adalah seseorang yang membuatmu seperti ini!"

Azazel terkesan melihat Zero mampu berteriak seperti itu. Walaupun dia tidak ingat kapan, tapi sepertinya Azazel pernah melihat dia marah seperti ini kepadanya. Tapi sekali lagi, Azazel merasa sangat tidak bisa mengingat akan hal yang berhubungan dengan Lilith.

"Terima kasih Zero… tapi—tetap saja, aku tidak bisa mengingatnya…"

"Kalau begitu—kenapa kamu bertarung!?"

"Kenapa aku bertarung…? Bertarung dengan siapa? Dengan monster-monster itu?"

"Ya! Apa alasanmu untuk bertarung dengan monster-monster itu? Padahal aku yakin tidur siang akan lebih nikmat daripada itu jika tidak ada alasan penting lainnya!"

"Alasan aku bertarung tentu saja untuk—eh…‼!??"

Seketika Azazel berhenti berbicara. Dia membeku. Dia mengingat kenapa dia bertarung semenjak awal. Dia sedikit membutuhkan waktu untuk mengingatnya. Kepalanya mulai sakit lagi. Namun, dia mengingatnya. Dalam ingatannya, seseorang berteriak namanya dengan meninggalkannya.

Dia melihat bayang-bayang seseorang. Seseorang yang mungkin sangat penting baginya. Sosok itu berlari, sementara dia mulai menaklukan banyak monster di hadapannya. Banyaknya pasukan monster menyerangnya, sampai dia tidak bisa melihat sosok itu.

"Orang itu… SIAPA!?" Azazel tersadar, dan kebingungan.

Zero melihat reaksi itu, segera membawakan pecahan-pecahan memori yang ada di sana. Berharap ada pecahan memori milik Azazel. Mencari memori yang tepat tanpa Kreator adalah hal yang sangat sulit.

Sementara Azazel terduduk, mengingat siapa sosok itu.

"Gadis… gadis itu!? Siapa!?"

Azazel memegang kepalanya karena kesakitan. Dia mencoba melawan amnesia dunia ini. Zero membawakan pecahan memori.

"Azazel, pegang ini!"

"Uh… tidak ada apa-apa…"

"Kalau begitu… bagaimana dengan ini!?"

"Ini juga… aku tidak bisa merasakan apa-apa."

Zero terus mengganti pecahan-pecahan memori yang diberikan kepada Azazel. Terus seperti itu, sampai Zero mendapati pecahan memori yang terakhir yang ada di sekitar sini.

Zero melihat kepada pecahan itu dengan ekspresi khawatir. Lalu, dia pun membawakannya kepada Azazel.

"Ini… hanya ada satu lagi."

"…"

Azazel mengangkat tangannya. Lalu mulai menyentuh sedikit demi sedikit pecahan memori itu. Dia memejamkan matanya. Awalnya, dia tidak merasakan apa-apa. Namun beberapa saat kemudian—

"Ah—"

Mulutnya terbuka dan membeku.

"Azazel…?" Zero memerhatikannya dengan seksama.

Lalu Azazel pun segera berdiri dan meneriakan satu nama.

"LILITH—‼!"

Di saat bersamaan, kekuatan Azazel bertambah drastis. Aura berwarna merah dan hitam melapisi udara. Tanduknya kiri menyala, sayapnya mengepak sangat kencang bahkan membuat tekanan angin yang hebat.

"Aku… ingat. Sosok yang membuat diriku seperti ini… tanpa dia, aku tidak akan menjadi seorang Iblis. Ketika darah Jin dan Manusia bersatu, terciptalah Makhluk yang melebihi kesempurnaan yang juga membuatnya menjadi tidak sempurna. Aku adalah sang Iblis… yang melewati batas hukum dunia ini… bersama Lilith, ingin menciptakan dunia yang lebih baik, tapi yang terjadi malah sebaliknya—kita menjadi pembawa kehancuran pada dunia ini. Emosi Manusia dan Jin tidak bisa menyatu, kita berdua adalah simbol kehancuran, dosa dan kutukan."

Azazel pun melirik kepada Zero dengan tatapan yang sangat tajam. Zero sendiri sedikit waspada terhadap kekuatan Azazel yang bangkit. Atmosfir di sini sangat berubah drastis. Dengan pecahan memori yang dia terima sebelumnya, mampu membangkitkan kekuatannya yang besar. Belum diketahui apakah itu baru sebagian kecil atau besarnya memori yang ia terima.

Zero melangkah mundur sambil melindungi matanya dengan tangannya karena tekanan angin yang besar.

"Azazel…"

Dari yang tadi Azazel menatap serius, kini berubah menjadi senyum ringan.

"Walaupun aku adalah simbol kehancuran dan dosa besar, bukan berarti aku akan membiarkan dunia ini hancur."

Mendengar itu, Zero tersenyum dan gembira. Sepertinya, ini lah sosok sang Iblis yang dia kenal selama ini, walaupun dia tidak tahu sepenuhnya tentang dirinya untuk sekarang.

"Benar, ada Kreator dan seorang gadis yang harus kita selamatkan!"

"Kreator ya… sudah lama sekali tidak mendengar kabar orang itu. Bagaimana keadaannya? Komisinya masih ampas kan?"

Azazel sepertinya sedikit mengenal tentang Kreator dari nada bicaranya yang sombong dan meledeknya. Zero sedikit tertawa kasihan karena Kreator diledek.

"Kamu… seharusnya tidak berkata seperti itu. Dan ya, sepertinya komisinya masih ampas."

"Sudah ku duga. Dia tak akan berkembang begitu cepat, apalagi dengan stress dan mentalnya sekarang. Dasar introvert itu, apa yang terjadi pada dunia ini?"

Azazel melihat ke arah langit, membayangkan keadaan Kreator. Dalam perkataannya tadi, Azazel adalah karakter yang cukup dekat juga dengan Kreator dan cukup mengerti adanya masalah besar pada dunia ini.

Dan pada dasarnya juga, Azazel adalah karakter yang terinspirasi dari mitologi atau legenda dunia nyata, dia adalah makhluk bernama Iblis yang kita kenal. Azazel atau Iblis adalah sosok yang mengetahui keberadaan Tuhannya, maka dari itu tak heran dia sedikit familiar dengan penciptanya di dunia ini, sang Kreator pastinya.

Tentu saja, Azazel di sini tidak seperti yang ada di cerita dunia nyata, bisa dibilang Azazel di sini adalah Iblis versi tobat. Kapan lagi coba Iblis tobat ye kan? Itu adalah kalimat yang mungkin dikatakan oleh Kreator.

Tapi beberapa saat kemudian, mereka berdua kedatangan tamu yang tidak diundang. Mereka merasakan ada yang mendekati mereka dengan langkah kaki yang sangat kasar.

"Um… mereka datang, lagi." Azazel melirik ke arah suara itu datang.

Sementara Zero sudah mengeluarkan senjata andalannya, sebuah bilah pedang yang melayang di tangannya.

"Mereka itu tidak ada habisnya."

"Kalau begitu, kita hanya perlu habisi mereka lagi, kan?" Azazel mengepalkan tangannya, menyombongkan betapa siap dirinya untuk menghabisi monster-monster itu.

"Kali ini, jangan terkena serangan lagi. Kamu tahu efeknya sekarang, kita harus berhati-hati." Zero mengingatkan itu kepadanya.

Azazel dengan senyum sinisnya mengibaskan jubah dan mengepakan sayapnya.

"Ah, apa kamu pikir aku akan terkena serangan monster itu lagi? Menyedihkan sekali kalau itu terjadi. Kesalahan ada untuk dipelajari, dengarkan aku wahai Tuhan, walau Engkau tidak akan pernah memaafkanku lagi, aku akan menunjukkan kalau aku bisa memperbaiki kesalahanku… setidaknya, di dunia ini."

"Sepertinya aku pernah mendengar hal semacam itu di suatu tempat… ku rasa, itu adalah semangatmu."

"RRRRRAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRGGGHHHH‼‼!"

Monster-monster itu akhirnya datang. Jumlahnya sekitar 20 lebih, mengitari mereka berdua. Azazel pun mengepalkan kedua tangannya lalu muncul api yang berkobar di sekujur tubuhnya. Ketika sayapnya mengepak, tekanan angin yang kuat muncul. Tanduknya bersinar berwarna merah menyala dan mata kirinya pun menyala merah.

Dengan cepat, Azazel mengayunkan tangannya ke salah satu posisi monster berkumpul. Dari tangannya muncul sebuah pecut api yang besar dan langsung meluncur ke arah monster-mosnter itu.

Seketika sekitar 5 monster hancur terbakar, menyisakan setangah badannya karena terkena serangan Azazel. Azazel benar-benar tidak basa basi ketika monster menyerang, dia tidak memberikan waktu untuk monster-monster itu menyapa.

Melihat itu Zero terkesan akan kecepatan serangnya. Sepertinya, kekuatan Azazel di sini sekarang lebih besar daripada Zero. Namun tetap saja, Zero tak mau kalah dengannya. Zero mencoba menunjukkan kekuatan barunya yang mirip seperti Azazel sekarang.

"Serangan yang bagus Azazel. Aku juga punya kekuatan seperti itu kurang lebih."

Zero pun mengambil posisinya, lalu tekanan angin di sekitarnya berubah dan menghasilkan aura yang besar. Tumbuh tanduk di kepalanya, diikuti oleh sayap dan ekor di belakangnya. Ini adalah kekuatan Iblis yang diserap oleh Zero sebelumnya saat Kreator tidak bisa mengendalikan kekuatannya sebelumnya.

Azazel melihat itu dengan kesan familiar dan tertawa.

"Ahh… hahaha! Jangan bilang itu adalah darah Lilith. Aku bisa merasakan kekuatan itu adalah milik Lilith—yah… sangat mirip dengannya."

Mendengar itu, mata Zero sedikit terbuka dan menyadari kebenaran yang disembunyikan oleh Kreator selama ini.

"Jadi… ini adalah kekuatan Lilith… jadi selama ini Kreator memiliki memorinya."

Tapi kenapa Kreator tidak memberitahu dan memberikan pecahan memorinya kepada Lilith? Itu lah yang dipikirkan oleh Zero sekarang. Zero tidak tahu dan Kreator pun tidak pernah bilang pecahan itu milik siapa sebelumnya, sampai saat ini baru lah Zero mengetahui kekuatan dari memori itu adalah milik Lilith.

Sementara monster mulai menyerang, mereka berdua mulai bertarung dengan banyaknya monster yang berdatangan. Namun tak bisa dihindari, Zero memasang wajah yang membuat Azazel sadar akan ada hal yang mengganjal di pikirkan Zero.

"Ada apa Zero, kamu sepertinya memikirkan sesuatu… HYAAA—‼!" Tanya Azazel sambil menghajar monster dengan kepalan tinjunya yang berapi hingga kepala monster itu hancur.

"Tidak… hanya saja, aku baru tahu kekuatan ini adalah milik gadis itu—woah! Rasakan ini—‼! Tapi kenapa Kreator tidak memberitahunya…?" Zero pun menjawab sambil menghabisi monster dengan bilah pedangnya yang dilapisi kekuatan Iblisnya.

"Kekuatan itu dari pecahan memori, kan? Dan Kreator tidak memberikannya kepada Lilith… berarti keadaan Lilith masih seperti sebelumnya yah… HAAAAAA—‼!" Azazel sedikit bingung dengan keputusan Kreator, di sisi lain dia menendang badan monster hingga tubuhnya hancur.

"Apa maksudmu… masih seperti sebelumnya, hyaaa‼!" Zero pun sedikit bingung akan hal yang dikatakan oleh Azazel… ngomong-ngomong dia menebas monster lagi.

"Ku kira… kalian sudah memberikan pecahan memorinya dan mengembalikan memorinya… tunggu—HAAAAAA‼‼ Itu artinya… hmmmmm… benar juga." Azazel berpikir sejenak, sambil menghabisi monster selanjutnya.

Azazel sepertinya sudah tahu alasan mengapa Kreator tidak memberikan pecahan memori kepada Lilith. Dia juga menduga itu lah pilihan yang akan dipilih oleh Kreator. Dia berpikir kalau itu adalah pilihan yang cukup dimengerti untuk sekarang, tapi dia tahu akan datang waktunya Kreator akan menghadapi masalah yang lebih besar akan memori itu.

Melihat raut muka Azazel, Zero penasaran apa yang dipikirkan Azazel sekarang. Dia sepertinya mengetahui kebenaran di balik situasi Kreator dan Lilith sekarang.

"Ada apa Azazel…?"

"Aku rasa… aku tahu apa yang dipikirkan Kreator. Dan juga… Kreator tak lama akan ditimpa masalah besar… selain masalah mengenai monster-monster yang akan menyerangnya. Zero, kamu pasti menyadari ada yang aneh dengan Lilith, bukan?"

"Uhh… ku rasa, aku sedikit waspada ketika melihatnya. Tapi, semenjak terakhir kali dia sangat baik dan lembut. Tapi benar juga… aku tetap merasa harus waspada kepadanya."

"Ya… kamu tahu kenapa itu? Karena, dia adalah orang yang sangat berbahaya. Kreator tidak membiarkan memorinya kembali untuk saat ini karena itu, dia tidak ingin Lilith menjadi musuh dia untuk saat ini."

Mendengar kalimat terakhir, Zero mendengar kebenaran yang membingungkan sekaligus membuatnya khawatir.

"Apa maksudmu… dia akan menjadi musuh? Lilith jadi musuh…!? Itu tidak mungkin! Lilith adalah ciptaannya, mana mungkin dia akan menyerang Kreator!"

Melihat Zero yang polos, Azazel sedikit memasang wajah serius dan tajam kepadanya.

"Sayangnya, itu yang akan terjadi."

"Jangan-jangan…!?"

Zero teringat akan curhat Kreator sebelumnya. Mengenai hubungan Tuhan dan penciptanya. Mungkin saat-saat itu tidak menyangka itu adalah pertanda bagi takdir Kreator akan menghadapi Lilith yang entah seperti apa.

"Akhirnya kamu menyadari. Itu lah mengapa, kamu merasa waspada kepada Lilith. Dia adalah gadis yang berbahaya, saking berbahayanya… Kreator mungkin akan berada dalam bahaya 2 atau 3 kali lipat dari serangan monster-monster ini. Lilith, adalah salah satu ciptaannya yang—HAAAAA‼! Sial, banyak sekali monster berdatangan!"

Azazel menghajar monster yang mencoba menyerangnya. Sekarang dia menciptakan sebuah tombak api dari tangannya, lalu melemparnya ke arah kumpulan monster. Setelah meluncur, tombak itu menancap beberapa monster ke belakangnya sampai banyak pohon yang roboh akibat serangan itu dan berhenti tepat di sebuah dinding batu.

"Ah… aku sudah tahu itu… aku seharusnya menyadari hal itu. Dan masalahnya, aku meninggalkan mereka berdua sendirian. Kita harus segera ke sana, Azazel!"

Zero pun ikut membasmi monster-monster itu sambil memberitahu Azazel. Zero menebas mereka dengan pedangnya namun sekarang ada gelombang berwarna merah dan kilat hitam yang pekat menusuk kepada beberapa monster yang dilewatinya.

"Benar-benar derita di bokongku. Aku merasa, Kreator akan segera mendapatkan cinta yang sangat tulus dari Lilith…"

"Apa maksudmu itu…?"

"Maksudku, DIA AKAN MATI!"

"Ouh… kalau begitu, kita entah bagaimana harus melewati semua monster ini."

"Kalau begitu, tunjukkan jalannya, boi! Kita akan mencoba menerobos mereka! HYAAAAAAA‼‼‼!"

Sekali lagi, Azazel melempar tombak yang menerobos banyak monster di depannya. Zero pun mencoba menunjukkan jalannya dengan bantuan kekuatan Azazel yang besar. Pertarungan mereka membuat kebakaran di sekitarnya, namun untungnya Azazel masih mengendalikan apinya sehingga mencegah kebakaran lebih banyak. Tapi ya, banyak kerusakan dari pelarian tersebut.

—Sementara itu di tempat lain, di waktu bersamaan.

Sesosok monster mendekati semak-semak. Monster itu sepertinya adalah baru bagi mereka. Mempunyai bilah pedang yang tajam yang tumbuh di tangannya. Tubuhnya cukup ramping, sepertinya kakinya cukup kuat untuk berlari sangat cepat dan melompat jauh.

Monster itu mengangkat tangannya yang terdapat bilah tajam mengarah ke semak-semak. Monster itu merasakan kehadiran di balik semak-semak itu. Dan benar saja, ketika dia mengayunkan tangannya itu ke semak-semak, muncul sebuah cahaya.

"Rrrgggghhhhhh…!?" Monster itu mengaung kecil menyadari sesuatu akan menyerangnya.

"SEKARANG LILITH‼!" Teriak Kreator.

"Y-ya!" Lilith menjulurkan tangannya tepat ke monster itu.

Sebuah kekuatan laser merah dilancarkan dari tangan Lilith. Laser itu menembus semak-semak sampai ke langit menembus pohon-pohon hutan.

Namun hal yang tak disangka terjadi, monster ini menghindarinya. Sepertinya monster satu ini, Type-A atau juga Annihilator mempunyai insting yang tajam. Dia bisa menghindari serangan Lilith sangat mudah dan mulusnya melompat ke belakang dan menunduk sangat cepat.

Melihat reaksi itu, Kreator sangat dibuat terkejut dan keringat dingin. Melihat monster ciptaannya sangat kuat akhirnya datang untuk menghabisinya hari ini. Dia berpikir, apakah aku sangat ingin mati sebelumnya sampai dunia buatanku mengirim monster untuk membunuh diriku sendiri.

"Oh shit…" Kata-kata mutiaranya.

"B-bagaimana ini, Kreator…!?"

Sementara Lilith pun ikut panik, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk mencoba kabur dari sana. Namun juga, sangat sulit untuk menghindari sergapan ketiga monster itu di posisi sekarang. Yang terpikirkan oleh Kreator hanyalah lari dan nekat melewati mereka.

Kreator pun tak pikir panjang menarik tangan Lilith, pergi melewati semak-semak ke arah di mana jalur yang cukup jauh dari monster. Tapi tetap saja, Kreator khawatir mereka akan terkejar. Tak ada pilihan lain selain mencobanya, mereka pun lari.

"Ayuk Lilith‼!"

"Y-ya—‼!"

Berlari ke arah lain, keluar dari semak-semak, monster-monster itu pun melihat targetnya dengan jelas. Mereka mengaung dan langsung mengejarnya. Kreator menarik tangan Lilith untuk berlari, Kreator hanya memikirkan keselamatan yang minim. Mereka berdua hanya mengarah ke jalur sungai sebelumnya, menjauh dari air terjun dan mengarah ke jalur sungai di mana itu membawa mereka keluar dari hutan.

Mereka berjuang untuk berlari dari kejaran monster, namun sepertinya monster-monster itu juga tak kalah berjuang untuk menghabisi mereka. Kreator melihat ke arah belakang, melihat monster-monster berlari secara ganas.

"Sial, kalau begitu makan ini!!"

Kreator melepaskan tangan Lilith, namun Lilith masih bisa berlari mengejar Kreator. Semenjak tadi, Kreator sudah menyiapkan Pen Tablet di tangan sebelahnya. Kreator mencoba menyeret penanya di area Tablet tersebut sama seperti sebelumnya ketika mencoba mengeluarkan serangan anak panah yang bersinar biru dan emas.

Kreator mencoba melakukan serangan itu ketika berlari, dan itu berhasil dilakukan. Tapi benar saja, percobaan penyerangan pertama dari Kreator tak mengenai salah monster itu sama sekali. Anak panah yang meluncur berwarna biru itu melesat jauh dari jalur monster itu.

"AH SHIT‼! SUDAH KU DUGA AIM-KU BUSUK‼!"

Kreator sekarang melakukan itu dengan beruntun, menyerang secara massal, berharap salah satu serangannya mengenai monster-monster itu. Terus menyerang, sampai entah berapa kali Kreator menyeret pena itu dari area Tablet-nya. Anak panah biru dan emas bertebangan.

Salah satu anak panah emas meluncur ke arah monster itu, dan tak disangka—

"RRRRRAAAAAAAAAAARRRRRGGGGGHHHHHH‼‼‼‼"

Baru pertama kalinya serangan itu mengenai monster Type-C. Serangan tersebut mengenai lengannya dan menancap di situ. Kreator agak bangga namun secara bersamaan masih panik.

"Hohoho~! Akhirnya kena juga‼!"

Lilith terus memerhatikan serangan anak panah yang dilancarkan oleh Kreator tersebut. Anak panah itu serasa tak asing baginya. Pancaran cahayanya mencerminkan di matanya, serasa hangat namun juga mengerikan. Ada yang menusuk ketika melihat itu, terlebih anak panah yang berwarna emas tersebut.

Lilith secara tak sadar melamun sambil berlari, dan dengan itu membuatnya menendang bebatuan di jalannya. Dia pun terpeleset dan berjuang kembali untuk menstabilkan badannya.

"Kyaa—!?"

Tapi itu tak berhasil, dia terjatuh dan tak bisa bangkit lagi—Kreator langsung menyadari hal itu dan berhenti berlari, dia mencoba membatu Lilith berdiri kembali dan berlari.

"Lilith‼! –Ah astaga!"

Monster itu sudah dekat di hadapannya. Type-A dengan pedang tangannya sudah siap menebas Lilith. Dengan cepat, Kreator menarik penanya dengan sangat kuat, menghasilkan cahaya yang lebih terang. Cahaya biru itu mengeluarkan tekanan yang kuat entah bagaimana, tapi Kreator tidak mempedulikan tekanan itu dan fokus untuk membidik monster tersebut.

Dengan sekuat tenaga, Kreator melancarkan serangan yang cukup besar, anak panah tercipta dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya. Meluncur dengan sangat cepat mengarah ke monster Type-A.

"Rrrrrrrgggghhhh—???"

Monster itu membuka matanya secara lebar, dengan cepat dia mencoba mengubah posisi tangannya menjadi bertahan. Anak panah itu menghantam tangan pedangnya, percikan tercipta sangat besar. Monster itu mencoba menahanya, selama beberapa detik.

Sementara itu, Lilith sudah dibantu berdiri oleh Kreator. Monster itu berhasil menangkis serangan hebat itu, namun dia harus kehilangan pedang di tangannya. Pedang di tangannya patah dan cukup melukainya.

Monster itu melihat ke arah Kreator dengan mata yang sangat tajam, ada pandangan yang sangat menyengat tertuju pada Kreator. Dari tangan monster itu, pedang yang patah itu bersama dengan seluruh tangannya berubah dan tumbuh kembali pedang yang lebih besar. Sekarang monster itu tidak punya jari sama sekali, namun bilah itu lebih terlihat berbahaya dari sebelumnya.

2 monster lainnya berhasil mengejar, dan berhenti sejajar di antara monster itu. Monster Type-A mengaung sangat keras sekarang, tidak seperti sebelumnya yang aungannya lebih tenang dari monster lainnya. Itu menandakan bahwa dia menemukan lawan yang cukup tangguh, yaitu Kreator itu sendiri.

Kreator menelan ludah, dia sejujurnya takut. Tapi dia yakin saat ini bukan waktunya untuk menjadi penakut, walaupun dia seorang pecundang, melarikan diri bukanlah opsi untuk bertahan hidup untuk sekarang. Pilihan yang ada saat ini adalah bertarung atau mati.

Dalam pikirannya, dia sudah memutuskan untuk menggunakan kekuatan itu—sekali lagi. Pen Tablet yang ia pegang sekarang menghasilkan cahaya merah dengan kilatan hitam yang pekat. Kreator tahu dia akan merasakan sakit itu lagi, namun akan lebih buruk kalau semua berakhir sekarang. Maka dari itu, dia harus berjuang.

Mata Kreator mulai menyala merah, dia menggigit giginya sangat keras. Tekanan udara di sekitarnya menjadi sangat kuat, suasana terasa menjadi lebih gelap. Kilatan hitam mulai mengelilingi Kreator. Cahaya merah mulai menyebar dari Pen Tablet ke seluruh tubuhnya.

Monster-monster itu pun pergerakannya terhenti gara-gara tekanan yang sangat kuat, mereka melindungi mata mereka dengan tangan mereka. Namun Lilith, melihat kekuatan Kreator dengan sangat seksama, matanya terbuka lebar. Dia merasakan sesuatu yang sangat familiar—bukan… bukan familiar lagi, namun dia merasa yakin itu adalah sesuatu yang miliknya.

Lilith merasa kalau kekuatan itu seharusnya miliknya, walau dia tidak ingat kenangan semacam apa dibalik kekuatan itu, tapi Lilith sekarang hatinya tergerak. Dia tidak mencoba memikirkan kenapa selama ini kekuatan itu ada pada Kreator. Lilith mencoba meminta kekuatan itu kepada Kreator.

"K-kekuatan itu… Kreator…?"

Lilith melambaikan tangan kepadanya, dia melihat Kreator menggunakan kekuatan itu, dia menyaksikannya seperti terhipnotis. Dia seakan haus dan menginginkan kekuatan itu. Matanya seketika kosong, namun Lilith terus berdiri diam di belakangnya saja. Sementara itu, Kreator tak sadarkan diri untuk sesaat, saking menahan rasa sakit kekuatan itu.

Dalam beberapa saat kemudian, tumbuh tanduk, sayap dan ekor dari tubuhnya. Tekanan angin yang luar biasa menghampas sangat kuat. Karena hempasan itu, dedaunan dan ranting pohon bertebangan, begitu pula dengan Lilith tersadarkan akan hal itu. Lilith mendapatkan kesadarannya kembali.

Kreator kehilangan keseimbangan dan jatuh berlutut untuk sesaat, kekuatan yang sangat membuatnya tertekan dan menguras kekuatan dirinya sendiri. Namun hal itu membuat para monster mengaung keras, dibarengi Kreator yang tersadarkan mencoba menggunakannya untuk melawan mereka.

Monster-monster itu mulai berlari ke arah Kreator, dengan sigap Kreator pun menjulurkan tangannya ke depan, muncul sebuah energi tangan telapak tangannya yang merah dan hitam pekat. Sebuah kekuatan muncul dan tekanan udara kembali bertiup sangat kuat.

Monster Type-A yang ada di depan, dengan instingnya segera melompat ke sisi lain, dia mengetaui kalau serangan itu sangat berbahaya. Sementara monster lainnya masih ada pada jalur serangan Kreator. Kreator pun akhirnya melancarkan serangannya, sebuah energi sangat sangat kuat meluncur seperti roket yang besar menghadang kedua monster itu.

Kesadaran Kreator sudah diambang batas, dia tidak bisa mendengarkan apa-apa setelah melancarkan serangan itu. Pandangannya menjadi pudar. Sementara di pandangan Lilith, semua yang ada di hadapannya sudah tiada, semua yang dilewati oleh jalur serangan Kreator sudah lenyap. Hanya ada bekas serangan gelombang energi sebelumnya, dan 2 setengah badan monster tadi.

Kreator akhirnya tumbang, dia melepaskan Pen Tablet dengan sendirinya. Dia terjatuh ke belakang, sementara Lilith menangkapnya dari belakang. Kreator kembali menjadi wujudnya yang biasa seketika. Dengan nafas yang sangat berat dan kasar, Kreator masih mencoba mengambil kesadarannya kembali.

"Kreator, apa Kreator tidak apa-apa!?" Lilith panik melihat keadaan Kreator.

"Ahhh…!? T-tadi itu… sangat sakit—AHK‼! Rasanya, badanku kesemutan semua!"

Sekujur Kreator terlihat jelas begetar, seperti kejang-kejang namun kesadarannya masih ada. Dia hanya kehilangan banyak energi. Dan masalah masih ada, satu monster masih selamat. Kreator tak menyadari hal itu, karena dia tidak bisa mengendalikan kesadaran sebelumnya dan tidak melihat apa yang ada di depannya.

Monster itu sepertinya juga sedikit kelelahan setelah berlari untuk sesaat demi menyelamatkan diri. Lilith mencoba membantu Kreator berdiri, namun Kreator sangat susah mengambil keseimbangan dan terus terjatuh.

Monster itu dengan perlahan melangkah kemari. Monster itu seperti mencoba mengambil waktu untuk bersiap bertarung lagi. Lilith pun panik, dia dan Kreator tidak bisa melakukan apa-apa.

Lilith sesekali mencoba menembakan energi lasernya kepada monster itu, namun dengan mudahnya dihindari dan ditangkis oleh monster itu. Sekarang, yang terpikirkan oleh Lilith hanya satu. Yaitu—

"Kreator… aku meminta sesuatu kepadamu."

Dengan menunjukkan wajah serius sekaligus khawatir, Lilith menatap Kreator.

"Huh…?"

"Kekuatan itu… aku merasa, itu adalah kekuatanku—kan?"

Kreator dibuat terkejut. Dia akhirnya menyadarinya bahkan sepertinya akan memintanya.

"Kreator… apa Kreator punya memoriku semenjak awal?"

Mulut Kreator terbuka, dia tidak tahu harus jawab apa untuk pertanyaan itu. Sementara monster itu semakin dekat.

"Uhh…"

"Kreator…?"

Mereka hanya saling tatap. Kemudian Lilith memintanya.

"Kreator, t-tolong… berikan memori itu kepadaku. Aku… akan melindungimu dengan kekuatan itu."

Kreator menelan ludah. Tapi dia tahu ini akan terjadi cepat atau lama, dan waktu itu adalah sekarang. Kebenaran harus diberi tahu.

"Ya… aku mempunyai memorimu… tapi maaf, aku tidak bisa…"

Lilith sedikit membeku, lalu mencoba untuk memintanya kembali.

"Kenapa…?"

"Karena… aku takut…"

"Takut…? Apa Kreator takut… aku akan marah karena… Kreator menyembunyikan memoriku dari awal…?"

"…"

Lilith sedikit menundukan kepalanya, lalu kembali menatap Kreator dan tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa, Kreator… aku tidak akan marah."

"Aku takut…"

"Uh…?"

"Aku takut… aku takut akan terjadi hal buruk kepadamu."

Monster itu mulai mendekati mereka, dengan langkahnya yang kasar dan perlahan. Lilith mencoba memegangkan tangan Kreator dan meyakinkannya.

"Aku tidak apa-apa Kreator. Tidak akan terjadi hal buruk kepadaku, aku janji."

Kreator terdiam. Menyembunyikan wajahnya. Menelan ludah. Lalu dia mengepalkan tangannya. Dia pun menunjukkan telapaknya, lalu muncul sebuah pecahan memori dari tangannya.

"Ini… adalah memorinya."

Kreator memberikan pecahan memori itu—pada akhirnya. Lilith menerima itu dan di kedua tangannya terdapat sesuatu yang sangat familiar. Sesuatu yang seharusnya dia punya pada dirinya.

Lilith pun beranjak berdiri dan mencoba merasakan memori itu. Memori itu mulai menyerap keseluruh tubuh Lilith. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang kembali padanya. Di saaat bersamaan, Kreator bergunam—

"Maafkan aku Lilith, mungkin memori ini adalah hal buruknya... dan hal buruk lainnya akan terjadi kepadaku."

"Tidak mungkin hal buruk terjadi pada Kreator. Aku akan melindungi Kreat—...."

Seketika… dia… Lilith, menatap tajam kepada Kreator. Wajahnya berubah drastis, namun Kreator tak sadar, apakah dia telah melihat wajahnya atau entah apa yang dia lihat. Waktu terasa begitu cepat sekaligus lambat. Apa yang terjadi padanya begitu sangat cepat, dia tak menyadari… bahwa perutnya sudah berlubang.

Lilith sudah menjulurkan tangannya kepada Kreator, sesaat dia menerima memorinya. Kekuatan energi merah dan hitam pekat sudah meluncur kepada perut Kreator. Seketika, Kreator pun merasa sakit yang luar biasa dan berteriak.

"AAAAAAAAGGGGGHHHHH‼‼‼‼‼"

Di sisi lain pun, Lilith pun tersadar apa yang telah dia lakukan. Dia seolah tak sengaja, namun juga—hal itu sebenarnya disengaja. Kesadaran Lilith mulai bergeser, lebih tepatnya menyatu kepada dirinya sendiri.

"A-apa ini…. Ahhhhh—Ah...!? AAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼‼!"

Lilith pun berteriak keras, memegang kepalanya sangat kuat, semuanya mulai kembali dan menyatu. Kepalanya sangat sakit, bahkan dunia seakan runtuh dalam pandangannya. Yang dia lihat semuanya, adalah kebenaran terhadap dunia ini dan juga dirinya sendiri. Dia mulai mengenal dirinya sendiri.

Malam pun datang begitu terasa cepat, namun entah kenapa bulan pada malam ini terasa begitu mengerikan. Seketika bulan menjadi berwarna gelap, juga gelap sebagian seperti bulan sabit, dan memancarkan cahaya merah seperti darah. Kekuatan entah dari mana merubah situasi pada waktu sekarang. Tanah terasa sangat mengguncang keras.

Monster itu pun entah bagaimana juga sudah ada di belakang Lilith yang memandang Kreator. Monster itu sudah siap menyerang dengan tangan pedangnya tajam dan besar. Sementara Lilith masih kesakitan berteriak histeris, dalam sekejab Lilith berpaling ke hadapan monster itu, memperlihatkan wajah yang sangat menekankan instingnya.

Monster itu sepertinya menghadapi monster yang lebih kuat darinya, matanya terbuka dan sekarang dia mencoba melarikan diri darinya. Namun sedikit terlambat, Lilith dengan cepat menyerang dengan kekuatannya, muncul kekuatan dengan tekanan yang sangat luar biasa dilancarkan.

Serangan itu mengenai tangan sebelah kiri monster tersebut, dan hampir saja monster itu kehilangan setangah badannya. Karena tekanan yang hebat juga, monster itu terhempas jauh dan menghantam bahkan merobohkan banyak pohon yang dilewatinya.

"Ha… hehehe… hahaha—AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH‼‼‼"

Kreator menahan lubang di perutnya, kesakitan, juga menyaksikan Lilith—yang tertawa hiteris menggila. Dia sudah tahu… ini akan terjadi. Ciptaannya yang membenci penciptanya. Lilith, sang pendosa.

"L-Lilith… akh…"

Lilith membalikan badannya, dengan pose yang dramatis, dia menatap Kreator dengan wajah yang tidak seperti sebelumnya—senyuman gila ada padanya, dia menaruh jari di mulutnya, seakan dia haus akan darah.

"Ahh…. Hahaha~ Terima kasih, Kreator. Sudah ku bilang, tidak akan terjadi hal buruk padaku… tapi ada benarnya, hal buruk… akan terjadi padamu, K.R.E.A.T.O.R.~"

Senyuman yang sangat manis, juga sadis, di balik bulan kegelapan. Ia lah Esmeray Lilith, sang Bulan Kegelapan, pendosa, dan tentunya dalang dibalik runtuhnya umat Manusia dan Jin—Manusia yang gagal menjadi Manusia maupun Iblis, dalam ceritanya.